Wattpad Original
Ada 9 bab gratis lagi

5. Arti Sebuah Pertemuan

92.7K 11.2K 1.6K
                                    

BAGIAN LIMA

"Aku gagal untuk tidak mencintaimu."

__

LAMPU temaram di sekitar kolam sudah dihidupkan, menghalau langit yang gelap, menandakan malam telah hadir menyelimuti kota Jakarta. Meskipun tidak terlalu terang, lampu itu sedikit membantu untuk melihat sosok laki-laki yang berada di pinggiran kolam renang.

Tak ada seorang pun selain dirinya di sana, mengingat laki-laki itu paling tidak suka jika waktu sendirinya diganggu. Selain itu, laki-laki juga paling tidak suka dengan suasana bising. Sehingga biasanya ketika laki-laki itu ingin sendiri, seseorang tak ada yang bisa membantahnya.

Bastian Angkara Benazir, laki-laki itu menatap lurus ke depan, tangannya siaga memukul-mukul titik fokus di hadapannya itu. Tubuhnya yang tidak terbungkus pakaian itu sudah bermandikan keringat, tapi Bastian sama sekali tidak mengendorkan gerakannya.

Pukulan Bastian pada samsak semakin membabi-buta, beberapa kali Bastian melakukan tendangan yang membuat samsak itu terpental cukup jauh. Sudah setengah jam samsak itu menjadi bulan-bulanan Bastian.

Sampai bunyi langkah kaki yang mendekat ke arahnya membuat Bastian menoleh.

"Kenapa?" Hanya ada satu pengecualian orang yang boleh mengganggu Bastian di waktunya ingin sendiri, Kasim—asisten kepercayaan papanya itu, kini beralih menjadi asisten kepercayaan Bastian. Kasim yang meskipun usianya jauh di atas Bastian, tidak sedikit pun membedakan perlakuannya antara Bastian dan Benazir—papa Bastian.

Kasim sudah bekerja dengan Benazir lebih dari dua belas tahun, bahkan sebelum Bastian tinggal di Rusia. Benazir mengenal dan dipercaya baik Kasim, itu yang membuat Kasim terus dipercaya untuk terus bekerja dengan keluarga Benazir.

Kasim merentangkan jarak lebih dari dua meter dari tempat Bastian memukul-mukuli samsaknya. Laki-laki berusia dua puluh enam tahun itu memang sedikit berbeda dengan papanya. Bastian cenderung lebih tertutup dan bertindak sesuai keinginannya. Termasuk kejadian tadi siang, ketika akhirnya Bastian berhasil membuat Alia—dokter yang baru Kasim cari tahu infonya itu, dalam ikatan pernikahan yang sah di mata agama maupun hukum yang berlaku.

"Non Alia menolak makan," kabar Kasim. Satu lagi perbedaan antara melayani Benazir dan Bastian adalah cara bicara Kasim yang terlihat lebih santai, itu sesuai permintaan Bastian.

Gerakan memukul Bastian berhenti, laki-laki itu beralih menatap Kasim.

"Menyusahkan," rutuknya.

"Saya dan Bibi Wan sudah membujuknya, tapi dia bersikeras tidak mau makan. Non Alia dari tadi cuma duduk melamun di depan jendela." Laporan Kasim berhasil membuat Bastian tersulut, laki-laki itu berjalan menuju kursi santai yang berada di pinggir kolam. Ia memakai bathrobe miliknya, lantas mengambil gelas minuman yang sudah dipersiapkan untuknya. Saat itu matanya juga melirik makan malam yang ditaruh di atas meja sebelah kursi santainya.

"Bawa dia ke sini," suruh Bastian.

Tanpa bertanya Kasim menganggukkan kepala, laki-laki yang usianya hampir menyentuh tiga puluh tujuh tahun itu langsung meninggalkan Bastian untuk melaksanakan perintah tuannya itu.

Kurang dari satu meter sampai di pintu pembatas kolam renang dan ruang tengah, Bastian memanggil Kasim lagi.

"Sim, kalau dia tidak mau..." Bastian tampak menjeda ucapannya. "Seret saja

dia ke sini."

Dan mungkin salah satu alasan mengapa Benazir dan Bastian terlalu mengandalkan Kasim adalah sifatnya yang tidak terlalu banyak bertanya dan selalu melaksanakan tugas. Termasuk apa yang dikatakan Bastian tadi.

Loose CannonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang