13.2 Kenangan

5.4K 658 33
                                    

Namanya Demas Septian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namanya Demas Septian.

Gue lebih suka memanggil dia dengan sebutan Tian-karena Tian adalah panggilan dia kalau dirumah, jadi gue ikutan biar serasa lebih dekat dan jatuhnya sok akrab. Gue nggak tahu harus darimana memulai tapi-menyampingkan Guanlin yang sekarang statusnya adalah suami gue, bisa dikatakan kalau Tian adalah cowok terbaik yang pernah masuk ke dalam hidup gue. Sekaligus yang terburuk.

Cowok itu satu angkatan sama gue, cuman beda kelas. Dulu, menemukan anak cewek di fakultas teknik itu susah apalagi kalau cantiknya macam gue. Hampir semua cowok memerlukan usaha untuk menarik perhatian bahkan untuk sekedar mendapatkan senyum dari gue yang sangat mahal-meski sekarang senyum gue amat sangat murah di tempat kerja gue.

Namun Tian nggak butuh usaha yang banyak untuk membuat gue yang lagi berjalan di lorong kampus menoleh pada dia-dan dia nggak pernah noleh sekalipun sama gue. Awalnya gue biasa aja, mungkin dia sudah terbiasa dikelilingi cewek cantik karena tampang dia emang sangat sangat rupawan. Oke alasannya emang klise, kenyataannya gue yang naksir duluan sama Tian.

Miris.

Singkat cerita, akhirnya gue sama dia jadi deket-siapa sih yang bisa menolak pesona seorang Suci. Jangan harap dia yang duluan ngajak ngobrol atau basa basi busuk sama gue. Hal yang membuat harga diri gue jadi jatuh adalah, dengan membuang rasa nggak tahu malu, gue yang duluan ngehubungin dia dengan alasan menanyakan tugas yang dikasihkan salah satu dosen di kampus, padahal kelas gue dan kelas dia beda dosen. Jadilah, pembicaraan yang memalukan itu berakhir dengan sesi tanya jawab diri masing-masing. Dan nggak butuh lama buat gue bisa jadian sama dia. Kalau untuk ini dia yang mengatakannya langsung ke gue.

Sayangnya, setelah berpacaran dengan Tian, bukannya merasa senang, gue merasa sangat tertekan. Bukan. Tian nggak pernah jahat sama gue. Dia terlampau dingin untuk bisa dimengerti oleh gue yang suka berpikir berlebihan Sedangkan Tian bukan seseorang yang terlalu banyak berbicara dan mau mengeluarkan apa yang dia pikirkan. Lama kelamaan gue begitu posesif dan terobsesi sama dia. Gue gampang nangis, suka sakit hati tidak jelas ataupun marah-marah tanpa alasan sama Tian.

"Ini siapa?" tanya gue waktu mendapati sebuah pesan dari wanita.

"Laras."

"Iya, aku tahu namanya Laras. Tapi kenapa dia manggil-manggil kamu hubby segala?"

"Dia emang suka gitu."

"Dia nggak tahu kalau kamu udah punya pacar?"

"Iya, tahu."

"Terus, kenapa dia masih ngchat kamu kaya gini?!"

"Laras cuman bercanda."

"Menurut kamu bercanda, menurut aku enggak."

Ya, gue jadi pencemburu sedangkan Tian nggak pernah mau menjelaskan sama gue tentang perihal yang bikin gue merasa cemburu. Gue benci diri gue saat itu. Rasanya gue pengen mengakhiri kisah cinta yang menurut gue udah bikin gue nggak sehat. Namun, gue terlalu cinta sama Tian.

Marriage FlavorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang