Ciara terus sibuk dengan foto-foto bermasalahnya di instagram, meskipun guru sedang menerangkan. Ia paling malas belajar matematika, apalagi gurunya Bu Selvi yang sedikit-sedikit curhat. Karena posisi duduknya di sudut kelas, ia tidak khawatir ketahuan guru. Padahal, Bu Selvi sudah mengintainya sedari tadi.
"Ciara, Kamu sedang apa?" Bu Selvi menatapnya dingin.
"Ini, Bu. Lagi ngitung," jawabnya seronoh, sambil mengacungkan ponsel.
Teman sebangkunya menundukan wajah, menahan tawa. Teman-teman yang lain pun tertunduk dengan tawa kecil. Bu Selvi tersenyum sinis. Ekspresinya terlihat menyebalkannya. Nampaknya beliau sedang merencanakan sesuatu untuk muridnya.
"Jadi, kamu sudah tahu jawabannya, ya?" Sang guru mendekati gadis jangkung berkulit sawo matang itu.
"Sedang proses menemukan, Bu." Ciara pura-pura mencatat.
Guru bertubuh ramping itu meminta Ciara maju ke depan untuk menulis jawabannya di papan tulis. Gadis itu gelagapan mencari catatan matematika Reza. Dengan senyum geli, anak bermata teduh itu memberikan catatannya.
"Ini bener, kan?" bisik Ciara pada Reza.
"Pasti." Reza tertunduk menahan tawa.
Saat Ciara menulis di depan, diam-diam Bu Selvi mengambil ponsel siswa keturunan Amerika-Indo itu. Ternyata ponselnya masih membuka aplikasi instagram. Ia tidak pernah mengunci smartphone-nya karena sering lupa sandi. Pernah waktu itu ia tidak ingat sandi pola di ponselnya, hingga harus rela mengantri di galeri untuk memulihkan ponsel yang terkunci.
"Oh, jadi kalkulatornya, ini. Kok, di kalkulator banyak fotonya? Canggih sekali." Bu Selvi mengusapkan telunjuknya ke layar ponsel Ciara.
"Mati, gue," gumam gadis itu.
Anak-anak lain terbahak ketika guru kepo itu membuka pesan whatsApp yang masuk. Dari seorang lelaki bernama, Nick.
"Hi Lovely, what's up?" Bu Selvi membaca pesan itu lantang. Suaranya terdengar sangat cempreng.
Seketika, ruangan menjadi riuh oleh gelak tawa. Ciara hanya tertunduk dengan wajah merah dan telinga panas. Ingin rasanya gadis itu mencubit perut gurunya, sama seperti saat perutnya dicubit akibat tidak mengerjakan PR.
"Jangan aneh, Bu. Si Ciara kan, emang ratu chating." Seorang siswa angkat bicara dari arah belakang. Reza segera mendesis pada anak itu, agar jangan membocorkan rahasia umum. Teman-teman mengiyakan fakta anak perempuan bertubuh semampai tersebut.
"Engga, Bu. Nick itu Kakak saya." Ciara berusaha membela diri.
"Bohong ...." Serempak, teman-temannya menyanggah. Mereka memang paling puas mem-bully teman sendiri. Tapi itu bukan hal aneh lagi, karena semua guyonan semata.
"Lagi pula, Siara ...." Ucapannya terpotong.
"Ciara, Bu." Sang pemilik nama protes.
"Ok, Ciarra," Bu Selvi menirukan gaya bicara orang asing. "Kamu itu sedang melakukan KBM. Bisa, kan simpan dulu ponselnya? Dan, yang kamu tulis itu, bukan materi yang Ibu sampaikan sekarang. Itu tugas minggu lalu. Saya belum memberi tugas baru," ucap guru paling yang akrab dengan murid itu.
Ciara tertunduk dengan wajah merah. Ia berharap bel istirahat segera berbunyi karena tidak tahan dengan ceramahan Bu Selvi, juga menjadi guyonan teman-temannya. Dikiranya gue joker, eh? gumamnya dalam hati.
"Oh, ya. Kamu itu masih muda. Jangan terlena dengan dunia maya, ok?" Bu Selvi memberikan ponsel hitam itu pada pemiliknya. "Sekali-kali, bergaul dengan teman beneran. Di dunia maya, kamu tidak tahu, kan bagaimana aslinya mereka. Betul, anak-anak?" Beliau menatap siswa-siswi yang masih duduk manis di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sure I Love You
Teen FictionJangan pernah ngetuk pintu hati seseorang kalau lo gak niat masuk ke sana. Sekali lo singgah di hati, jangan pernah numbuhin harapan lo bakal tinggal di sana, kalo masih ragu untuk menetap. Kalo lo yakin, cintai. Kalo enggak, ya jangan main-main. Ci...