hai senja

11 4 0
                                    

Prangkkk!!!....
"Cukup masss!!!......" teriak mama

Apa yang seharusnya tidak diketahui dari pertengkaran mereka, di usiaku sekarang. Mama yang selalu berteriak semaunya dan ayah selalu pulang malam dengan kesibukan, baginya membanting semua barang barang yang ada didekatnya adalah salah satu pelampiasan. Dan ini terjadi berulang kali, pagi yang seharusnya indah...

"Kamu udah siap?". Tanya ka dara yang kini memelukku dengan erat.

"Kak... Ina takut..." wajahnya mencoba menyakinkan. Ka dara menuntun kearah mobil, kami menunggunya beberapa menit.

"Yah... ayah gak capek bertengkar terus sama mama?". Tanya ka dara.

"Kamu gak akan bisa mengerti permasalahan nya, jadi lebih baik kamu fokus sekolahmu " dengan tegas.

"Aku apa sih anggap ayah,... Ok aku gak masalah tiap waktu dengerin pertengkaran kalian, tapi ina?! Aku sudah terbiasa..."

Kali ini mobil lebih cepat sebelumnya, hanya perlu waktu 10 menit untuk sampai ditujuan. Ayah membukakan pintu mobilnya.
"Silakan tuan putri ayah..." Suara ayah begitu lembut, seperti tak terjadi apa apa.

"Perlu waktu buat ina terbiasa seperti dara yah...".

Kini ayah menatapku, " maafkan ayah tuan putri, ayah sayang tuan putri". Ucapnya dengan lirih.

"Ayah nangis?"

"Enggak, yang patuh ya sama ka dara...".

Kita satu gedung sekolah, walau tempat dan tingkatan berbeda. Ka dara kelas 12 SMK sedangkan aku 7 SMP. Hanya ka dara teman  disekolah! Mereka semua menjauhi , menurut mereka ada sisi lain dari ku yang tak pernah disadari oleh diriku sendiri. Bahkan ada sebagian yang memanggil "ina si anak hantu".

Terkadang ka dara datang ke kelas hanya untuk melihat apakah aku baik baik saja. Tapi dari jam istirahat pertama hingga berakhir tak kunjung batang hidungnya muncul,  akhirnya ku memutuskan meminta izin guru untuk menemui. Kelas ka dara sangat ramai, tapi tak nampak wajah cantiknya pada bangku paling belakang, kini ku berjalan dilorong sekolah yang tampak sepi, ini memudahkan pikirku ke toilet.

"Ka dara... Kak... " Panggil ku pada pintu toilet yang tertutup tapi tak terkunci, berharap itu dia.

"Ka dara..." Panggil sesekali dan memberanikan diri untuk membuka pintu toilet tertutup itu. Nafasku tak dapat terkendali, entah apa yang ku lihat, telinganya memakai earphone pada posisi berdiri pakaian setengah terbuka dan seorang lelaki. Dan kini ka dara melihat ke arahku.

"Na! Ina..." Panggil ka dara mengejar.

Plakk...
Satu tamparan melayang ke arahku yang berusaha tetap tenang.

"Kurang ajar kamu! Kaka bilang jangan kemana-mana jika Kaka tak ke kelasmu!..."

"Ka..ka..."

"Diam!!!" Kali ini ia sangat marah

"jangan bilang kesiapapun hal yang tadi, lupain... Ina lupain!!"

Yah aku tau apa yang dilakukannya, dan itu sesuatu yang tak baik. Kini ka dara berbalik sikap,  dia menunjukan kenyataannya bahwa dia bukan Kakaku ucapnya dan selalu meninggalkanku.

Mama memang bukan ibu kandungku dan ayah juga bukan papa nya ka dara, ayah menikah dengan Tante Sisil saat usiaku 8 setelah kepergian bunda karna kecelakaan. Dan ka dara itu Kaka terbaik yang ku punya dia dapat membuat lelucon yang dapat membuat keluarga kecil kami tertawa bahagia, tapi itu dulu.

"Alah pembohong!!!... Kamu pikir saya bodoh sil, jelas banget sil saya melihat kamu pelukan dengan lelaki itu!!..." Yah itu yang baru saja terjadi. Dan kini tak ada yang dapat memelukku erat setelah ka dara menunjukan sikap tak perduli. ku melihatnya dari jendela kamar ia pergi dengan kak Andri pacarnya bukan laki laki yang kemarin ketemui ditoilet bersamanya

Kini senja ku berubah seiring mantari datang dan hilang...
Hai senja...

NUMBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang