01. Wish That I can Let You Love Me

284 16 7
                                    

Sarah udah lama nggak hang out pas malam minggu, beberapa bulan kebelakang ini. Hanya di rumah, bersihin rumah, kasih makan Stefie; ginger cat yang umurnya baru lima bulan, dan nonton film di ruang tengah. Diajak keluar sama Rose and the gangs, Sarah cuma jawab,

"Sibuk," katanya waktu ditelfon sama Rose minggu lalu. Iya, Sarah sibuk milih film mana yang mau ditonton lagi. Rose langsung nyerocos dari ujung sana.

"Lo sibuk apaan sih, Sar? Sibuk move on?"

"Rooos—"

"Oke oke, sori gue bawa-bawa Hoseok,"

"Rose, peringatan terakhir nih ya."

"Fine! Tapi minggu depan nggak ada sibuk-sibukan. Gue jemput, jam tujuh! Oke?"

Telfon di tutup satu pihak, Sarah nggak meng-iyakan atau menolak. Buat Rose itu bukan pertanyaan tapi pernyataan. Suka atau nggak, minggu depan Sarah bakal kedatengan Park Rose di depan pintu apartemennya dengan rambut cokelat permen menyala dan nyuruh Sarah siap-siap untuk hang out.

Lalu kemudian hari itu datang dan disinilah Sarah, di sebuah bar yang waktu Rose ngajak keluar dari mobil dia hampir jantungan. Diamond Kings and Bar punya arti sendiri untuk Sarah dan cewek rambut sebahu itu nggak tahu apakah Rose ngerti tentang hal itu.

"Ngapain kita kesini, Ros?" Sarah panik dalam hati, asli. Rose mengernyit, lalu mengambil tiket.

"Lah, gue belum bilang? Ada Dua Lipa!" Rose mengibaskan tiket ke depan Sarah, "gue belum bilang sama lo? Seriusan Sar?"

"Lo sibuk ngancem gue minggu kemarin, " Sarah menghembuskan nafas kesal, "gue pulang aja ya?"


"Wah gila lo. Nggak! Lagi pula ini bukan klub malem macem Foreplay! Gue tahu lo nggak suka sama musik ajeb-ajeb bikin budek begitu. Lagipula kan lo tahu kan disini cuma Bar?"


Park Rose, disini bukan cuma Bar.


"Ros.."


"Nggak. Ayo masuk! Gue susah payah bikinin lo alis bukan cuma buat dipamerin ke supir Ubernya!"



Park-Pemaksa-Rose tidak tahu, bahwa disini dulu semua cerita Sarah dimulai.

ㅇ HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang