02. No Good-Byes

138 13 9
                                    


Sarah setuju untuk masuk, pada akhirnya. Rose udah ngancem bakal bakar semua produk Gucci favoritnya sendiri kalau sampe Sarah nggak mau masuk. Harusnya sih itu bukan masalah banget buat Sarah, maksudnya, itu barang-barang mahal semua Rose sendiri yang beli dan Sarah harus menangisi kalo si empunya barang ngebakar habis barang-barangnya?

Harusnya bukan jadi masalah. Tapi masalahnya adalah Sarah terlalu sayang sama Rose, dan Sarah tahu Rose bakal gila kalau dia ngelakuin itu semua. Jadi for her besftriend's sanity, dia mau masuk.  Akhirnya milih duduk di bar aja, sementara Rose udah berdiri deket ke panggung. Sarah lupa gimana itu anak milenial suka banget sama Dua Lipa. Kalau ada kesempatan Rose naik ke panggung, Sarah nggak bakal kaget kalau tiba-tiba Rose nyanyi IDGAF bareng Dua Lipa.

Untuk ukuran Dua Lipa, yang dateng ke Bar ini nggak seberapa banyak. Di depan pintu Bar memang ada penjagaan tapi nggak ada tuh nama Dua Lipa terpampang nyata di depan sana. Sarah bersyukur mungkin ini semacam mini private concert buat Dua Lipa dan fansnya karena tadi sempet dengar MCnya bilang kalau bakal ada sesi tanya jawab Dua dengan para penggemar.

Sarah iseng lihat tiket konser yang diberikan Rose, membaca lagi tanggalnya. Kedua alisnya naik secara simultan, semua cairan hangat seperti disiramkan begitu aja ke dadanya dan Sarah cepat-cepat memasukkan lagi tiketnya ke dalam saku jaketnya.

Baru ingat, hari ini tanggal delapan belas Februari.


Mantan ultah ya bos?


Sarah sibuk lihat layar ponselnya yang mati dan menampilkan bayangannya sendiri, nggak nyadar sudah ada bartender berdiri di hadapannya. Sarah mendongak dan tertegun sebentar.

"Pesanannya?" cowok ganteng dan tinggi itu tersenyum ke Sarah. Yang ditanya diem sebentar, ngelihatin bartender itu lama.

"Apa kabar?" tiba-tiba Sarah bilang gitu, lalu menunduk lagi ke ponselnya sebentar. Bartender itu ketawa pelan.

"Pesanannya tercatat, kabarku? Baik-baik saja, Sarah. Bagaimana dengan kamu?" katanya sopan, sambil meracikkan segelas minuman yang dikenal Sarah bahan-bahannya. Yang dulu sering dipesan sama dia buat Sarah.

"Baik."


"Baik sampai-sampai tidak keluar dari rumah?"


Sarah memandang bartender itu terkejut, sejenak dadanya berpacu cepat. Lalu akhirnya ingat dengan siapa Sarah bicara sekarang, bartender itu hanya tersenyum kecil.

"Lo selalu jadi orang yang punya deduksi bagus ya, Seokjin?" kata Sarah. Kim Seokjin, pemilik bar sekaligus entah kenapa hari ini memilih jadi bartender. Padahal Sarah bisa lihat ada dua bartender lain yang lagi bekerja ngelayanin pelanggan lainnya.

Seokjin menaruh segelas squash jeruk dingin di hadapan Sarah, tersenyum tipis. "Tidak perlu deduksi buat melihat bagaimana keadaan kamu, Sarah," Seokjin menunjuk gelas dengan dagunya, "gratis. Perayaan ulang tahun dari pemilik bar."

Sesuatu di dada Sarah kayak diremas, dia tahu betul siapa yang lagi ulang tahun hari ini.

"Sar," Sarah menatap Seokjin lagi, "sering-sering main kesini. Anak-anak kangen sama kamu."

Sarah hanya mengangguk, tersenyum singkat. Seokjin menepuk pundaknya dan akan berjalan masuk sebelum Sarah memanggilnya lagi.


"Selamat ulang tahun," kata Sarah, "tolong—sampaikan."


Seokjin, yang masih memakai senyumnya yang manis, hanya mengangguk dan lalu menghilang di balik pintu. 


Sarah lalu tiba-tiba rasanya kepingin muntah.

ㅇ HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang