Setelah masa orientasi untuk para murid baru usai, kini sekolah mulai normal menjalankan proses belajar mengajar.
Anggia berjalan menyusuri koridor dan melewati tangga menuju lantai dua. Ia ingin mencari keberadaan Salsa, kakaknya.
Karena tidak tau kelas yang di tempati Salsa, Gia hanya berjalan sambil sesekali menengok isi kelas berharap melihat sang kakak.
Hingga kelas paling ujung di lantai dua sudah Gia lewati tapi hasilnya nihil. Dia tidak menemukan Salsa.
"Kak Salsa kelasnya dimana sih?" gumamnya pada diri sendiri.
Gia melangkah lunglai meninggalkan lantai dua. Saat sampai di ujung tangga Gia di kagetkan seorang kakak kelas yang memang sudah ia kenal sejak masa orientasi.
"Anggia!" sapa Arya. "Kamu kok disini? Ada perlu sama siapa atau lagi cari siapa?" tanyanya bertubi-tubi.
Gia sempat berpikir akan bertanya pada Arya tentang kakaknya tapi ia urungkan karena takut sang kakak marah.
"Aku cuma jalan-jalan aja kok kak, iseng pengen kenal area sekolah." jelas Gia.
"Kamu sendiri?" tanya Arya seraya memperhatikan sekitar Gia.
Gia hanya mengangguk dan tersenyum.
"Sekarang mau kemana?"
"Mau balik ke kelas kak,"
"Aku anter ya, biar gak jalan sendiri. Kan gak enak jalan sendiri." Arya menawarkan diri.
Karena merasa tidak enak jika menolak Arya, akhirnya Gia meng-iya-kan tawaran Arya.
Mereka berjalan beriringan menuruni tangga. Sesekali Gia tampak tersenyum menanggapi ocehan Arya yang lucu menurutnya.
Di kejauhan, tampak seorang gadis memperhatikan mereka dengan tatapan tajam dan menahan emosi.
"Awas aja lo. Lo akan dapat pelajaran berharga dari gue karena lo berani deketin cowok yang gue incer."
***
Suasana kantin ramai seperti biasanya saat jam istirahat seperti sekarang. Para siswa rela berdesak-desakan untuk memperoleh makanan.
"Sa, masa nih ya gue tuh baru kalo ternyata si Vino yang kemarin minta kenalan sama Nessa itu anak dari pemilik sekolah ini." mata Friska berbinar kala bercerita di depan Trisa.
Nessa tetap cuek seperti biasa tak ingin menanggapi cerita sepupunya. Salsa dan Elsa tertawa karena wajah Friska cemberut setelah bercerita.
"Lo tuh Fris ya, kalo masalah kek gini uapdet lo 4G. Kalo belajar ughh jangan 4G, 3G aja kagak nyampe." ujar Salsa di tengah tawanya.
"Fris, lo kenal kan gimana sepupu lo ini? Mau lo cerita sampai berbusa tuh mulut, kagak bakalan dapat respon dari Nessa." tambah Elsa.
Friska semakin cemberut mendengar kata-kata teman-temannya. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, karena dari arah pandangnya Friska melihat tiga cogan sedang berjalan ke arahnya.
Nessa melirik sepupunya kemudian menarik nafas panjang. Ia sangat hafal bagaimana sifat sepupunya saat melihat cogan. Nessa mulai bersikap acuh, ia mengambil ponselnya dan memasang earphone. Mengambil posisi nyaman dan mulai memejamkan matanya.
Vino, Dava, dan Gio menghampiri dan langsung duduk bersama mereka.
"Hai El, makin hari makin manis aja!" goda Dava.
"Lo tuh ngapain sih kesini? Di sana kan masih banyak tempat kosong." gerutu Salsa.
"Sewot aja lo! Gue kan kesini mau nyapa Elsa." sewot Dava.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quinnessa
Teen FictionSeorang anak yang menyandang status broken home, menjadi seorang anak yang badgirl. Bertemu cinta yang sedikit mampu mengobati masa lalu kelamnya, hingga masa lalu terulang kembali. Ia pun pergi. Tak pernah ada yang menyangka, ia kembali namun ken...