Pagi ini Trisa berangkat sekolah seperti biasa. Mereka sudah baikan setelah Salsa bilang ia akan lebih memilih Elsa dari pada Dava.
Mereka berangkat pagi, entah mungkin karena terlalu semangat atau emang sengaja. Mereka melajukan motor mereka dengan kecepatan standar melewati jalan raya yang masih belum terlalu ramai.
Di tengah perjalanan saat hampir sampai sekolah, tiba-tiba mereka di hadang anak sekolah SMA Angkasa hingga dengan terpaksa mereka menghentikan motornya.
Seorang lelaki berseragam SMA mendekati Nessa yang sudah turun dari motornya.
"Gak nyangka ya dunia ini sempit," lelaki itu tertawa, "apa kabar sayang?" ia menyentuh pipi Nessa.
Nessa menghempaskan tangan lelaki itu kasar, "Ngapain lo disini?"
"Gue cuma mau lihat keadaan adik dan mantan tersayang gue!" lelaki itu menatap Nessa.
"Sekarang lo udah lihat kan? Mending lo bawa temen-temen lo pergi sekarang!" titah Nessa yg tak di indahkan lelaki itu.
"Lo ngusir kita?" lelaki itu tertawa miring, "Quin, lo gak mau peluk abang sama mantan lo ini? Gue kangen lo pen peluk tubuh indah lo itu lagi."
Nessa langsung menampar pipi lelaki itu karena emosi yang tiba-tiba tersulut.
"Gue bukan cewek murahan seperti cewek yang biasa lo ajak tidur dan gue juga bukan adek lo!" kata Nessa dengan penuh penekanan, "gue masih diem saat lo dan nyokap lo nyakitin bunda gue sampai meninggal, karena gue yakin suatu saat nanti lo pasti dapat karma dari Tuhan."
"Bacot lo."
Lelaki itu langsung melayangkan pukulan ke arah Nessa, tapi Nessa berhasil menghindar. Salsa dan Elsa yang melihat itu langsung maju dan ikut membantu Nessa, begitu pula teman-teman lelaki itu yang juga ikut maju melawan Trisa.
Perkelahian kini tak terelakkan. Semua saling serang tanpa ada yang mau mengalah. Meski semua sudah mendapatkan luka tapi tidak ada yang berniat mundur dari perkelahian.
Tiba-tiba dari arah sekolah Trisa, datang beberapa warga sekitar yang berlari menuju mereka. Lelaki itu menyadari kedatangan warga. Sebelum warga itu semakin mendekat, lelaki itu mengeluarkan pisau lipat kecil yang selalu ia bawa dan sekarang ia gunakan untuk menyerang Nessa.
Nessa yang belum siap, langsung mendapat luka sayatan di lengan kanannya.
"Auuwwh," rintih Nessa sambil memegang lengannya yang sudah mengalirkan darah segar.
"Banci lo Ga! Ngelawan cewek aja pakai senjata." maki Salsa.
"Lo baru tau ya kalau Rega BANCI?" Elsa tersenyum miring, "beraninya keroyokan dan selalu sembunyi paling belakang."
"Bacot lo pada." balas Rega, "tunggu pembalasan gue! Kalian bertiga pasti mampus ditangan gue."
Tepat setelah mengatakan itu, Rega mengajak teman-temannya pergi karena para warga sudah sampai di tempat mereka.
"Nes, lukanya dalam. Lo mau ke rumah sakit aja apa gimana?" Elsa mendekati Nessa.
Nessa menggeleng, "Gue nggak papa kok, kita lanjut berangkat sekolah aja. Nanti kita obati luka kita di uks."
Keduanya mengangguk dan kembali malajukan motornya menuju sekolah mereka.
***
"Lo kenapa Dav?" tanya Vino saat mereka baru sampai dan baru selesai memarkirkan mobil mereka.
"Enggak kok, gue nggak papa."
Vino dan Gio tidak percaya denga ucapan yang keluar dari mulut Dava. Mereka berdua tau alasan Dava murung seperti ini. Sejak kemarin mereka juga sudah mengetahui jika sahabatnya itu sudah resmi jadian dengan Salsa.
Mereka berjalan meninggalkan tempat parkir. Baru beberapa langkah mereka berjalan, mereka menghentikan langkahnya karena melihat motor-motor Trisa yang mulai memasuki lapangan parkir.
Saat Trisa melepaskan helm, pandangan tiga cogan itu langaung melotot karena melihat luka lebam pada wajah Trisa. Tanpa aba-aba, mereka bertiga berlari menghampiri Trisa.
"Sayang, kamu nggak papa kan?" tanya Dava yang langsung menghampiri Salsa dengan raut wajah khawatir.
Salsa menggeleng, "Aku nggak papa kok, cuma luka biasa."
"Masih pagi, kalian bukannya cari sarapan yang sehat malah cari sarapan yang kek gini." keluh Gio.
"Kalian habis tawuran?" tanya Vino.
"Bukan urusan lo," jawan Nessa Cuek.
"Ya udah deh Nes, kita masuk yuk! Males gue lihat wajah penkhianat." sindir Elsa yang langsung merubah raut wajah Salsa.
Nessa dan Elsa berjalan meninggalkan mereka. Salsa hendak menyusul tapi Dava lebih dulu mencekal tangannya.
"Kamu sama aku aja, lukanya biar aku obatin dulu." kata Dava.
"Tapi Dav, aku..."
Ucapan Salsa terputus karena Dava langsung menariknya.
Dava baru melepaskan tangan Salsa saat mereka sampai di uks. Dengan telaten Dava mengobati luka lebam di wajah Salsa. Tanpa mereka tau, di bilik sebelah yang tertutup gorden ada dua orang yang sengaja menguping mereka.
"Aku kan udah bilang kamu jan berantem lagi. Kenapa sih kamu sama temen-temen kamu suka banget luka-luka kek gini?" omel Dava dengan tangan yang masih telaten mengobati.
"Ihs, aku kan juga gak sengaja! Tadi itu kita di hadang sama mereka, terus mereka melukai Nessa. Ya udah kita langsung aja deh." jelas Salsa dengan wajah sedikit kesal.
Dava menarik nafas dalam lalu menghembuskannya. Selesai mengobati, Dava meletakkan kembali ke tempatnya.
"Janji ya ini yang terakhir, aku gak mau lihat kamu luka lagi." Dava mengenggam tangan Salsa.
Salsa mendongak menatap mata Dava, "Aku gak bisa janji, kita kan gak tau kapan mereka datang mau menyerang. Bagaimanapun juga Trisa adalah saudara aku, aku gak mungkin biarin mereka menghadapi ini tanpa aku."
Dava menghela nafas, "Aku sayang sama kamu. Aku cuma nggak bisa lihat kamu terluka." Dava mengusap lembut pipi Salsa, "Aku nggak pernah bermaksud melarang kamu, tapi aku mohon jangan pernah tidak melibatkan aku dalam setiap langkahmu!"
Salsa tersenyum kemudian memeluk Dava seraya berkata, "Aku juga sayang kamu."
Tanpa sepengetahuan mereka, di balik tirai ada dua sahabat yang sedang tersenyum karena bahagia mendengar hubungan Salsa dan Dava yang saling menyayangi.
😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Quinnessa
Teen FictionSeorang anak yang menyandang status broken home, menjadi seorang anak yang badgirl. Bertemu cinta yang sedikit mampu mengobati masa lalu kelamnya, hingga masa lalu terulang kembali. Ia pun pergi. Tak pernah ada yang menyangka, ia kembali namun ken...