Seminggu sudah Trisa tidak datang ke sekolah. Usai mengikuti olimpiade, mereka di beri libur tiga hari oleh kepala sekolah. Rencananya mulai besok mereka akan kembali bersekolah seperti biasa.
Malam ini mereka bertiga berkumpul di kamar saat penghuni kos yang lainnya sedang berkumpul bercanda di ruang tengah.
"Nes, gue besok males sekolah!" keluh Elsa tiba-tiba.
Nessa yang sedang fokus belajar melirik malas sahabatnya, "Gak usah sekolah selamanya!"
Salsa yang mendengar jawaban Nessa tertawa keras membuat Elsa memanyunkan bibirnya.
"Gak gitu Nes, gue cuma..."
"Apa?" potong Nessa.
Salsa semakin keras tertawa, "Hahaha, emang lo kenapa sih El?"
"Tau ah!" Elsa membuang muka.
Salsa berhenti tertawa kemudian beralih pada ponselnya yang bergetar. Seketika wajah Salsa tampak ceria saat melihat layar persegi itu.
"Lo kenap Sal?" tanya Elsa sewot.
"Ih kepo deh." Salsa tetap menatap ponselnya.
Nessa hanya memperhatikan kedua sahabatnya dari atas kasurnya. Elsa semakin geram, dengan teganya ia menyahut ponsel Salsa dari genggamannya.
"Elsa, apaan sih! Lo mau ngapain?" Salsa berusaha merebut kembali ponselnya.
Elsa melihat room chat Salsa dengan serius. Dan sedetik kemudian Elsa membulatkan matanya.
"Lo punya hubungan apa sama Dava?" kini Elsa beralih menatap Salsa serius.
Salsa menunuduk, "Gue...gue cuma..."
Elsa memicingkan mata menunggu lanjutan kalimat Salsa.
"Mereka pacaran El!" ujar Nessa yg masih fokus pada bukunya tanpa melihat kearah sahabatnya.
Ponsel di tangan Elsa langsung merosot bebas, untungnya mereka di atas kasur. Elsa naik pitam, dia kesal. Sedangkan Salsa semakin menunduk dalam.
"Kenapa lo backstreet dari gue?" mata Elsa menunjukkan kecewa. "Lo udah gak anggep gue temen lagi?"
"Bukan gitu El, gue cuma..."
"Oke kalo lo udah gak mau lagi temenan sama gue! Gue bisa pergi dari sini."
Elsa beranjak hendak keluar dari kamar tapi Salsa mencekal pergelangan tangannya. Nessa menutup buku yang sedari tadi ia baca dan mulai memperhatikan adegan sahabatnya.
"Lepas!" Elsa menghempaskan tangan Salsa. "Lebih baik gue pergi dari orang yang gak pernah nganggep gue dari pada gue menerima kepalsuan yang sangat menyakiti hati."
"El, pliss jan gitu. Gue beneran gak maksut kek gitu. Gue cuma belum siap jalani pacaran go public."
"Tapi gue temen lo kan! Kalo Nessa aja lo kasih tau napa gue kagak?"
Salsa bungkam. Ia tidak tau lagi harus berbuat apa.
Nessa bangkit dan menghampiri Elsa.
"Sekarang mau lo apa?"
"Salsa harus memilih antara gue atau Dava."
Nessa beralih menatap Salsa yang sudah meneteskan air matanya.
"Gue gak bisa El, kalian berdua orang yang gue sayang!"
"Oke fix. Mulai sekarang gue bukan temen lo lagi. Gue pergi!"
Elsa benar-benar keluar kamar. Salsa berdiri berniat mengejar Elsa tapi Nessa mencegahnya.
"Biar gue, lo disini aja pikirin semuanya dengan tenang. Elsa biar gue yang bujuk."
Salsa mengangguk pasrah. Nessa benar, kalo dia yang mengejar Elsa pasti Elsa akan semakin marah.
Nessa berjalan keluar kamar, sampai di pintu Nessa berhenti dan menoleh pada Salsa.
"Jelasin semuanya sama Dava. Dia juga udah denger semua dari awal kok."
Salsa mengerutkan keningnya, "Maksud lo apa?"
"Hp lo udah terhubung sama Dava sejak awal tadi. Mungkin Elsa sengaja biar Dava juga ikut denger." kata Nessa seraya menunjuk ponsel Salsa dengan layar menyala di atas kasurnya.
Setelah Nessa benar-benar pergi, Salsa lagsung mengambil ponselnya dan mulai berbucara pada seseorang yang sudah merasa frustasi sejak awal mendengar pertengkaran Trisa.
"Hallo Dav!" sapa Salsa hati-hati.
"Kamu pilih siapa?" tanya Dava to the point.
"Aku gak tau. Aku gak bisa memilih antara kamu sama Elsa. Aku sayang kalian."
Meskipun tidak bertatap muka langsung, Dava tau saat ini Salsa sedang menangis.
"Kamu tenang ya, jan nangis! Aku ngerti kok. Aku akan lepasin kamu demi kebahagiaan kamu."
"Tapi Dav,"
"Aku tau Trisa lebih kamu butuhkan dari pada aku. Mereka selalu ada buat kamu bukan aku."
Mereka sama-sama diam setelahnya.
"Meskipun aku bukan lagi pacar, aku akan tetap menjaga kamu. Karena aku akan selalu sayang sama kamu!"
"Makasih Dava. Aku juga sayang kamu."
Salsa menutup sambungan teleponnya. Ia membaringkan tubuhnya di atas kasur kemudian menarik selimut sebatas dada.
"Semoga Nessa bisa membawa Elsa kembali."
Salsa menutup matanya dan berkelana di alam mimpi.
***
Nessa menghampiri Elsa yang duduk sendiri di taman belakang. Nessa langsung duduk di samping Elsa.
"Sejak kapan?" tanya Nessa tanpa mengalihkan pandangannya ke arah depan.
"Tadi sore pas gue belanja, gue gak sengaja liat mereka berduaan. Terus gue denger Dava panggil 'sayang'. Gue kaget, tadinya gue mau langsung labrak tapi gue gak enak. Keadaannya kan lagi ditempat ramai." jelas Elsa.
"Lo beneran marah?"
Elsa tersenyum, "Ya kagak lah. Ngapain coba gue pake marah? Gue tuh malah seneng kalo mereka emang bener jadian. Gue tadi cuma ngetes aja, seberapa besar cinta mereka berdua."
"Ada-ada aja lo!"
"Sesekali boleh lah kita ngerjain temen sendiri."
"Sampai kapan lo ngetes mereka?"
"Liat reaksinya besok deh, gue juga gak tega pisahin mereka lama."
Nessa bersandar pada sandaran bangku, menatap langit gelap yang bertabur bintang.
"Gue kangen bunda, El!" ucapnya.
Elsa menoleh pada Nessa, "Lo mau gue temenin ke makam?"
Nessa bangkit dari sandarannya, "Gue gak pengen kesana! Gue cuma kangen aja kok."
"Sabar ya! Kita disini bersama, jadi lo jan pernah merasa sedih lagi." Elsa mengelus pundak Nessa.
Nessa mengangguk dan tersenyum, "Udah malem, kita masuk yuk! Salsa juga pasti udah tidur."
Mereka berdua bangkit dari duduknya dan mulai berjalan masuk kedalam rumah.
Sampai di kamar, mereka membuka pintu dengan hati-hati. Saat dilihatnya Salsa audah pulas, mereka pun akhirnya menyusul tidur juga.
ʕ•ﻌ•ʔʕ•ﻌ•ʔ
Good morning gaes
😊😊Happy reading
😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Quinnessa
Teen FictionSeorang anak yang menyandang status broken home, menjadi seorang anak yang badgirl. Bertemu cinta yang sedikit mampu mengobati masa lalu kelamnya, hingga masa lalu terulang kembali. Ia pun pergi. Tak pernah ada yang menyangka, ia kembali namun ken...