"Bagaimana? Menyenangkan ya? Hanya butuh waktu beberapa hari kamu sudah membuat ulah lagi. Bisakah sikapmu dirubah?"
Seorang wanita dengan ponsel ditelinganya berdecak pelan dan memutar bola mata malas saat mendengar suara itu.
"Apa?! Sudah kubilang kalau aku nggak mau merubah sikapku!"
"Eliz.."
"Jangan memanggilku Eliz!" Bentaknya. "Aku tidak ingin berbicara denganmu lagi! Hentikan semua perlakuan baikmu padaku karena aku tidak butuh!"
"Bagaimana bisa kamu tidak butuh? Kamu akan mendapat ancaman lebih buruk jika terus-terusan bermain seperti ini."
Wanita itu menggertakkan giginya. "Aku tidak peduli!" Kemudian dengan cepat ia langsung mematikan sambungan teleponnya.
"Dasar kurang ajar!"
***
13 : 01 Cafetaria Kantor.
Adrian : Baby, jadi bertemu besok?
Rony : Love, apakah kamu sudah makan?
Dean : Ale, bisakah kita dinner nanti malam?
Doni : apakah aku satu-satunya laki-laki yang kamu chat, Al?
Alea menghela nafas membaca pesan-pesan itu, kemudian mulai mengetikkan beberapa balasan untuk para barisan doi-doi miliknya yang dianggapnya sebagai laki-laki lembek sembari tersenyum miring.
"Ah, ini yang bodoh gue apa mereka sih?" Gumamnya saat ia mendapat balasan cepat dari mereka.
Ia tak merespon lagi, karena ia lapar dan ingin makan. Merespon mereka hanya membuatnya semakin kelaparan.
"Ah mereka!" Alea bergumam dan tertawa kecil.
"Alea!!"
Suara teriakan nyaring itu membuat Alea langsung menutup kedua telinganya dan mendelik menatap Liana, teman kantornya.
"Heh Liana! Bisa gak sih mulutnya nggak kayak toa! Lo liat dong, orang-orang disekitar sini pada liatin gue. Gue tau kalau gue cantik, tapi kalau lagi sama lo, gue berasa jadi kuntilanak gara-gara liat mata mereka yang mendelik semua!" Cerocos Alea, ia meminum jus jeruknya sebelum menyendok nasi padang.
Liana cemberut, Alea yang bawel dan cerewet memang menyebalkan. Kemudian ia melihat betapa ramainya ponsel Alea yang menampakkan setumpuk chat dari laki-laki golongan apapun.
"Masih aja lo kayak gitu Al? Ya ampun.. kena karma rasain lo!" Ucapnya.
"Gue gak peduli! Gue kayak gini karena--"
"Yu--"
"Sial! Lo jangan ingetin nama itu! Pergi lo! Gue mau kerja laporan setelah makan!" Alea langsung memotong ucapan Liana.
"Idih, mentang-mentang mau naik jabatan, songong! Biasanya juga males-malesan!" Cibir Liana sebelum duduk.
Alea mendengkus mendengar ucapan itu, rasa jengkelnya beberapa saat lalu saat mendengar nama mantannya musnah seketika. "Tapi gue ragu sama pak Sandy."
"Kenapa emangnya? Udah pasti lo 'kan yang bakal naik jabatan? Jangan-jangan lo takut kalah saing sama pak Rayyan?"
Alea langsung menggebrak meja, membuat sedikitnya orang-orang yang ada disekitar mereka menoleh.
"Gue gak bakal kalah sama Rayyan! Karena gue yakin kalau laporan gue udah bagus! Gue bergadang buat ngerjain itu!"
"Yaudah! Lo ngapain harus ragu? Ini demi jabatan manajer Al!" Ucap Liana menggebu-gebu. Ia menatap nasi padang Alea yang terlihat menggugah selera. "Eh, gue pesan makan dulu." Ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Mistake ✅[SUDAH TERBIT]
Romance·-Dramaqueens Project-· Update setiap Sabtu! ----Part ending sudah dihapus dan versi lengkap ada di google playbook---- Merasakan dikhianati oleh kekasihnya dimasa lalu, membuat Alea E. Dobrev, wanita berusia 28 tahun, tak menginginkan seorang laki...