"Yudha,"
Suara seseorang memanggilnya, membuat pria itu, Yudha. Menoleh saat dirinya sendiri sedang sibuk membaca sebuah buku. Dipandanginya seorang pria tua dengan uban yang menghiasi kepala sedang menghampiri dirinya. Namun, tidak mengurangi kekharismaan yang dimilikinya di masa muda. Pria tua berkebangsaan Kanada itu tersenyum kecil sebelum akhirnya duduk disofa yang ada di hadapannya.
"Ada apa?" tanya Yudha.
"Kau sudah menemui Eliza? Bagaimana kabarnya? Sering-seringlah ke Indonesia untuk menengoknya, aku khawatir." Jawab pria tua itu setelah menyesap sedikit teh yang disuguhkan oleh pelayan.
"Kakek, Eliza baik-baik saja." Yudha tertawa kecil, kemudian menutup bukunya. "Setelah sekian lama aku memaksanya untuk bekerja di Hotel. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba Eliza menyetujui untuk bekerja disana."
Pria tua itu tersenyum bahagia mendengar kabar itu. "Syukurlah, setidaknya kau bisa mengawasi dia. Dan aku tidak tega melihatnya bekerja dibawah pimpinan orang lain dan membuatnya merasa tersiksa."
Yudha tertawa, "Siapa yang bilang jika ia malah tersiksa? Eliza malah menjadi karyawan kesayangan bosnya, itu dulu. Dan sekarang aku tak mengetahui, apa yang terjadi sehingga Eliza memutuskan untuk mengundurkan diri dari sana."
"Aku tak akan memikirkan itu. Karena bagiku, dia bekerja di tempatmu saja aku sudah senang. Aku tak akan melarangnya lagi untuk berbuat sesuatu disana. Karena saat aku mengontrol dirinya, ia malah semakin menjadi-jadi. Tapi, ada satu hal yang aku pertanyakan. Mengapa tiba-tiba jiwa troublemaker-nya hilang?"
Yudha hanya tertawa saja, ia juga tak mengerti dan tak ingin mencari tau apa sebabnya Alea menghilangkan sikap menyebalkan itu. Dengan Alea bekerja di tempatnya saja ia sudah merasa satu langkah lebih dekat untuk memperbaiki masa lalu.
Karena ia ingin Alea kembali kepelukannya lagi.
***
Sinar mentari perlahan menyilaukan mata kedua insan yang sedang tertidur dengan nyenyak disana. Dengan posisi yang masih sama mereka tertidur dengan pulas meskipun sinar mentari itu tak henti-hentinya secara langsung meminta mereka untuk membuka mata.
Tidur Alea seketika terusik saat tiba-tiba ia merasakan tangan besar seseorang meraba wajahnya. Ia menepisnya dan membuka mata secara perlahan.
Alea tak kaget saat mendapati Rayyan yang masih diposisi semula. Ini bukan FTV dimana ia akan berdrama dan berteriak manjah untuk mengusir Rayyan.
Oh, well. Baiklah.
PLAKKK
Alea mengayunkan tangannya langsung menampar pipi Rayyan. Ia tak akan peduli! Ia tak akan menyesal karena telah menampar laki-laki menyebalkan yang seenaknya sendiri nyelonong masuk apartemen dan tidur dibahunya secara sembarangan.
Dipikir apa? Seharusnya Alea yang bersandar manja dan tidur di bahu Ray-sial! Kenapa pikiranmu aneh Alea?! Tapi, memang benar, sih! Ini malah kebalikannya. Mana kepala Kebo ini berat sekali di pundaknya!
Rayyan meringis sebelum membuka mata secara spontan. Ia mengusap-usap pipinya sembari memandang Alea yang sudah bengis menatapnya.
"Gila, ada gajah tampar pipi gue." Gumamnya.
"Gajah noh di Afrika yang samperin lo!" Alea berteriak, kemudian berdiri. Masih dengan mata yang berkobar api saat menatap Rayyan yang mengusap pipinya yang memerah.
"Lo emang gila Ray! Lo buat gue lembur, lo buat gue kelakaban sama acara gila nikahan kakak lo. Dan tadi, lo tidur seenaknya di apartemen gue. Dapat bonus tidur dipundak gue?! Lo sengaja nyiksa gue gitu?! Pergi lo dari sini!" Alea bersidekap dada dengan gigi yang sudah bergemeletuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Mistake ✅[SUDAH TERBIT]
Romansa·-Dramaqueens Project-· Update setiap Sabtu! ----Part ending sudah dihapus dan versi lengkap ada di google playbook---- Merasakan dikhianati oleh kekasihnya dimasa lalu, membuat Alea E. Dobrev, wanita berusia 28 tahun, tak menginginkan seorang laki...