Alea menutup pintu Apartemennya dan memastikan jika ia sudah mengganti passwordnya. Rayyan lama-lama bahaya untuknya.
"Sialan, gue nggak nyangka kalau Rayyan senekat itu." Alea berjalan memutari ruangan tamunya sembari menggigiti kukunya.
Sebenarnya ini sedikit menguntungkan untuknya. Namun, ia tak tau lagi jika misalnnya Rayyan menggunakan ini untuk keuntungan lain.
Menjatuhkannya misalnya?
Oh, sial. Nggak akan bisa. Yang harus menjatuhkan dan membuat Rayyan bertekuk lutut terlebih dahulu adalah Alea. Ia ingin membuat Rayyan seperti itu sebelum ia yang terancam.
Tujuan awal ia mendekati Rayyan adalah itu. Jangan sampai Alea yang malah kena batunya.
Sial, sial, sial. Kenapa bisa menjadi seperti ini, sih?
Alea bahkan tak pernah menduga jika Rayyan akan melakukan hal itu. Ini benar-benar membuat Alea gelisah dengan apa yang terjadi kedepannya meskipun pikiran-pikiran aneh untuk menjatuhkan laki-laki itu sudah terbentuk dikepalanya.
Oke, oke. Mari pikirkan sekali lagi.
Jika saja Alea tidak mencoba lebih dekat dengan Rayyan ataupun peduli dengan setiap patah kata unfaedah milik laki-laki. Pasti Alea sekarang merasakan jika hidupnya sangat tenang dan damai.
Dan jangan lupakan jika hidupnya dulu berwarna warni. Tidak seperti sekarang yang seperti dikejar oleh debt collector. Ngenes memang hidupnya sekarang. Padahal dulunya ia suka melihat para pria yang percaya dengan mulut penuh bisanya. Tapi sekarang? Ck, Alea harus menghadapi Rayyan dengan segala pemikiran semrawutnya.
Ini semua karena tantangan menyebalkan yang dibuat oleh para sahabatnya, ishh!
Coba saja Alea bisa membaca pikiran Rayyan. Alea pasti sudah bisa mematok Rayyan dan memenangkan tantangan sahabatnya.
"Oke-oke, nggak perlu dipikirin lagi Alea." Alea menahan napas kemudian mengeluarkannya lewat mulut secara perlahan. "Tenang, tenang. Pasti bakal nemu jalan keluarnya. Fokus Al. Fokus."
Alea duduk sembarangan di lantai dengan kedua tangan ada di lututnya. Persis seperti seseorang yang sedang Yoga. Padahal juga bukan. Kebanyakan gaya memang Alea itu.
Alea baru tersadar jika ia merasa bodoh karena menangis dihadapan Rayyan. Ia tak menyangka jika ia bisa menangis setelah sekian lama tak pernah memikirkan tentang kesalahan besar yang dilakukan oleh Yudha padanya. Yah, mungkin Alea pernah menangis. Tapi air matanya hanya untuk mamanya yang sudah berpulang. Setidaknya air matanya tak akan pernah sia-sia jika ia menangis untuk mamanya.
Nah, tadi mengapa Alea bisa menangis karena memikirkan Yudha? Dihadapan Rayyan lagi. Alea menipiskan bibirnya, kemudian bangkit dari duduknya karena ia sudah merasa tenang.
Akan tetapi, pikiran tentang Yudha itu seketika membuatnya gelisah kembali. Alea takut terjadi sesutu pada dirinya nanti karena tiba-tiba teringat dengan Yudha. Apalagi akhir-akhir ini Rayyan selalu ada di lingkupannya.
Ini bahaya karena Alea tak mau sisi yang lain diketahui oleh Rayyan. Tidak boleh. Alea harus pintar mengendalikannya.
Mungkin jika ada yang mengenal Alea dari lama akan bertanya-tanya mengapa Alea bisa dekat kembali dengan Yudha atau bahkan Yudha yang sepertinya bertanggung jawab pada Alea. Alea mempunyai alasan, ia sudah lelah menolak segala usaha Yudha untuk memaafkan laki-laki itu.
Alea membiarkan Yudha bertingkah seperti itu. Ia lelah melihat Yudha yang tiada henti mencari perhatiannya agar dirinya memaafkan laki-laki itu. Namun, Alea tak akan pernah bisa memaafkan Yudha meskipun laki-laki itu melakukan hal besar padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Mistake ✅[SUDAH TERBIT]
Romance·-Dramaqueens Project-· Update setiap Sabtu! ----Part ending sudah dihapus dan versi lengkap ada di google playbook---- Merasakan dikhianati oleh kekasihnya dimasa lalu, membuat Alea E. Dobrev, wanita berusia 28 tahun, tak menginginkan seorang laki...