3. Investigasi

177 24 35
                                    

Keesokan harinya, Yanan lagi mumet mikirin keberadaan Waka Waka yang nggak kunjung terdeteksi. Mana Haji Hui rempong banget lagi. Bentar-bentar nanyain. Yanan mana bisa fokus pas lagi nyari petunjuk di pasar. Akhirnya, Yanan kembali ke showroom dengan tangan hampa. Sementara Yanan lagi mikirin kemungkinan pencurian lain yang bakal terjadi, datanglah seonggok mas mas berlobang hidung lebar di depan showroomnya. Showroom itu udah canggih bener pake pintu yang muter-muter kaya di mall Mangdu Square. Karena gaptek, Yeowon akhirnya cuma bisa muter-muter aja di pintu dan gagal masuk. Yanan yang merasa terganggu sama suara Yeowon, akhirnya angkat pantat buat menyelamatkan Yeowon.

"Eh, eh, gimana ini berhentiinnya?? Yanan tolongin diriku!!! Helppp!!" Yeowon teriak-teriak sampe keringetan.

Dengan sigap, Yanan nahan pintunya biar ga muter lagi.

"Gimana sih lo? Jalannya lurus aja jangan ngikut pintunya belok. Udah sini masuk." kata Yanan sambil megang pelipisnya yg mumet. Padahal kan yang muter-muter Yeowon.

Mereka berdua akhirnya duduk. Belum ada semenit, haji Hui yang songong muncul sambil uring-uringan.

"Yan, gimana hasilnya? Waka Waka gue udah ketemu belom? Ah pasti belom deh!" cerocos haji Hui sambil nunjuk-nunjuk muka Yanan. Yanan yang kepalanya masih mumet gara-gara kelakuan Yeowon, sekarang makin mumet denger ocehan haji Hui.

"Pak haji duduk dulu deh" suruh Yeowon.

"Gue mana bisa duduk tenang sementara ayam kesayangan gue belum ditemukan!" remuk hati haji Hui teringat Waka Waka yang dari kemaren belom dikasih makan.

"Yan, jawab gue dong!" desak haji Hui.

"Pak haji duduk dulu biar saya jelasin"

Haji Hui akhirnya duduk di deket Yeowon.

"Jadi hasil penelusurannya gimana?"

"Gini pak haji, kemarin saya abis ke pasar..."

FLASHBACK START

"Sayur sayur!!"

"Daging daging!!"

Suara berisik menyambut Yanan pas masuk ke pasar. Apakah Yanan mau belanja? Ya jelas nggak lah. Dia kan mau menyelidiki keberadaan ayam haji Hui yang ilang. Siapa tahu aja ayam haji Hui udah disembelih terus dagingnya dijual di pasar.

Yanan berhenti pas di depan tukang daging ayam. Dia diem sambil liatin satu persatu daging ayam utuh yang berjajar.

"Mau beli berapa kilo dek?" tanya emak-emak penjual ayam berambut kribo.

"Hmm bentar" jawab Yanan sambil terus liatin ayam-ayam itu sambil sesekali ngelirik sang penjual.
Waktu udah berlalu sejam lamanya dan Yanan masih anteng aja liatin ayam.

"Bu, ini dapet ayam dari mana?" tanya Yanan kepo.

"Dari supplier saya" jawab pedagang itu santai.

"Suppliernya siapa? Orang mana? Ada nomer wattsappnya gak? Trus, kenapa rambut penjual daging ayam di sini rata-rata kribo?" Yanan melontarkan pertanyaan bertubi-tubi.

Emak-emak penjual daging ayam yang udah kesel banget itu akhirnya ngejawab

"Lu kesini sebenernya mau beli ayam apa wawancara?" kebulan asap udah keluar dari hidung emak-emak itu.

"Hmm saya sih kesini mau ada penyelidikan, Bu. Soalnya ayam di kampung saya pada ilang." papar Yanan sambil mondar mandir.

"Jadi lo nuduh ayam yang gue jual ini hasil beli di blackmarket gitu?"

"Ya bisa jadi" jawab Yanan yang jelas aja bikin emak penjual daging itu naik darah.

"Sini bocah! Gue cincang lo!"

PENTAGON BERAKSI - TRAGEDI DI KAMPUNG ULTRA VIOLETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang