Part 3

1.3K 226 102
                                    

"Aku tak mau melahirkannya, tak mau melahirkan anak ini."

Punggung kokoh disandarkan pada tembok, memilih untuk mengistirahat tubuh lelahnya. Sebenarnya bukan fisik, ketika psikislah yang menguras energinya dengan begitu besar. Saat ketakutan menjadi salah satu alasan, dari begitu banyak alasan lainnya. Karena bagaimanapun perasaan itulah yang lebih mendominasi, memenuhi dada sampai menyesak. Younghwan tak pernah berpikir akan merasakan semua perasaan ini sebelumnya, apalagi hal itu justru datang dari Hanna. Wanita yang sedari Younghwan pertama kali mengenalnya memiliki kepribadian baik dengan sifat lembutnya, namun kini berubah menjadi begitu menakutkan.

Drrttt

Getaran pada kantung celana sedikit menyentak, membuat Younghwan mengenyahkan sedikit pikiran buruknya. Pria itu meraih kotak hitam datar itu segera, kemudian mennyentuh ikon telepon berwarna hijau. Mengangkat sebuah panggilan yang diterima, dan mulai menyapa orang yang tengah berada disebrang sana.

"Yeobseo.-"

"Younghwan. bagaimana keadaan disana? Apa Hanna akan melahirkan? Apa kata Dokter? Hanna akan baik-baik saja, bukan?"

Nada khawatir yang menyambut sapa, terasa memenuhi pendengarannya kini. Suara familiar dengan rentetan pertanyaan, berhasil membuat Younghwan merasa semakin pening. Bingung akan menjawab pertanyaan yang mana terlebih dahulu, dari wanita paruh baya diujung telepon.

"-Eomma, bisakah bertanya satu persatu? Aku bingung harus menjawab yang mana terlebih dahulu."

Helaan napas terdengar, Younghwan pikir sang Ibu akan berteriak marah karena dia tak langsung menjawab pertanyaannya. Namun yang terjadi justru sebaliknya, ketika suara itu justru melembut.

"Maafkan Eomma, Younghwan. Eomma terlalu panik karena khawatir, jadi bertanya begitu banyak kepadamu.-"

Bahkan kini wanita itu meminta maaf, karena telah mengajukan begitu banyak pertanyaan padanya.

"-Eomma hanya ingin tahu, bagaimana keadaan disana?"

"Hanna...dia masih ada didalam ruang operasi Eomma. Dokter tak mengijinkanku masuk, karena Hanna harus dioperasi akibat pendarahan yang dialaminya."

Tatapan bergulir, menatap kearah lampu diatas pintu yang masih berwarna merah. Menandakan bahwa operasi tengah berlangsung didalam sana. Bahkan belum ada tanda-tanda semua itu akan berakhir, sehingga pria itu kembali mengalihkan tatapan. Menatap jauh kedepan seolah menerawang, namun belum sempat pikirannya kembali bermain suara telah terlebih dahulu tedengar.

"Lalu, bagaimana keadaanmu? Kau baik-baik saja kan, Younghwan?"

"Aku?-" Tanya penuh kebingungan yang justru keluar dari kedua belah bibir Younghwan, untuk membalas tanya Nyonya Cho. Walau begitu, pada akhirnya dia menjawab kemudian semua itu. Namun dengan sebuah keraguan, disetiap kata yang dikeluarkan.

"-Tentu aku baik-baik saja, Eomma. Kenapa menanyakan hal seperti itu?"

"Karena kau terdengar tidak seperti itu, kau terdengar tidak sedang baik-baik saja Younghwan. Apa Eomma kesana saja dan menemanimu menunggui Hanna?"

"Tidak perlu Eomma, aku saja, Ah, bagaimana dengan anak-anak? Aku tadi terburu-buru, jadi tidak sempat memastikan keadaan mereka."

"Jangan khawatir, mereka baik-baik saja. Eomma memutuskan membawa keduanya ke Mansion, karena Kibum tadi menangis dan terus menerus mencari kalian berdua setelah terbangun oleh keributan itu. Lalu Heechul-"

Suara wanita paruh baya itu menghilang untuk sesaat, membuat Younghwan melihat layar ponselnya. Ingin memastikan apa panggilan itu masih tersambung atau telah terputus. Namun saat menemukan panggilan itu masihlah tersambung, pria itu dengan cepat kembali menempelkannya ditelinga.

Mother (Can I Hope?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang