Part 8

1.6K 239 153
                                    

Sinar yang menyapa pagi, udara yang menyambut hari terasa berkali-kali lipat lebih baik. Sesak yang menghimpit dada, rasa sakit yang tak kunjung mereda hari ini tak lagi terasa. Hanna memulai harinya dengan begitu baik, ketika dia bangun begitu pagi hari ini. Walau hanya menemukan kosong disisi ranjang tepat disampingnya yang terasa begitu dingin seolah tak pernah ditiduri, Hanna tetap mengembangkan senyum. Memaklumi jika Younghwan tak tidur dikamar mereka malam kemarin, mengingat pria itu menjauhinya tepat setelah orang tuanya menelpon bahwa mereka telah sampai di China dengan selamat kemarin siang. Younghwan dimata Hanna, seperti seseorang yang tengah mengambek karena keinginannya tak terpenuhi. Sehingga wanita itu akan membiarkannya untuk sekarang, sampai suasana hati pria itu membaik dengan sendirinya.

Membersihkan diri, kemudian Hanna siap untuk mulai menyiapkan sarapan pagi. Dengan luapan rasa bahagia yang masih begitu besar, wanita itu tak dapat menahan diri untuk tak melakukan sesuatu yang jauh dari kata biasa hari ini. Dia akan membuat sarapan spesial untuk seluruh anggota keluarganya sekarang, membuatnya mengeluarkan hampir semua bahan makanan yang berada di dalam lemari pendingin. Siap mengolahnya menjadi masakan lezat yang akan disukai semua orang.

"Aku akan memasak makanan kesukaan Younghwan-ah, Heechulie dan Kibumie hari ini. Mereka semua pasti akan sangat menyukainya." Memasang apron berwarna biru muda, Hanna mulai mencuci semua sayur mayur yang akan dimasaknya. Bersenandung disetiap gerakan yang dilakukan, suasana dapur pagi ini jelas begitu berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Walau setiap hari Hanna selalu memasak makanan dengan suka cita untuk anggota keluarganya, namun jelas ada hal yang terasa menghalangi segala perasaan. Namun sekarang, semua itu tak ada lagi. Ketika satu-satunya penghalang kebahagiaan, sekarang telah berada jauh disana tak lenyap namun setidaknya tak ada lagi dijangkauan pandangannya.

Hanna, dia begitu sadar bahwa hatinya telah menghitam. Membusuk dengan segala perasaan negatif yang tak juga berkurang, justru senantiasa menumpuk menjadi satu emosi yang bernama kebencian. Dia, wanita yang sebelumnya selalu hidup dengan segala perasaan positif dan perasangka baik. Kini justru berprilaku begitu berkebalikan, ketika dirinya berlaku bak orang jahat yang tak memiliki hati. Mengharap ketakberadaan sebuah eksistensi, lenyap tanpa kembali berada ditengah-tengah kehidupannya. Begitu jahat, bukan?

Walau begitu, Hanna merasa tak kuasa untuk menahan segala perasaan tak baiknya tersebut. Seperti telah melekat dengan kuat, sama halnya dengan memori mengerikan malam itu. Saat dia mencoba melihat anak lelaki itu dengan cara biasa, semua itu tak berhasil sedikitpun. Dia hanya akan menemukan rasa takut tak berujung, setiap kali dia melihat walau hanya wajahnya saja. Bahkan semua itu, selalu berhasil menyulut perlakuan kasar penuh penolakan yang akan datang dari wanita tersebut.

"Anak itu terlalu mengerikan untuk dapat kuterima." Dan berakhir pada kesimpulan sama, yang selalu menyambangi pikiran. Bahwa dia tak akan dapat menerima bahkan untuk bersikap biasapun, tak akan bisa dia lakukan. Ketakutan yang berubah menjadi rasa benci telah memenuhi relung hati, sehingga mustahil akan ada kasih sayang ditengah semua perasaan sesak yang selalu datang dengan cara menyakitkan tersebut.

"Cho Hanna, mari berhenti memikirkannya." Menghentikan diri sendiri untuk terus berkubang dalam pikiran gelapnya, Hanna mengucapkan kalimat itu dengan lantang.

Setelah berhasil dengan usahanya tersebut, wanita itu melanjutkan kegiatan sebelumnya dengan konsentrasi lebih. Dia bahkan menyelesaikan semua masakannya tepat, saat ketiganya-Younghwan, Heechul dan Kibum- turun ke meja makan. Hanna menyambut mereka dengan senyum yang begitu lebar, meletakan mangkuk nasi yang terisi penuh pada masing-masing sisi meja.

"Kalian duduklah, mari kita sarapan. Eomma sudah membuatkan makanan kesukaan kalian."

Hal yang pertama kali Younghwan lihat justru kosongnya peralatan makan si bungsu tepat pada kursi kesukaannya, bukan makanan menggiurkan yang telah dimasak sang istri. Jika dia hitung, di meja makan kini hanya ada empat peralatan makan lengkap dengan makanan yang telah terhidang. Semua itu milik Heechul, Kibum, Hanna dan juga dirinya, tidak ada makanan milik Kyuhyun disana. Dan hal itu berhasil melukai Younghwan, saat pria merasakan rasa sakit pada relung hatinya kini.

Mother (Can I Hope?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang