Part 5

1.4K 249 156
                                    

"A-appa tangan Kyunnie licin, pialanya terjatuh dan pecah. Apa yang harus Kyunnie lakukan?"

Anak lelaki itu menoleh, air mata yang bergumul diujung mata mulai mengalir. Namun isakan sekuat tenaga ditahan, agar suara yang keluar dapat terdengar jelas oleh sang ayah. Dia mengungkapkan alasan atas semua kekacauan yang terjadi, tanpa menunggu Younghwan meminta penjelasan. Tetapi yang Kyuhyun tak tahu, Younghwan sang ayah sebenarnya tahu akan kebenaran dibalik kejadian saat ini. Ketika wanita diujung ruangan justru mendengus kearah Kyuhyun, sedang yang tak pria itu mengerti kenapa si kecil Kyuhyun harus mengarang sebuah alasan untuk menutupi perilaku Hanna tersebut. Dia anak lima tahun, yang tak seharusnya memiliki pemikiran untuk menutupi perlakuan tak baik sang Eomma. Sehingga Younghwan ingin sekali menanyakan alasan Kyuhyun melakukan semua itu.

"Astaga, Kyunnie. Apa yang terjadi?" Namun suara terkejut Kibum, menghalangi keinginan pria itu untuk bertanya secara langsung pada Kyuhyun. Ketika anak lelakinya yang seharusnya tadi bersama si bungsu, kini justru baru datang dari arah dapur. Sepertinya Hanna membuat Kibum pergi terlebih dahulu, baru berbuat sesuatu yang buruk pada Kyuhyun. Hal picik tak termaafkan, saat Hanna selalu menyakiti Kyuhyun ketika tidak ada salah satu diantara mereka berada disekitar si bungsu. Younghwan bukan tidak tahu, namun pria itu merasa belum memiliki waktu yang tepat untuk menegur wanita tersebut.

"Aku tak apa, Hyungie."

Heechul segera mencegah tangan mungil menyentuh pecahan kaca tajam, takut sang adik akan terluka. Kemudian menggantikan untuk memunguti semua pecahan kaca, dan mengumpulkannya menjadi satu. Hanya pecahan yang berukuran besar disisihkan, sedang yang kecil dan berbentuk serpihan dia akan meminta Ahjumma Lee untuk menyapunya nanti. Sehingga begitu menyelesaikan semuanya, Heechul dengan segera membawa tubuh Kyuhyun yang terduduk untuk kembali berdiri.

"Berhentilah menangis. Bukankah kau berkata tidak apa-apa tadi, Kyunnie?"

"Tapi pialanya, Hyungie."

Puk

"Lalu tadi saat Hyung bertanya, kenapa kau menjawab baik-baik saja?" Kibum menepuk puncak kepala sang adik, lalu bertanya gemas akan sikap tenang yang sebelumnya Kyuhyun tunjukan. Padahal sekarang, anak lelaki itu justru menangisi pialanya yang telah terpecah belah. Jika merasa sedih, seharusnya sang adik tak menutupi sedari awal. Kibum rasa tak ada yang akan memarahi anak lelaki semenggemaskan Kyuhyun, karena semua itu.

"I-itu karena...Hyuunggiieee...hiks...hiks..."

Sedang Kyuhyun, tak mampu mengelak seperti sebelumnya. Ketika memikirkan piala yang dia dan teman sekelasnya dapatkan dari segala kerja keras serta latihan yang tak sedikit, kini terpecah menjadi kepingan-kepingan tak berharga. Padahal teman sekelasnya telah berbaik hati membiarkan dia membawanya pulang untuk dapat menggunakan berfoto dengan semua anggota keluarga, sekarang justru rusak begitu saja. Kyuhyun menjadi begitu sedih, dengan rasa takut karena merasa bersalah.

"Jangan menangis, Hyung akan membantumu."

"Bagaimana caranya, Hyungie?" Kibum belum memikirkannya, dia berkata seperti itu hanya agar Kyuhyun berhenti menangis. Sehingga sekarang anak delapan tahun tersebut kehilangan kata, tak tahu harus menjawab tanya akan jalan keluar dari masalah yang tengah Kyuhyun hadapi. Dia menatap kearah Heechul, mencari bantuan untuk sebuah jalan keluar. Sedang Heechul menghela napas, kemudian mendekati kedua adiknya. Pertama dia menepuk sedikit keras kepala Kibum, baru selanjutnya menepuk dengan lembut kepala Kyuhyun.

"Bagaimana jika Hyung membantumu berbicara pada teman sekelasmu? Kita bisa menjelaskan apa yang terjadi dengan jujur dan meminta maaf pada mereka."

"Bagaimana kalau mereka tetap marah?"

"Karena Kyunnie sudah berusaha minta maaf, mereka pasti akan mengerti."

Menghapus air mata pada kedua pipi gembul Kyuhyun, Heechul berhasil menghentikan tangis anak lelaki tersebut. Walau tak menghapus rasa sedih seluruhnya, namun perkataan Cho sulung benar-benar membantu sang Ayah. Ketika pria itu dapat kembali mengulas senyum, karena melihat interaksi ketiga putranya itu. Sehingga dia sedikit melupakan kekesalan yang tadinya dirasakan pada sang istri, saat prilaku ketiganya lebih dari cukup untuk meredam perasaan Younghwan. Dia begitu bersyukur, bahwa kedua anak lelakinya dapat menjaga sang putra bungsu dengan begitu baik.

Mother (Can I Hope?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang