Part 9

1.2K 221 122
                                    

Draakk

Membuka handel pintu, kemudian masuk tanpa menimbulkan suara berlebih. Sadar bahwa lagi dan lagi, dia pulang pada waktu telah lewat tengah malam. Ketika memilih untuk menenggelamkan diri dalam kesibukan pekerjaan demi mengalihkan pikiran, dari berbagai macam masalah yang terjadi didalam rumah ini. Rasa-rasa yang telah lama ditahan kini telah menumpuk, menjadi perasaan mengerikan yang terus menggerogoti kebaikan hatinya. Sehingga ketakpedulian akhirnya tertanam dalam perasaan.

"Kau pulang tengah malam lagi?"

Suara datar tepat dihadapan membuat Younghwan menoleh, pria itu pikir semua anggota keluarganya telah terlelap dalam tidur mereka. Namun ternyata ada yang masih terbangun, dan itu Hanna sang istri. Wanita itu menatapinya dengan tajam kini, sebersit kemarahan terlihat jelas dari kedua mata coklatnya. Tetapi saat ini Younghwan tidak dalam suasana hati untuk menanggapi dengan lebih semua itu, sehingga pria itu lebih memilih untuk melewati Hanna begitu saja tanpa ingin bersinggungan.

"CHO YOUNGHWAN."

Namun ingin hati untuk tak membuat keributan, justru ditanggapi berbeda oleh Hanna. Ketika wanita itu justru berteriak kencang, ditengah sunyinya malam. Membuat keributan yang bisa saja membangunkan semua anggota keluarga, termasuk kedua anak lelaki mereka.

"Cho Hanna, kecilkan suaramu. Heechul dan Kibum bisa terbangun."

"Jika tak ingin semua ini terjadi, maka berhenti mengabaikanku.-" Menatap Hanna dengan pandangan datar, Younghwan hampir saja kembali mengabaikan sang istri.

"-Ini sudah hampir 10 tahun dan kau masih bersikap kekanakan seperti ini. Sampai kapan lagi semua ini harus berlanjut? Sampai anak itu kembali, begitu?" Namun lanjutan dari kalimat sang istri membuat Younghwan mengembalikan semua fokusnya. Menatap wanita itu dengan pandangan yang entah tersirat apa, hanya saja begitu banyak emosi bermain dikedua mata.

"Tapi kau harus sadar, Cho Younghwan. Sampai kapanpun, anak sialan itu tak akan pernah kembali. Tak akan kubiarkan lagi untuk memasuki kehidupan bahagiaku, tak akan pernah."

Dan sekarang, Hanna yang berubah mengabaikan. Alasan pria itu bersikap dingin kepadanya selama ini, ternyata derita yang coba dia singkirkan. Jika untuk mendapatkan lagi perhatian Younghwan dengan membawa kembali anak lelaki itu, maka Hanna akan memilih untuk terabaikan seumur hidupnya. Biarlah dia dan Younghwan menjalani kehidupan keluarga yang dingin, asalkan sumber dari segala deritanya itu tak akan pernah kembali lagi.

Namun Hanna, kau selalu lupa akan rencana Tuhan. Ketika sang Khalik berkehendak, sekeras apapun kau coba menyangkal semua akan tetap terjadi. Jika sekali lagi Tuhan memutuskan untuk membawa 'derita'mu kembali, kau tetap tak bisa melakukan apapun. Karena seperti itulah takdirmu berjalan.

.

.

.

Empat pasang langkah bergerak bersamaan, berlari menyusuri lorong dengan begitu cepat. Napas memburu bukan halangan, bahkan air mata yang senantiasa keluar bak anak sungai pada wajah terabaikan. Ketika keinginan untuk sampai pada ruangan yang dituju begitu besar, wanita itu harus sampai dengan cepat sebelum semua terlambat. Walau dalam hati dia jelas tahu, bahwa dia telah sangat terlambat. Ketika jarak yang terbentang sebelumnya, telah menghabiskan waktunya untuk datang secepat mungkin.

Braakk

"TIDAK!!!"

Raungan keras, memenuhi ruang yang baru saja terbuka dengan kasar. Gerakan tangan yang hendak menutupi wajah pucat dengan selembar kain putih dihentikan. Pria dengan jas putih membawa tubuh untuk menjauh dari ranjang, memberi ruang untuk keluarga pasien guna menemui untuk yang terakhir kali. Ketika perjuangan telah mencapai ujungnya, sehingga sekarang hanya raga tak bernyawa yang tersisa.

Mother (Can I Hope?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang