Part 11

1.3K 158 34
                                    

Bangunan dan pohon terlihat bergerak begitu cepat, karena laju kendaraan yang dinaikinya. Semua terlihat baru baginya, ketika ingatan yang dimiliki telah mengabur bahkan mungkin tak ada lagi tentang lingkungan ini sekarang. Begitu asing, mengingat waktu yang telah dia lewatkan ditempat nan jauh disana. Membuat tempat yang seharusnya terasa akrab, kini asing tak dikenali. Bahkan Taman Kanak-kanak jenjang sekolah terakhir yang pernah dijalaninya disini, sekarang telah dia lupakan dimana tempatnya.

"Apa Taman Kanak-kanak tempatku sekolah dulu masih ada?"

Tiga orang lain yang berada didalam mobil, tersentak secara bersamaan. Mendengar tanya yang tak pernah mereka duga, akan sang bungsu tanyakan. Mereka pikir pemuda itu akan terus bungkam, diam seperti saat di meja makan saat sarapan tadi. Tak membuka suara sedikitpun, bahkan menghabiskan waktu hanya dengan melamun disepanjang sarapan tanpa menyentuh satupun makanan yang terhidang di meja makan. Sikap yang cukup aneh, ketika Kyuhyun yang bahkan pada kedatangan pertamanya tak melakukan semua itu.

"Sudah tidak ada lagi, bangunannya dibongkar dua tahun lalu untuk dijadikan Apartemen."

"Jadi sudah tidak ada lagi, ya?"

Kalimat sarat akan kesedihan, terucap dari kedua belah bibir. Menunjukkan sebuah kekecewaan besar, ketika ingin tuk melihat kembali tempat yang menyimpan kenangan menyenangkan paling banyak telah tak ada lagi. Membuat tempat ini sekarang sungguh-sungguh menjadi tempat baru nan asing, yang tak ada kenangan tentangnya tersimpan pada satupun sudutnya.

"Bagaimana kalau mengunjungi tempat lain saja? Hyung bisa menemanimu. Lagi pula sekarang banyak tempat baru dan bagus didekat sini."

Menggeleng kecil, Kyuhyun langsung menolak ajakan Kibum tersebut. Lalu, kembali terlarut dalam lamunannya dengan memandangi jalanan Kota Seoul. Dia memang seharusnya tak melakukan semua itu pada Kibum, ketika kekecewaannya justru dia lampiaskan pada kakak keduanya itu. Selain itu, Kibum mungkin akan membenci Kyuhyun saat dirinya memperlihatkan dengan jelas bahwa dia tak ingin didekati. Saat segala itikad baik dari Kibum selalu dia balas penolakan.

Namun pertemuan sebelumnya dengan Hanna, membuat Kyuhyun sadar bahwa dia memang tak boleh terlarut dalam sikap baik dari siapapun. Karena pada akhirnya dia harus pergi dari sini secepatnya, ketika sang Ibu masih bersikap lunak padanya.

"Kyuhyun-ah.-"

"Kibum-ah, diamlah."

Heechul pada akhirnya membuka suara, sesaat setelah Kibum akan kembali berbicara. Dia berhasil membuat sang adik bungkam, sebelum kembali melayangkan kalimat apapun yang coba diucapkan. Heechul ingin Kibum diam, dan tak membuat keributan lebih dari ini. Agar pada sisa perjalanan mereka tenang, seperti sebelumnya.

Sedangkan Kyuhyun, dia menoleh kearah Heechul yang duduk didepan. Melihat wajah sang kakak tertua dari kaca, memperhatikan ekspresi yang terpasang pada wajah tampan itu. Namun diperhatikan berapa lamapun, Kyuhyun tak mendapati emosi apapun yang terpatri disana. Kecuali wajah datar dan tenangnya, tidak ada ekpresi marah, benci atau apapun itu. Akan tetapi, Kyuhyun tetap dapat merasakan bahwa Heechul pasti begitu membencinya. Ketika dia bahkan tak membiarkan Kibum berbicara lebih dari itu padanya.

"Tenang saja, Heechul Hyung. Aku pasti akan pergi dari sini, secepatnya."

Menarik sudut bibirnya kecil, Kyuhyun meringis tanpa sadar. Namun tekad dalam hatinya justru menjadi semakin besar, untuk segera pergi dari tempat ini. Dia sadar sepenuhnya, bahwa disini bukan tempatnya. Dia tak diharapkan hadir disini, jadi seharusnya dia memang tak disini sekarang. Ibu dan Kakaknya bahkan memperlihatkan dengan jelas, bahwa tak ada tempat disini untuknya sedari awal.

.

.

.

Mother (Can I Hope?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang