3. Topeng Berdarah

165 18 0
                                    

Sakura berdiri diam di pintu sebuah bagunan yang berada di sebelah gedung sekolah. Irisnya menatap tajam pintu dengan lambang kipas bewarna merah putih di bagian tengah pintu, dengan penasaran, ia mendorong pintu itu sehingga menimbulkan suara 'krieett' pelan. Dilangkahkan kakinya masuk ke dalam bangunan, mendorong lebih lebar pintu yang sudah terbuka. Irisnya menatap sekelilingnya, bangunan megah itu memiliki barang-barang yang ia kira sudah lama dengan kening yang berkerut bingung. Tak seperti rumah kosong pada umumnya, rumah besar ini memiliki peralatan tumah lengkap. Didapannya terdapat tangga melingkar ke arah atas dengan bagian pegangan tangan patung ular. Disisi kanan terdapat lemari besar yang berisi guci-guci kecil antik yang ia tebak menjadi hiasan dalam rumah ini.

Ia melangkahkan kakinya mendekati lemari kaca yang berada di sebelah kiri, disamping lemari itu terdapat pintu kayu yang terlihat gagah dan kuat. Sakura mengerutkan alisnya menatap pintu itu dengan oenuh rasa penasaran. Bibirnya bergumam pelan, hingga mungkin hanya ia sendir yang mau mendengarnya. Ia mengedarkan pandangannya kembali kesekeliling ruangan, banyak sekali tempat-tempat yang disekat membatasi jarak pandang tamu yang mungkin akan mengunjungi rumah ini.

Tap... tap... tap..

Langkah kaki seseorang terdengar samar di indra mendengarannya. Membuat ia berdiri mematung mencoba memfokuskan diri pada suara yang baru saja ia dengar. Setelah yakin yang ia dengar benar-benar nyata, ia segera mengikuti suara langkah kaki itu yang membuat ia bertanya-tanya apa sebenarnya rumah ini memang memiliki penghuni.

Sakura berdiri di depan undakan tangga paling bawah, menatap tangga berbahan dasar kayu yang melingkar-lingkar seperti ular. Ia julurkan kepalanya melihat atas, mencoba mencari objek yang menimbulkan suara langkah kaki. Perlahan ia langkahkan kakinya menapaki undakan tangga.

"Nona, sedang apa anda disini?"

Sakura tersentak seraya memutar tubuhnya menatap seseorang yang menatapnya tersenyum. Sakura menghembuskan napasnya setelah sempat menahannya selama beberapa detik. Dilihatnya seorang laki-laki dengan seragam yang sama sepertinya sedang menatap dirinya dengan tersenyum. Sakura menggaruk pipinya yang tidak gagal bertanda bahwa ia sedang gugup. "Ah maaf... aku hanya penasaran dengan bangunan ini." ucapnya menyunggingkan senyum penyesalan.

Laki-laki itu menatap Sakura masih tersenyum, "Siapa namamu?"

"Sakura, Haruno Sakura."

"Haruno-san, bukankah lebih baik kita keluar? Sebentar lagi jam malam akan berlangsung dan gerbang akan terkunci secara otomatis."ucapnya.

Sakura menganggukan kepalanya, lalu melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. "Kau benar, sebaiknya aku kembali ke kamar."

Mereka berdua berjalan bersama keluar dari bangunan ini, membuka pintu, lalu kembali menutupnya seperti sebelumnya.

.

.

.

Sakura berjalan beriringan dengan laki-laki yang baru saja ditemuinya. Pikirannya dipenuhi pertanyaan akan rasa penasarannya pada anak laki-laki itu. "Bagaimana kau bisa ada disana?" tanyanya pada akhirnya.

"Aku melihatmu berdiri di depan gedung ini dari sana," ia meninjuk balkon bangunan yang berada di gedung sekolahnya. "Lalu aku mengikutimu."

Sakura menganggukan kepalanya mengerti. "Kau semester berapa?"

"Aku semester empat. Kau?"

"Semester dua,"

"Ah masih baru ternyata." Ucapnya. "Apa kau tahu bahwa siswa dilarang untuk mengunjungi gedung sebelah?"

Sakura mengangguk kepalanya membuat helai merah mudanya bergoyang mengikuti kepalanya. "Iya aku tahu maaf, aku hanya penasaran."

Laki-laki itu menolehkan kepalanya menatap Sakura yang berada di sampingnya. Irisnya menatap leher sakura terdapat beberapa garis luka seperti luka cakar. "Lehermu kenapa?" menunjuk leher Sakura yang terluka. "Kau terluka."

MasqueradeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang