prolog

56 4 0
                                    

Sepertinya menyenangkan jika mempunyai keluarga yang harmonis. Ada ibu yang membangunkan anaknya untuk sekolah, ada ayah yang terkadang membuat suasana rumah menjadi hangat, ada saudara yang membuat canda tawa di setiap suasana.

Rasanya aku pernah berada dalam keluarga yang harmonis, tapi dulu.

Sudah lama sekali, sampai aku pun berpikir, itu benar benar terjadi atau hanya khayalan ku.

...

Sekarang aku berada di sebuah ruangan yang pengap, dan lembab. Keringat terus mengucur dari dahiku karena menahan sakit di sekujur tubuh ku, jika dilihat ini seperti luka dicambuk.

Ya, dicambuk. Dengan sebilah rotan

Aku sering merasakannya, bahkan hampir setiap hari. Setelah selesai, aku diseret ke loteng dan dibiarkan disitu sampai pagi mendatang.

Oleh siapa? ya oleh keluargaku, yang pernah kusebut keluarga yang sangat harmonis, tanpa aku.

...

Perkenalkan, namaku Aletha Verlyn Danendra. Aku mempunyai saudara kembar, bernama Arlingga Verlyn Danendra dan satu kakak lelaki bernama Aldebaran Bimo Danendra.

Umurku sekarang 16 tahun, kakakku 18 tahun, dan aku selisih 3 menit dengan saudara kembarku.

...

Setelah semalaman aku berada di loteng, pintu loteng dibuka dengan mbak Mala, pembantu juga baby sitter ku dulu yang masih setia bekerja dirumah ini. Setelah pintu dibuka, pandangan pertama yang aku lihat adalah raut wajah khawatir dari mbak Mala. Hei, bahkan hanya mbak Mala yang mengkhawatirkan ku.

"Ale gapapa?" tanya mbak Mala khawatir, ya aku memang tidak suka dipanggil 'non' dengan mbak Mala karena dia sudah kuanggap ibu kedua bagiku.

"Gapapa mbak, Ale baik baik aja, cuma badan Ale sakit sedikit. Nanti tolong olesin salep ya mbak?" bohong, badannya sangat sakit ingin bangun pun susah, tapi ia masih tersenyum untuk meyakinkan mbak Mala.

"Iya nanti diolesin, sekarang Ale gausah sekolah dulu nanti mbak Mala yang izinin, ayo sekarang mbak bantu ke kamar" ucap mbak Mala

Ale memaksakan dirinya untuk bangun. Hanya ringisan kecil yang keluar dari mulutnya, mbak Mala membantu dengan mengalungkan tangan Ale ke pundaknya.

Sesampainya dikamar bernuansa merah maroon dan abu abu itu, Ale beranjak mandi dan mbak Mala turun ke bawah untuk mengambil salep dan sarapan untuk Ale.

Setelah Ale mandi, mbak Mala memakaikan salep di lengan, kaki, dan punggung Ale yang tercambuk kemaren.

"Kenapa lagi? kok bisa dicambuk lagi?" tanya mbak Mala dengan lembut.

"Aku dikeluarin dari sekolah ku karena aku difitnah, aku mau jelasin ke mereka tapi aku langsung dipukul sama daddy" jawab Ale

"YaAllah. emang Ale teh difitnah apa?" tanya mbak Mala lagi

"Ale dituduh jadi pengedar obat, ada yang masukin obat obatan ke tas Ale, dan gaada bukti yang kuat buat Ale, makanya Ale dikeluarin" ucap Ale.

"YaAllah. Ale" mbak Mala tidak bisa berkata banyak lagi, dia sedih tetapi juga kagum oleh anak majikannya itu.

"Sekarang Ale tidur aja, mbak mau beres beres rumah dulu" ucap mbak Mala

"Jangan capek capek ya mbak, nanti mbak bisa sakit" ucap Ale sambil tersenyum tulus

"Iya, udah sekarang istirahat" kata mbak Mala sambil bangun dari ranjang Ale dan mengelus elus rambut Ale membuat Ale nyaman dan akhirnya tertidur

"Yang kuat ya Le" itu kalimat terakhir sebelum mbak Mala menutup pintu kamar Aletha

...

halo gais,
first, aku lagi nyoba nyoba bikin cerita hehe

jadi ini cerita pertama aku, maaf kalo banyak kesalahan entah itu typo atau alurnya yang gajelas

terimakasii.

ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang