Mata #part1

132 5 0
                                    

Part 1

Kaget!

Tentu saja!

Tanpa ada kabar apapun, pekan ini Nur resmi menjadi pekerja divisi marketing di kantorku. Marketing? Ruang sebelah?

Aku dan Ahmad berada di divisi riset dan pengembangan atau bahasa kerennya RnD (Research and Development). Semua tertegun saat ada anak divisi RnD lewat, sungguh kelas yang elit.

Aku hanya tertawa geli dengan Ahmad ketika semua teman kantor melihat takjub ke kami.

"Sungguh naif, mereka tak tahu siapa dan apa sebenarnya kita. Hahaha, hahaha, uhuk uhuk.", tawa lepas Ahmad menjadi pusat perhatian kantor, tentu batuknya juga.

Ya, kantor kami tak terlalu besar, lebih tepatnya rumah kantor. Kantor yang berada di komplek perumahan di tengah kota. Rumah ini disulap menjadi kantor perusahaan produksi pisang agung organik khas asal Lumajang.

Kembali ke topik awal.

Hmm, yang membuat ku heran adalah mengapa bisa-bisanya Nur juga bekerja di sini? Apa tak ada tempat lain yang menerimanya? Nur sungguh cerdas, rajin, dan gesit layaknya staf idaman seluruh perusahaan.

"Oi, bro. Do'a mu terkabul tuh. Hehe.", goda Ahmad.

Tunggu!

Do'a?
Do'a apa?

Barulah aku paham apa yang di maksud Ahmad. Allah benar-benar menjawabnya di saat yang tepat, sungguh tepat. Allah pertemukan di saat hati ini sudah siap dan mampu mengendalikannya.

"Hehe, iya, tuh."
"Terus gimana kelanjutannya ini? Ehem.", Ahmad menggodaku sekali lagi.
"Ah, sudahlah. Kau sendiri kan yang bilang jodoh ga akan kemana. Fokus kerja, mad. Fokus.", ucapku.

Anehnya aku menyuruh Ahmad fokus, tapi aku sendiri yang tak dapat fokus. Masih terpikir perihal Nur.

Takjub, kaget, bahagia, dan bingung bercampur jadi satu. Entahlah, aku tak dapat mengungkapkan perasaanku saat ini, sungguh aneh.

...

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 11.00, saatnya istirahat.

Saat hendak makan siang, tak sengaja aku bertemu dengan Nur. Betapa waktu seperti berjalan begitu lambat saat kami berpapasan, mata kita pun juga tak sengaja saling beradu.

...

Momen tatap-tatapan itu sungguh tak jarang terjadi, tak tahu kenapa. Hingga sampai pada akhirnya aku berkunjung ke ruangan kerja Nur di sebelah. Laporan pengembangan produk menjadi batu loncatan pertemuanku dengannya. Tak elok sebenarnya, tapi memang itulah yang terjadi. Benar-benar di luar kehendakku.

Raga kita saling bertemu, tapi justru hanya tundukan mata yang mampu berbicara.

Semua terlewat, segala pesan yang ingin disampaikan. Bertanya kabar atau sekedar menyapa kalah oleh laporan tersebut. Nur hanya fokus pada laporan itu.

...

Nur yang tak lagi pecicilan seperti dulu.

Nur yang anggun dan cerdas.

Nur yang kian taat dan sholehah.

Teduh wajah dan tatapannya menggambarkan itu semua.

Nur engkau benar-benar berubah, aku bersyukur akan hal itu, tapi di sisi lain ada gundah yang melanda.

→ Mata #part2

NurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang