Mata #part2

179 7 3
                                    

Part 2

Wajahmu yang tampak kelelahan, duduk bersandar di kursi kerjamu, gambarkan kerja keras yang kau lakukan baru-baru ini. Nur yang gigih memang selalu melakukan hal terbaik di setiap kesempatan. Ketekunannya membuat iri. Sungguh telaten pegawai baru kantor ini.

Baru satu bulan ia bekerja, progresnya amat luar biasa. Penjualan produk meningkat pesat, hampir 300%. Metode pemasaran dan pendekatan terhadap pelanggan yang jitu, membuat perusahaan mengapresiasi betul kerja kerasnya.

Namun, di rapat akhir bulan itu ada satu momen langka yang terjadi. Melihat Nur tanpa kacamatanya,  membuat ku pangling bukan main. Nur yang tampak lain dari biasanya, matanya yang berbinar dan cerah penuh harap.

Semua kerja kerasnya terbayar tuntas dengan kenaikan jabatan melejit dan penghargaan lain dari perusahaan. Nur yang berbahagia dan penuh senyum candunya.

Kali ini tak sengaja ku melihat, keindahan yang sesaat. MasyaAllah, sungguh, tak sengaja aku melihatnya.

...

"Nur, selamat ya atas keberhasilanmu.", kataku.
"Iya, sama-sama, mas.", jawab Nur.

Nur menjawabnya dengan senyuman dan tundukan kepala. Matanya yang selalu terjaga dan lisannya yang tak keluar sesuatu yang sia-sia darinya. Namun, ia baru saja memanggilku "mas". Sungguh?

"Maaf, saya buru-buru. Assalamu'alaikum.", ujar Nur.

Ia benar-benar telah memanggilku "mas". Aneh rasanya, tapi tak tahu kenapa ada sudut hati yang serasa gembira, mungkin berbunga-bunga. Jantung ini berpacu, berdetak lebih keras dari biasanya. Ada yang mengganjal dalam diri. Hendak tanyakan padanya tapi ia telah berjalan jauh tinggalkan ruangan rapat itu.

Nur.
Sungguhkah ini?
Apa ini jawabanmu?

...

Bimbang hati ini, gundah yang semakin bertambah. Hanya curhatan pada-Nya lah yang mampu tumpahkan rasa.

🕯Bersambung

NurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang