Part 3
Subuh pagi yang dingin, di tengah hiruk pikuknya pasar, dan bau ikan segar di seberang kedai kopi langgananku, membuat suasana kian khas dalam jadwal bincang santaiku dengan Ahmad. Kita selalu ngopi bareng setiap sabtu setelah shalat subuh dengan jalan kaki ke pasar, hitung-hitung olahraga dan menikmati pagi hari di akhir pekan.
"Bagaimana perkembanganmu dengan Nur?", tanya Ahmad sambil mengambil roti bakar.
"Yah, begitu lah.", aku enggan menjawabnya.
"Begitu bagaimana?", Ahmad mencoba menggodaku.
"Aku tak ingin membahasnya, Mad. Seolah tak ada ruang bagiku untuk dekat dengannya."
"Kalau jodoh ya nggak kemana, bro. Santai. Ada Allah, minta aja. Hehe."
"Minta mah minta, Mad. Tiap hari ku meminta, sampai tak enak hati ini meminta, terlalu banyak, terlalu sering.", jawabku.Ahmad hanya tersenyum melihatku. Ia tahu bahwa aku sebenarnya sudah tahu perkara itu. "Jangan pernah menyerah dalam berdo'a!", kalimatku 5 tahun silam kepadanya. Dulu, Ahmad sempat berputus asa, ditolak lamaran kerjanya oleh 4 perusahaan berturut-turut. Kalimat yang ku lontarkan ternyata benar-benar terbukti dalam hidupnya.
Sungguh miris, senjata makan tuan.
Tapi memang fakta, keadaanku yang fakta, dan kalimatku yang juga sebuah fakta. Ahmad sadar bahwa hatiku memang sedang tak dapat diajak kompromi. Dia hanya tersenyum sambil menambah pesanan roti bakar 1 piring lagi....
"Nur ..."
"Nur ..."
"Nur!", terkejut diri ini, bahkan sampai terbawa mimpi. Subhanallah....
Kau memang jauh dariku, Nur, tak seperti waktu dulu. Entah kau menjauh atau aku yang jauh. Sikapmu yang menjaga diri aku paham, ucapanmu yang kau jaga aku juga paham. Umi mu mungkin telah menyadarkanmu. Membuka dan menyentuh hatimu. Alhamdulillah. Engkau telah tahu, sadar, dan paham.
Tapi,
Mengapa diri ini seperti tak dapat menerima? Mengapa? Padahal semua itu kebaikan dan baik bagi Nur. Maafkan aku Nur, maafkan aku ya rabb.
...
Ku tuliskan isi hati ku pada selembar kertas terakhir di buku catatan kajianku. Semoga selalu mengingatkanku betapa jauhnya Allah menjagaku dengan berjauh denganmu. Ku tulis ...
Kau yang jauh di sana, tak sanggup tangan ini menggapai
Kau yang jauh di sana, tak sampai suara ini memanggil
Kau yang jauh di sana, tak kuasa mata ini melirik
Kau yang jauh di sana, tetap dekat di sini, dalam sanubariDengan penuh rasa bahkan hampir jatuh air mata, semoga Allah senantiasa menjaga kita sampai Dia pertemukan kita kembali dalam keadaan yang terbaik. Aamiin.
→ Mata #part1
KAMU SEDANG MEMBACA
Nur
RomanceKisahku dengan Nur Berbagai lika-liku terlewati Namun, hal tak terduga terjadi Pilu, tangis, tawa, canda, dan segalanya #aksaranur 📩 ilmannuriman@gmail.com 👤 Instagram : @ilmannuriman