Kusut-kusut saling menyikut.
Bimbang-bimbang saling berperang.
Damai ... hanya milik yang pulang dari tualang.
Adu tinju melaju berbau ambigu.
Lalu milik siapa langkah-langkah yang tak kunjung sudah?
Ditawari tusah dijawab tak usah.
Diberi kafan enggan kenakan.
Tak mustahil lidah licin suka bermain.Detik lalu adu pandang dengan pagu.
Pasang terawang menyorot dengan nyalang.
Kemudian? Tanpa perintah terbahak tiada lawak.
Mungkin memang otak mulai retak.
Dan tubuh menyetujuinya dengan tak bergerak.Padanan-padanan kata tak kunjung ada.
Kelu lidah sedikit pun tak bersuara.
Tertopang dagu kemudian tergugu.
Terisak sekedar meredakan secuil sesak.
Kuat, kuat, kuat, sugesti seakan tak berjarak.
Jatuh bangun lagi, lelah tetap berlari
Meski terseok-seok dengan pincang kaki.
Kemarin ... bukan hal yang patut ditangisi
.
.
.
Entahlah ... nggak tau juga ini apaan. Tiba-tiba aja pengen post karya-karya aku yang semacam ini.
Fyi! Kata-kata semacam ini udah numpuk banget di Binder aku. So, daripada pada jadi jamur di sana, lebih baik dipublikasikan. Because i love to write ...
Yang mau baca, vote, sama komen ya silahkan.
Yang nggak mau, nggak apa-apa. Nggak maksa kok
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Parau
Poetry[Update tergantung mood] Ganti judul Judul awal : Sajak Merah. Cuma kumpulan kata-kata dari hasil imajinasi saya.