Untuk Semesta

72 12 0
                                    

Hai, Semesta!
Ini kali pertama aku menyapa.
Kau sedang dilanda duka, ya?
Binarmu sepertinya sirna.
Mentarimu bahkan pias jingganya.

Jangan menangis, mungkin memang sedang waktunya kritis.
Semuanya juga sedang meringis.
Banyak dari kami menyendiri dalam tangis, meski sebagiannya masih egois.

Tetap tersenyum, Semesta!
Tuhan sedang menjalankan kuasa-Nya, sebuah sistem ... untuk mendewasakan manusia.

Jangan menyerah!
Ini hanya ranting yang patah, bukan akar yang goyah.
Nikmati saja bagaimana sakitnya.
Bumi sedang diuji, manusia sedang ditempa.

Jangan layu!
Banyak doa yang melangit, dari pagi hingga mentari kembali terbit.
Banyak doa yang melangit, demi sembuh ... dan kembali bangkit.

Untuk Semesta, dari Jepara.
11 April 2020.
Salam cinta, Amaranteya.

Sajak ParauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang