rain

774 198 11
                                    

i. seakan tahu hati felix yang sedang sulit, hujan mengguyur di luar rumah. titik-titiknya menghujam jendela, tetapi tidak sampai menyisakan betas, hanya menabrak kemudian menjadi linang. felix meringkuk di ujung kamar dengan selembar selimut mengelilingi tubuh. untuk kali ini saja, ia ingin terasingkan dari dunia.

ii. "aku menelepon berulang kali."

"aku tahu."

"yang lain datang ke rumah nenek kemarin sore. hanya kau yang tidak. kenapa?"

iii. felix seakan dibawa kembali ke pekan yang lalu-lalu, di mana dirinya mengurung diri dalam kamar seharian dan menolak bertemu teman-teman hanya karena patah hati. kali ini kondisinya kurang lebih serupa. ia sama patah hatinya dengan tempo hari, tetapi adalah changbin penyebabnya, pemuda yang tak pernah sekali pun tahu menahu soal isi kepala felix.

iv. "tapi aku sudah bilang pada seungmin dan yang lain kalau kau hanya berdua di rumah dengan nenek. kehadiran mereka sudah cukup membuat ramai, kan?" felix mengangkat bahu tidak acuh, menghindari mata changbin yang memindai lekat, "aku mau tidur. kau pulanglah sana."

v. "kalau aku punya salah, bilang. tidak usah menghindar begini," kata changbin, pandangannya larat bercampur keputusasaan.

vi. felix kemudian menemukan dirinya sendiri hendak melayangkan tangan, berlagak ingin merangkam kerah baju changbin, tetapi urung. alih-alih ia mengepalkan tinju di samping tubuhnya. "dengar, ya, changbin, dengar ..." suara felix menipis ketika wajah sejajar dengan lantai, "kau bakal pergi sebentar lagi. tapi terus menarik-ulurku—maksudnya apa?" felix merasakan rusuknya terlalu sempit untuk menahan debaran jantung yang menggila, "kita habis senang-senang kemarin, lalu kau menyuruhku untuk tidak datang padamu lagi saat malam hari, lalu besoknya kaulupa apa yang telah mulutmu ucapkan. siapa saja akan marah jika diperlakukan begitu. katakan, apa maumu?"

v. seketika changbin lenyap suaranya.

sunbathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang