Menjadi yang datang menuju debar saat pulang. Candu melangkahkan kaki, rindu merentahkan mimpi. Memburu cerah mencumbu gelap. Memeluk sunyi mengecup diri. Bergerak mencari makna juga arti, sejauh mana kita memaknai hati?
Memantik selagi berkutik, menilik sebelum pelik. Meninggalkan puing jejak, menyusuri hingga tak beranjak. Merangkum luka untuk di pelajari. Membentuk peka di sanubari. Memaknai kebebasan di antara batasan. Selagi jantung berdenyut, dan kita benar-benar hanyut.
Sudah berapa kali kau kecewa?
Tak sesuai rencana?
Sudah berapa kali ingin berhenti?
Musnah sebelum terlaksana?
Dan sudah berapa lama kau memendam itu semua tanpa ada perubahan nyata?
Yang membuatmu berair mata sudah bahagia dengan pilihannya. Yang terus kau sesali sudah menjadi arti berulang kali. Maka sudah saatnya pergi ... Dan tengoklah ragamu di depan cermin.
Benarkah sosok seperti itu yang kau ingin?
Tidakkah kau ingin berkemas?
Menepi dari segala rundung berbalut cemas. Lalu benturkan kenyataan pada keadaan. Benarkah telah musnah keinginan di perasaan? Tidakkah kau ingin mengulang rencana yang telah tersusun, sebelum semua benar-benar hilang?
Pergi, lagi, segeralah berjalan kembali.
-Shilospink
YOU ARE READING
Sajak Tanpa Arti
RandomAku bukanlah borjuis Kegiatanku hanyalah menulis Aksara demi aksara kutulis Kurangkai bait dari baris demi baris Kususun menjadi puisi yang eksotis Puisiku dinamis Terkadang romantis Terkadang egois Aku bukan borjuis Bukan juga kapitalis Aku realist...