🌻02

230 39 2
                                    


"Babe, kenapa kau seperti ini lagi?"

Suara bergetar Yoona mengisi pendengaran pria yang tengah mabuk di berandara apartemen mewah miliknya. Pria tersebut—Kim Jongin menoleh ke asal suara tersebut dan mendapati sosok wanita yang begitu ia cintai.

"Soojung?"

Lagi. Ia begini lagi.

"Aku bukan Soojung," Yoona duduk di hadapan Jongin, lalu memegang pipinya pelan, "kenapa kau seperti ini lagi? Bukankah semua sudah baik-baik saja?"

Pertanyaan Yoona tidak dijawab oleh Jongin melainkan sebuah ciuman yang tidak ia harapkan didapatkannya. Penuh dengan paksaan. Yoona membenci itu. Ia mendorong Jongin dengan seluruh tenaganya hingga berhasil melepas ciuman itu.

"Bukan! Aku bukan Soojung, Jongin! Kau tahu itu!" Teriaknya penuh frustasi. Ia menangis sejadi-jadinya, tangisan yang ia tahan pecah karena satu nama saja. Soojung. Jung Soojung. Terkadang ia mengutuk dirinya sendiri yang mau saja menjalani hubungan bersama pria yang tengah depresi karena wanita yang sangat ia cintainya meninggal karena kecelakaan pesawat.

Apa ini cinta?

Atau hanya rasa kasihan saja?

🌻

1 tahun yang lalu.

Empat kali. Yoona telah membaca buku ini untuk ke empat kalinya. Flipped karya milik Wendelin Van Draanen yang diberikan oleh Sehun—mantan kekasihnya—sebagai teman sebelum ia berangkat wajib militer. Ia begitu menyukai bagaimana Wendelin membungkus cerita cinta klasik remaja menjadi sesuatu yang begitu menghangatkan bagi Yoona. Ia mengeratkan mantel yang ia kenakan. Bagaikan wanita gila yang membaca novel di taman ketika suhu berada di bawah 10 derajat.

Ia menebarkan pandangannya di taman yang indah ini. Angin yang menemaninya saat ini begitu dingin dan kencang hingga berhasil membuatnya ia menutup matanya. Namun, matanya kembali terbuka begitu ia melihat seorang tunawisma yang tengah duduk diam di bawah pohon. Kemeja hitam yang ia kenakan begitu kotor seperti tidak pernah diganti berhari-hari.

Bagaikan ada seorang malaikat yang membisik pelan di telinganya, ia bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati pria tersebut. Ia membungkuk menjajarkan dirinya dengan pria tersebut.

"Permisi, apa Anda baik-baik saja?" Tanya Yoona pelan.

Tidak ada respon darinya. Ia menepuk bahunya pelan lalu pria itu menoleh. Matanya memerah karena tangisan bahkan bibirnya terlihat kering dan pucat.

"Soojung?"

🌻

Tangan Sehun yang begitu dingin kini menjadi hangat perlahan karena kopi yang diberikan oleh anggota timnya, Kim Yerim. Ia memberikannya senyuman yang hangat setelah melewati hari yang berat, "terima kasih, Kim Yerim sawon."

"Saya sungguh minta maaf karena kejadian kemarin," ucap Yerim. Sehun sungguh dapat elihat ketulusan dari permintaan maafnya.

"Tidak apa-apa. Bagaimana persiapan untuk menjemput tamu VIP kita di bandara?" Tanya Sehun.

"Semua aman terkendali, Oh timjangnim."

"Baik. Terima kasih atas kopi ini," balas Sehun lalu melaluinya ke meja kerjanya dan meletakkan tasnya. Ia duduk di atas bangku dan menatap kosong ke layar monitor computer yang belum menyala. Ia sungguh tidak dapat melupakan apa yang dikatakan Ten semalam.

Yoona. Apa ia sungguh tidak bahagia?

Lamunannya terpecahkan ketika telepon di mejanya berbunyi. Ia segera mengangkat telepon tersebut, "halo?"

Lovelorn | YoonhunWhere stories live. Discover now