Bab 5

22.9K 2.2K 65
                                    

"Ayah, biar aku saja yang menyiramnya!"

"Tidak bo-leh. Ini berat, kau pas-ti tidak akan ku-at!"

Terlihat keakraban dari kegiatan sederhana antara ayah dan anak gadisnya.

"Ayah, putrimu ini sangatlah kuat," ujar Arumi sembari menunjukan lengannya ala binaragawan.

"Lihat, ototku sangat kuat!" kekehnya senang.

Herman yang memang tidak menginginkan putri tersayangnya melakukan hal berat tetap saja mengabaikan permintannya. Lelaki tua itu tetap fokus memegang alat penyiram tanaman yang bentuk wadahnya cukup berat.

Arumi memberenggut karena sang ayah tidak mengijinkannya.

"Kau cukup men-dampingi Ayah sa-ja!"

"Baiklah, aku mengalah."

Arumi memasang senyum manis. Satu minggu ini ia hanya menemani sang ayah di rumah. Herman juga tidak kembali ke kios.

"Besok Ayah mu-lai ke sana lagi," ucap Herman tiba-tiba.

"Aku sendirian di rumah?"

"Kau se-kolah saja."

Arumi menggeleng, "Tidak mau. Aku ingin pindah saja!"

Herman meletakan alat menyiramnya, kemudian merangkum wajah mendung Arumi.

"Kita kapan pindah?" tanya Arumi.

"Setelah semua ja-hitan selesai, kita lang-sung pergi dari ko-ta ini!" jawab Herman antusias sendiri.

"Kapan?"

Herman tampak berpikir. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk pelipisnya, "Mung-kin bulan de-pan."

"Aku ingin secepatnya!" rengek Arumi.

Herman menatap seksama wajah penuh harap Arumi. "Kalau begitu Ayah ha-rus giat menyelesaikan pe-sanan ja-hit agar kita cepat-cepat kembali ke de-sa!"

Arumi terkekeh lepas. "Aku akan membantu Ayah. Yeaayy!"

Arumi meraih bahu Herman memeluknya erat. Air matanya meleleh tanpa sadar.

Dari seberang jalan raya seseorang berdiri memperhatikannya tanpa ekspresi. Tatapan dingin yang sangat dibencinya terlihat lagi di hadapannya.

Lagi-lagi pemuda itu mengintainya.

Herman merasakan punggung Arumi yang menegang.

"Arumi ke-napa?" tanyanya polos.

"Ti-tidak apa-apa. Sudah sore sebaiknya kita di dalam saja. Hm, Ayah ingin aku masakkan apa?" tanya Arumi mengalihkan.

"Opor ayam. Ayah rin-du masakan kesukaan Ibu-mu."

Mereka memasuki bangunan sederhana. Sebelum menutup pintu, pandangan Arumi kembali berserobok dengan mata elang yang menatapnya tak terbaca.

Arumi menyandarkan punggungnya pada pintu yang tertutup. Pijakan kakinya terasa lunglai.

Hans Jupiter.

Apa lelaki itu memata-matai kegiatannya?

Ya, Tuhan...

Arumi menangkupkan kedua tangannya memohon perlindungan. Jauhkan dirinya dari para pria jahanam itu.

💔💔💔

Arumi berjalan santai setelah pulang dari sebuah market. Tangan yang masih memegang bungkus plastik itu terempas ke tanah saat melihat kedua lelaki yang berdiri di depan pintu rumahnya.

Posisi rumahnya yang memojok, membuat keadaanya jauh dari para tetangga hingga tidak akan ada yang tahu jika orang jahat bertandang.

Arumi terkejut saat ingin berbalik mulutnya dibekap. Laki-laki yang beberapa hari mengintainya kini berhadapan dengannya.

"Sstt, tenanglah. Jangan berteriak! Kau lihat, di sana ada Boy dan Pras!" bisik Hans membawa tubuh Arumi bersembunyi di balik dinding sebuah gang.

"Aku tidak akan menyakitimu, percayalah," ucap Hans meyakinkan.

Arumi yang ketakutan setengah mati hanya membeku. Hingga beberapa saat suara umpatan kasar terdengar jelas di dekatnya, Arumi memejamkan mata.

Boy dan Pras baru saja melewati tempat persembunyiannya.

Hans menarik napas lega setelah kepergian dua sahabatnya.

Tubuh Hans terhuyung mundur beberapa langkah akibat pukulan keras pada dadanya.

"Ka-kalian mau apa lagi?" tanya Arumi gugup.

"Aku? Aku hanya menghalaumu agar tidak ditemukan mereka!" jawab Hans sungguh-sungguh.

Cih! Arumi berpaling kembali merasakan nyeri tiap kali bertatapan dengan bajingan-bajingan terkutuk.

"A-apa mereka ingin melakukannya lagi padaku?" cicit Arumi.

"Ya, kau benar," lirih Hans parau.

Mulut Arumi terbuka untuk mengambil pasukan udara yang menyempit dalam rongga dadanya. Air matanya seketika tumpah meruah.

Bug!

Sekali lagi Hans menyentuh dadanya yang di pukul. Manik kelamnya memandangi kepergian Arumi yang menangis pilu.

.

.

.

.

*30-Nov-2018
EL alice

AtonementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang