Bab 9

18.7K 2.1K 78
                                    

.

Arumi keluar dari kamarnya dengan kecemasan luar biasa. Pasalnya, Herman memaksa dirinya untuk mengikuti ajakan Hans ke prom night. Ini sama saja Arumi menceburkan diri dalam lumpur hidup hingga tenggelam.

Herman langsung menarik tangan Arumi mendekati Hans yang menatap lekat padanya.

"Kau la-ma. Hans su-dah lelah menunggumu!" bisiknya dengan nada menggoda.

"Ayah yakin aku tinggal?"

Herman mengangguk pasti, "Di sini banyak o-rang, aku akan baik-baik sa-ja."

"Baiklah, Paman, saatnya kami berangkat!" ijin Hans pada Herman.

"Ja-ga Arumi, Hans!"

"Tentu saja!" lantas Hans memberi isyarat agara Arumi mengikutinya menuju sebuah roda empat yang telah bertengger di depan.

Herman memperhatikan keduanya memasuki mobil mewah hingga meluncur meninggalkan kediaman.

"Hans, tolong berhenti sebentar!"

Hans menoleh sesaat ke samping kirinya, di mana posisi Arumi yang terlihat duduk gelisah meski baru beberapa meter keluar dari mansion.

Hans melongo setelah meminggirkan kendaraannya untuk berhenti, Arumi malah pindah ke posisi belakang. Saat ini Hans persis seperti sopir yang mengantarkan majikannya.

"Aku di sini saja!" jawab Arumi mengerti tanda tanya di raut wajah Hans.

"Kau takut padaku?"

Arumi mengangguk membenarkan.

Hans menghela napas berat. Sejenak ia mengambil sesuatu yang ada di bawah jok sofa tempat yang tadi Arumi duduki.

"Ini!"

Arumi kebingungan menatap benda yang disodorkan Hans. Sebuah benda kecil panjang yang tertutup sarungnya.

Pisau.

"Kau bisa menggunakannya jika aku berbuat macam-macam padamu."

"Hans."

"Tusuk aku di sini, maka aku akan mati saat itu juga," ucap Hans sungguh-sungguh sembari menyentuh bagian jantungnya.

Arumi yang tak menyangka dengan jalan pikiran Hans. Ia masih terlihat tidak percaya. Hingga lelaki itu meraih tas kecil yang di pegang Arumi untuk memasukan benda tersebut.

Arumi tersadar saat Hans kembali fokus pada kemudi kendaraannya. Hingga sampai lokasi tujuan keduanya hanya terdiam.

Pada akhirnya mereka tiba di sebuah pesisir pantai yang sepi. Deburan ombak membuat Arumi melupakan ketegangan dirinya. Tanpa ijin ia membuka pintu dan melangkah menuju merasakan dinginnya air laut.

Hans tersenyum kecil memperhatikan gerak-gerik Arumi yang begitu lepas berjalan di pesisir pantai.

Setelah menaggalkan alas kaki, gadis itu berlarian mengejar ombak yang telah landas di pinggir.

Kerapuhan Arumi tertutup. Hans membiarkannya cukup lama hingga Arumi menyadari jika dirinya terlalu asik sendirian.

"Kau menyukai laut?"

"Sangat! Sewaktu kecil Ayah sering mengajakku ke sini!" sahutnya sedikit keras karena suaranya tertelan buih air laut.

Mereka beriringan berjalan mendekati mobil. Keduanya belum berminat memasuki kendaraan tersebut, maka mereka hanya bersandar pada body depannya sembari memandangi pemandangan laut yang gelap.

Getar ponsel mengalihkan pandangan Arumi. Lelaki itu sedikit menjauh menerima panggilan dari benda elektronik canggih.

"Nanti aku menyusul!"

AtonementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang