Bab 12

18.2K 2K 88
                                    

Enam tahun kemudian...

Kedua pria tampak saling tertawa memamerkan layar pipih canggih. Sebuah objek gambar dalam sebuah akun sosial media menjadi perbincangan mereka.

"Kau sok tampan sekali, Jerk!"

"Hey, aku memang tampan!"

"Shit! Kau menjijikan, Boy!" ejek Pras dengan mimik wajah menyebalkan.

Boy hanya sebentar tertawa sumbang kemudian matanya mulai mengedar mengelilingi sekitar.

"Lama sekali pengantin baru itu," sungut Boy.

"Mereka pasti bertempur habis-habisan sampai pagi," sahut Pras.

"Ck, kau berlebihan. Mereka sudah sering melakukannya. Bisa saja bajingan itu sudah bosan memasuki lubangnya."

"Shut up, Boy! Selena dengar, wajahmu yang akan menjadi sasaran kuku panjangnya," desis Pras mengingatkan.

"Pernyataan Boy sangat realita, Pras!"

Kedua pria itu spontan menoleh pada asal suara di belakangnya.

"Revan! Kupikir kau masih meringkuk dalam ruangan penuh lendir," ejek Pras, karena sejak seminggu di Jerman, Revan selalu menghabiskan malamnya di club.

Sudah satu minggu lalu para pria itu berkumpul di Negara ini demi menghadiri pesta megah pernikahan pasangan kolega bisnis terkemuka. Selena Sasmitha dan Kafka Aldiano.

"Lama-lama tampungan gairahku bisa habis terkuras di sini," kekeh Revan bangga. "Teman-teman Selena benar-benar memuaskan hasrat liarku," lanjutnya lagi.

Boy dan Pras hanya menggeleng memerhatikan Revan yang menenggak minuman dalam botol pipih yang dibawanya.

"Kalian akrab sekali. Mulai sekarang kau jangan terlalu dekat dengan mereka, honey."

Wanita cantik yang menggandeng pasangannya mendekati ketiga pria yang kini tersenyum lebar.

"Pasangan menyebalkan telah tiba. Saatnya kita pesan menu utama. Sejak tadi idiot ini sibuk dengan ponselnya membuatku ingin memakannya hidup-hidup,"ejek Pras melirik malas Boy yang mulai aktif dengan ponselnya.

"Kau saja yang selalu bergantung padaku, baby," goda Boy mengerling. Tentu saja adegan drama menggelikan itu membuat Pras dan yang lainnya ingin muntah.

"Temanmu gila. Enam tahun belum juga biasa merubah karakter abnormal kalian," sungut Selena mengusap perutnya.

"Kau hamil?" tanya Revan memandangi perut datar Selena yang sedang diusap.

"Tentu saja tidak! Aku masih ingin merasakan kebebasan!" jawab Selena cepat.

"Honey, tapi aku ingin kit---"

"Sstt!" telunjuk Selena menutup bibir Kafka yang ingin melayangkan protes.

"Kita sudah membahasnya sejak kemarin dan keputusanku tidak akan goyah," bisiknya lantas mengecup bibir pria yang telah resmi menjadi suaminya.

"Please, pesanlah kamar. Jangan dihadapan kami!" ketus Revan yang diangguki Pras.

Dan pengantin baru itu hanya tertawa renyah. Mereka malah memamerkan kemesraan. Selena sengaja menyambar bibi seksi Kafka yang selalu siap menerima belitan lidahnya.

Ruang terbuka di tempat ini takkan mengganggu para pengunjung lainnya meski adegan memakan bibir terekspose nyata.

Bukan hal aneh ciuman saling sambut dilakukan di tempat umum. Jerman takkan mempermasalahkan hal lumrah itu.

AtonementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang