Selamat datang di malam indah bagi pecinta alkohol dan penikmat musik kencang. Bar. Di sini segala beban hidup bisa dilenyapkan dalam sekejap. Semakin malam berselang, semakin kuat dentaman musik yang membakar semangat. Tubuhpun terasa panas dan keinginan untuk melepas penat demi mencapai kesenangan tertinggi sudah ada di jalur yang tepat.
"Shany, ayo ke lantai dansa!" Teriak Viella agar terdengar di tengah keramaian dan kencangnya musik. "Jangan bilang kau menjadi wallflower lagi malam ini!"
"Aku akan menyusulmu!" balasnya tak kalah kuat.
Viella menggeleng heran. "You're boring!" Protes sahabatnya untuk kesekian kalinya.
"Aku akan bergabung setelah menyelesaikan minumanku." Shanon langsung berbalik mengabaikan sahabatnya yang mulai berceloteh panjang.
Shanon mendesah mengetahui betapa merepotkannya Viella saat kesal. Setelah minum tiga gelas brandy, otaknya auto tidak normal. Jika ia memaksakan diri bergabung ke lantai dansa dalam kondisi ini, bukankah akan menjadi malapetaka? Pertama, Shanon mungkin akan menari bersama pria asing dan melakukan tindakan tak senonoh lainnya. Kedua, ia mungkin juga pingsan atau muntah. Jelas itu akan menjadi drama paling memalukan.
Sejujurnya Shanon baru belajar minum alkohol selama tiga bulan terakhir dan itupun tidak teratur sehingga hangover masih belum bisa dikendalikannya. Ia tidak ingin mempermalukan diri di Bar. Masalahnya jika Viella tidak melihatnya di sana sekarang, ancamannya akan kehilangan partner untuk pergi ke tempat ini.
Shanon menggeleng kemudian meneguk habis minumannya. Ia berbalik menatap ke lantai dansa dan menemukan Viella sudah menari bersama dua pria tak dikenal. Itu bukan hal baru sebab setiap kali sahabatnya itu hadir di Bar maka pria-pria asing akan menari bersamanya.
Tanpa pikir panjang dan berdebat lebih lama lagi dengan pikirannya sendiri, Shanon menggerakkan kaki malasnya untuk turun dari tempat duduk yang nyaman itu. Langkahnya sedikit gontai ketika masuk ke lantai dansa yang hiruk-pikuk diisi teriakan senang penghuni bar.
"Woohhoo!!" Sorak beberapa orang yang kegirangan saat DJ Marcus memutar lagu Hotter Than Fire milik Eric Saade,
Shanon mulai merasakan beat dari musik itu mengalir di darahnya. Entah pengaruh brandy atau musik itu sendiri, ia mulai menggoyangkan pinggul ke kanan dan kiri. Kepalanya mengangguk-angguk kecil mulai menikmati musik dan gerakannya. Shanon menoleh pada Viella yang masih asik melompat dan meliuk kesana kemari. Senyum semangat terbit di bibirnya. Setidaknya ia harus merasakan kesenangan serupa. Untuk itu Shanon ikut menari dan melompat mengangkat tangan di udara.
I'm here to dance, dance. I'm here to dance, dance, da-da-dance, dance.
We headed straight to the bar,
One drink became many more.
We here to dance, dance, da-da-dance, dance
Moving, moving, I feel the vibe is getting loud, yeah!Liriknya mengalun penuh semangat membuat pengunjung semakin mabuk dalam gerakan masing-masing. Shanon tertawa girang sambil menggoyangkan pinggul, mengangkat tangan, dan bergerak cepat mengikuti ritme musik. Terlalu menikmati bukan berarti mati rasa. Ia bisa merasakan seseorang berdiri dekat di belakangnya. Punggungnya bergesekan dengan tubuh yang terasa keras.
Awalnya Shanon pikir ini hal wajar. Ia tidak mungkin merengek apalagi protes keras karena ini bar, bukan restaurant. Menari bersama bukanlah pelanggaran berat. Tak lama kemudian Shanon bisa merasakan sentuhan pria itu di pinggulnya. Jantungnya berdegup kencang apalagi ketika wajah pria yang tidak dikenali itu terasa mendekati telinganya.
"She's hotter than fire," bisiknya bersamaan dengan lirik musik yang mengutarakan kalimat yang sama.
Shanon membeku seketika. Suara manly yang serak halus di belakang membuatnya berpikir keras. Oh God! Pria ini memiliki suara yang sangat menggoda. Ia yakin hanya dengan mendengar suaranya saja beberapa wanita sudah jatuh hati.