Shanon tidak menampik fakta bahwa Jared terlihat mengintimidasi tapi menggoda di saat bersamaan. Bak harta karun yang tepat berada di depan mata, Shanon memantapkan hati untuk segera mengambil dan mengklaim harta itu untuk dirinya sendiri.
Shanon mengusap lembut bibir bawahnya dengan ujung jarinya. Matanya menyorot sensual pada Jared yang masih menatapinya begitu tenang. Shanon yakin jika ia tak bisa mendapatkannya hari ini maka masih ada peluang di hari esok atau esoknya lagi. Jika orang lain tahu mengenai perilaku ini, maka mereka pasti menggujingnya wanita murahan. Well well, bagaimana mungkin Shanon menjadi murahan saat berhasil menggenggam harta paling mahal dan berharga yang ada di hadapannya ini?
Terkadang manusia hanya iri kemudian menghina untuk memenangkan dirinya sendiri. Skema pertahanan diri, mungkin? Tidak ada manusia yang benar-benar murni dan suci.
"Kalimat menarik." Komentar Jared seperti sangat paham dengan kalimat yang baru saja Shanon utarakan. "tapi hati-hatilah bermain api karena jika tidak mahir mengendalikannya maka bersiaplah untuk terbakar dan hangus."
Shanon berdecak dengan senyum lebar. Jemarinya lepas dari bibirnya, memangku dagu di telapak tangan lalu memandang Jared menggunakan binar mata paling indah. "Teruslah bicara. Aku suka suaramu."
"Jaga kata-katamu." Jared menatapnya kembali dengan ekspresi tak terbaca. "Aku masih atasanmu."
Shanon tertawa kecil dalam hati. Kau sudah lebih dari atasan, Jared. Kau pemilik perusahaan. Bisa dikatakan kau adalah raja dan akulah budaknya.
Shanon kembali duduk sopan, menarik napas panjang kemudian menghembuskannya pelan.
"Baiklah, Mr. Jared, sekali lagi saya minta maaf atas semuanya." Shanon membasahi bibirnya sambil menunduk menatap jemarinya yang bermain satu sama lain. "Saya sedang berkhayal tentang mantan kekasih saya kemarin sore. Anda mengingatkan padanya maka dari itu kalimat yang tak seharusnya saya katakan keluar begitu saja. Saya sangat mencintai dan merindukannya tapi karena satu hal rumit maka kami terpisah."Shanon mengangkat kepalanya untuk bertatapan lagi dengan Jared. "Saya sadar akan kesalahan saya, Mr. Jared. Tidak ada mantan kekasih saya di sini."
Suara Jared datar terdengar tidak tertarik saat berkata, "Kau sudah menyesalinya?"
Wajah Shanon yang semula serius berubah lagi menjadi sensual penuh canda. Seperti seorang iblis atau penderita bipolar, ia berpura-pura sedih untuk mendapat belas kasihan kemudian dalam hitungan detik berubah menjadi wanita licik penggoda. Senyum lebar merambat di bibirnya.
"Tentu saja tidak." Shanon menggigit bibir bawahnya untuk menahan tawa yang siap keluar. "Anda begitu menarik, Mr. Jared. Saya yakin semua wanita berfantasi liar tentang anda." Ia berdiri, merogoh secarik kertas di kantong bajunya kemudian meletakkannya tepat di depan atasannya itu. "Senang berkenalan dengan anda, Mr Jared."
Shanon memberi senyum terbaiknya. "If you want anything, just call me." Ia memberi gestur call me diikuti satu kerlingan mata. Jared mengangkat kedua alisnya membuat Shanon bergerak cepat menuju pintu keluar.
"Shanon." Panggil Jared membuat langkah cepatnya berhenti seketika. Jantungnya berdebar saat lelaki itu menyebutkan namanya lagi. Shanon berbalik dan menatap Jared yang masih duduk tenang di tempat. "Kisahmu dan mantan kekasihmu, apa itu benar?"
"Akan menjadi kebenaran jika anda berpikir demikian, Mr. Jared." Shanon menyeringai kecil. "Percayai apa yang ingin kau percayai maka kebenaran akan muncul setelahnya." Tanpa rasa takut sedikitpun, Shanon mengerlingkan matanya lagi sebelum melenggang keluar dengan penuh percaya diri.
***
Jared menaikkan kedua alisnya selepas wanita bernama Shanon keluar dari ruangannya. Dia pemberani dan lebih gila dari wanita lain yang memujanya di luar sana. Ia menggeleng lalu melihat secarik kertas berisi tulisan tangan Shanon.