Jantung Shanon terasa berhenti berdetak. Wajahnya memucat. Shanon tidak sadar kesalahan apa yang membuatnya harus dipecat seinstan dan semudah ini. Bukankah harus ada fakta mengenai kesalahan fatal yang dilakukannya hingga pantas dipecat secara tidak terhormat? Semua ini tidak masuk akal. Masa depan yang diprediksinya cerah mendadak buram.
"Pak, saya tidak melakukan apapun," kata Shanon saat mendapati seluruh karyawan menatap curiga padanya.
Tatapan Jared teguh tak terbantahkan. "Susun barang-barangmu."
Shanon mengepalkan tangannya. "Tolong sertakan bukti bahwa saya melakukan pembakaran itu, Pak? Saya tidak akan mundur sampai nama saya dibersihkan dari tuduhan ini."
Jared memasukkan tangannya ke dalam kantong penuh arogansi. Matanya memicing seolah tengah menatap seonggok sampah. "Beberapa saksi sudah membuktikan segalanya. Selain itu, kamu sudah melakukan kesalahan berulang kali. Kamu ingin saya mengungkapkan semuanya di sini?"
Mata Shanon membelalak tak percaya. Jared menyandingkan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan. Shanon tidak terima. Ia tidak akan diam saja. Siapa yang sebenarnya berniat menyingkirkannya dari perusahaan?
"Pak, saya mohon untuk menyelidiki lebih lanjut masalah ini sebelum memutuskan apapun," ujarnya penuh percaya diri. "Saya benar-benar tidak bersalah, Pak."
Sorot mata pimpinan perusahaan menajam. Shanon yakin Jared ingin menyingkirkannya karena merasakan sesuatu terhadapnya. Shanon belum ingin semuanya berakhir secepat ini di saat ia sudah hampir menggapai keinginannya. Shanon melangkah semakin dekat dengan tangan memohon.
"Mohon beri saya kesempatan sekali lagi, Pak."
Jared tidak menggubrisnya, sebaliknya Robert yang menjawab, "Sebaiknya kamu tidak membuang-buang waktu, Shanon."
Shanon hampir menyentak Robert tapi tiba-tiba Hans datang membawa angin segar. "Maaf, Pak dan semua yang ada di sini. Menurut pendapat saya sebaiknya kita mempertimbangkan masalah ini terlebih dulu, Pak. Kita tidak ingin karyawan tidak bersalah menanggung akibatnya sementara pelaku sesungguhnya berkeliaran dengan leluasa di sekitar kita."
Jared yang berdiri penuh intimidasi mengernyit mendengar kalimat itu sementara Shanon memandang penuh harap padanya. Ia yakin seseorang sedang menjebaknya entah karena masalah pribadi atau masalah pekerjaan. Siapapun itu, Shanon ingin melihat wajah pengecut itu.
"Mr. Hans, kenapa anda berkata demikian? Mr. Jared sudah membuat keputusan," kata Robert yang membuat Shanon dongkol. Ia semakin curiga karena Robert begitu semangat mendukung keputusan Jared. Apa dia sedang mencari perhatian direktur atau dia mempunyai rencana tersendiri?
Semua perhatian beralih pada Hans. Pembawaannya yang santai membuat orang sekitar terpengaruh. "Saya sudah periksa CCTV, Pak. CCTV di depan ruangan itu rusak secara mencurigakan sejak dua hari lalu, sementara CCTV lain menunjukkan Shanon berjalan menuju ruangan itu pukul 7.12 pagi." Semuanya menarik napas termasuk Shanon. Ia tidak mengerti kemana arah pembicaraan Hans. "Tapi tepat pukul 7.52, seorang pria bertopi berjalan ke arah yang sama. Menurut saya kita perlu menyelidiki lebih dalam kasus ini, Pak."
Jared mengamati Hans beberapa saat sebelum mengangguk satu kali. "Bentuk tim penyidik. Untuk sementara waktu jangan libatkan polisi." Perintahnya membuat Shanon bernapas lega. Namun tak lama kemudian tatapan dingin itu kembali mengarah padanya. "Tapi selama penyelidikan berlangsung, kamu tidak perlu datang ke kantor."
Mulut Shanon menganga. Ia tetap dipecat? Hans hendak menyela saat Jared mengangkat tangan menghentikannya. "Selama kebenaran belum terungkap, kamu tidak perlu datang bekerja. Gajimu akan dipotong sebanyak harimu tidak masuk kerja. Keputusan itu berlaku mulai saat ini. Semuanya kembali bekerja."