(Name) memasuki bar dengan terburu-buru, lalu melihat ke sekitarnya dengan cepat.
"Setelah mendengar kabar Dazai menghilang tanpa jejak, Chuuya pergi meninggalkan ruang rapat tanpa berbicara apapun. Bisakah kau mencarinya dan memastikan keadaannya, (Name)?"
(Name) hanya mengerutkan alis mengingat 'perintah' yang Kouyou berikan padanya. Namun seketika wajahnya kembali normal saat melihat laki-laki yang dia cari sedang duduk di kursi yang ada di dekat bartender. Sementara Chuuya yang menyadari tatapan yang mengarah padanya, menoleh ke arah tatapan itu berasal—lalu tersenyum simpul saat melihat (Name).
"Yo (Name), ayo minum-minum denganku. Kita rayakan kepergian si pemboros perban itu," ajak Chuuya mengangkat gelas berisi wine.
(Name) kembali mengerutkan alisnya, lalu berjalan mendekati Chuuya. Melihat ada yang duduk di sebelah Chuuya, sang bartender pun mendekati (Name). Melihat itu, (Name) hanya mengangkat sebelah tangannya lalu menggeleng, membuat sang bartender mengangguk mengerti lalu kembali melayani pembeli yang lain.
"Ada apa (Name)? Ayo minum, aku yang traktir~"
(Name) menghela napas, lalu menatap Chuuya dengan datar.
"Chuuya, kita masih di bawah umur untuk minum alkohol, dan kau mabuk. Ayo pulang."
"Hehe, itu kalimat terpanjang yang pernah kudengar sejak pertemuan pertama kita," komentar Chuuya cengengesan sambil menekan pipi (Name) dengan jarinya.
Mata (Name) berkedut kesal, dan langsung menepis tangan Chuuya. Sementara Chuuya hanya memajukan bibirnya, ngambek.
"Heeeey, jangan memberiku respons dingin seperti itu, (Name)~"
Iris (Name) melebar saat sepasang tangan melingkar di pinggangnya, memeluknya dengan erat. Tapi tidak sampai disana, Chuuya menyandarkan kepalanya ke pundak (Name).
"... ya—hangat, seperti ini," gumam Chuuya, mengeratkan pelukannya.
Pipi (Name) memerah, namun akhirnya dia membalas pelukan Chuuya dengan melingkarkan tangannya di pundak Chuuya.
"Nah, harusnya seperti ini~" gumam Chuuya mengusapkan kepalanya ke pundak (Name)—membuat rona di pipi sang perempuan semakin jelas.
(Name) kembali menghela napas untuk kedua kalinya, kemudian tangan kanannya terangkat dan mengepal kuat—hendak memukul Chuuya agar sang laki-laki pingsan.
"(Name)~ sudah kubilang untuk tidak memberiku respons dingin, kan~?"
Tiba-tiba (Name) tidak bisa menggerakkan tangannya, dan saat itu juga dia menyadari bahwa tubuhnya dikelilingi oleh cahaya merah. Perlahan (Name) merasa dirinya mulai melayang, bersama Chuuya.
"(Name)? Apa kau menggunakan kekuatanmu?" tanya Chuuya menjauhkan kepalanya dari pundak (Name), "apa sebegitu inginnya kau menjauhiku? Aku kekasihmu, lho~"
Chuuya terdiam, kemudian kembali mendaratkan wajahnya ke pundak (Name). Tak lama kemudian cahaya merah di sekitar tubuh (Name) menghilang. (Name) tentu langsung refleks mempersiapkan dirinya untuk jatuh.
Tapi yang (Name) rasakan hanyalah kursi empuk yang dia duduki tadi, yang berarti mereka tidak melayang terlalu tinggi. Baru saja (Name) membuka mulutnya untuk memarahi Chuuya, namun saat (Name) mendengar dengkuran pelan—senyum kecil terlukis di wajahnya. Chuuya tertidur. (Name) lalu menoleh ke arah bartender.
"Tuan Nakahara sudah membayarnya," lalu sang bartender terdiam sejenak, "lebih tepatnya, dia memberikan dompetnya pada saya."
Sang bartender kemudian mengembalikan dompet Chuuya, dan menjelaskan bahwa dia juga sudah mengambil uang yang sesuai dengan pesanan. Setelah menyimpan dompet Chuuya ke dalam saku sang laki-laki, (Name) menarik napas singkat.
"Ii nouryouku: ame ni mo makezu."
Lingkaran kemampuan muncul di sekitar (Name), sebelum akhirnya dia bisa mengangkat Chuuya dengan mudah, dan berjalan pulang ke apartemen Chuuya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Special] My Silent Fiancée (Nakahara Chuuya)
Fanfiction• Chuuya × Silent!Reader • Kata-kata bukanlah segalanya, oleh karena itu dia memilih untuk tidak banyak berbicara. Namun, tiap kata yang diucapkannya, akan selalu kuingat dan kujaga seperti harta karunku sendiri. (Nakahara Chuuya version) (My Silent...