[10]

5.3K 605 45
                                    

"Ternyata kau menyukai makanan seperti crepes ya?"

(Name) tersentak kaget lalu menoleh ke arah Chuuya yang sedang memerhatikannya. Perempuan itu kemudian menggeleng dengan kuat, membuat Chuuya mendengus lucu.

"Kau pikir bisa membohongiku? Apa kau sadar kita sudah berhenti berjalan 10 menit yang lalu karena kau menatap toko crepes itu dengan serius?"

Iris (Name) melebar, dan pipinya merona hebat—membuat Chuuya tersenyum lalu melepas genggaman tangan mereka, mengelus rambut (Name) lalu memegang kedua pundak (Name) dan menyuruh perempuan itu duduk di bangku yang ada di dekat mereka.

"Tunggu di sini."

Chuuya langsung pergi meninggalkan (Name) tanpa menunggu respons darinya, pergi menuju toko crepes yang ada di seberang jalan.

Chuuya berencana membelikannya crepes.

(Name) yang menyadari itu tentu berencana menyusul Chuuya, namun kemudian dirinya tersadar bahwa dia tidak bisa bergerak. Saat (Name) melihat kakinya, sinar merah sudah mengelilingi kakinya. (Name) mengangkat kepalanya, menatap kesal Chuuya—tapi balasan yang dia dapat hanyalah senyum miring dari sang laki-laki.

___

"Kau masih marah, (Name)?"

(Name) tidak menyahut, hanya membuang pandangan sambil memakan crepes rasa kesukaannya. Sebenarnya (Name) terkejut Chuuya bisa menebak rasa kesukaannya, padahal ini baru kali pertama Chuuya membelikannya crepes. Bisa saja Chuuya hanya menebak, tapi (Name) terlalu senang untuk memikirkan kemungkinan itu.

Namun mengingat Chuuya menggunakan kemampuannya untuk menahan (Name), membuat perempuan itu menjadi kesal dan tidak mau menatap Chuuya. Chuuya yang melihat reaksi ngambek (Name) hanya bisa menghela napas lalu tersenyum kecil.

"Jika itu yang kau inginkan, maka aku tidak punya pilihan lain."

(Name) mengerutkan alis dengan heran, dan saat dia menoleh ke arah Chuuya, tiba-tiba Chuuya menggenggam perempuan itu dan menariknya melewati kerumunan yang ada di depan mereka. (Name) berusaha memanggil Chuuya, tapi tidak digubris oleh laki-laki itu [atau mungkin memang suara (Name) terlalu pelan untuk Chuuya dengar].

Lalu mereka sampai di satu bangunan, dan (Name) menyadari bahwa bangunan itu adalah toko parfum yang cukup terkenal di Yokohama.

"Ayo," ucap Chuuya menarik pelan tangan (Name), berjalan masuk ke dalam toko tersebut.

"Selamat datang," ucap sang pelayan saat Chuuya mendorong pintu kaca toko parfum.

"Pilihlah sesukamu, (Name)," ucap Chuuya, "aku—"

Chuuya tidak menyelesaikan ucapannya saat menyadari (Name) berhenti berjalan. Chuuya menoleh ke arah (Name), dan melihat sang perempuan sedang menatap sepasang botol parfum.

'Kalau tidak salah (Name) pernah bilang itu parfum kesukaannya,' pikir Chuuya menatap parfum untuk perempuan kemudian menoleh ke parfum yang ada di sebelahnya, 'tapi aku tidak tahu kalau itu adalah parfum pasangan.'

"Tolong sepasang parfum ini," ucap Chuuya pada petugas toko sambil menunjuk parfum yang (Name) tatap dengan tangannya yang bebas.

(Name) menoleh ke arah Chuuya dengan ekspresi terkejut, membuat Chuuya tersenyum.

"Kau memandanginya begitu serius, kau menginginkannya kan?" tanya Chuuya.

(Name) membuka mulutnya, namun terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk.

"Bagus, bisakah kau tunggu di luar, (Name)? Aku akan membayar parfum itu dan kita akan pergi ke restoran untuk makan malam."

(Name) hanya mengangguk mengerti, sebelum akhirnya berjalan keluar. Saat sudah memastikan (Name) keluar dari toko, Chuuya kemudian menatap penjaga toko tadi—mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

"Tolong untuk parfumnya dibungkus secara terpisah, dan masukkan ini ke dalam bungkusan parfum perempuan."

___

"Bagaimana menurutmu? Apa kau menyukainya?"

(Name) yang sedang asyik melihat ke sekitarnya setelah menikmati makan malam di restoran mewah itu langsung menoleh ke arah Chuuya yang sedang memandangnya sambil tersenyum. Rona merah muncul di pipi (Name), sebelum akhirnya dia mengangguk pelan. Chuuya tersenyum saat melihat respons (Name).

"Sebelum kita pulang, ini parfum yang tadi siang," ucap Chuuya memberikan tas karton toko parfum tadi kepada (Name).

(Name) memandang lama tas yang dia terima, lalu tiba-tiba membukanya—mengagetkan Chuuya.

"Kenapa kau membukanya!?"

Kedua alis (Name) terangkat saat melihat kotak kecil berada di sebelah parfumnya. Tanpa pikir panjang (Name) mengambil kotak tersebut dan membukanya. Iris (Name) melebar saat melihat sebuah cincin berada di dalam kotak itu, dengan kertas kecil berada di sebelahnya.

Be my fiancée?

Mulut (Name) terbuka, namun tidak ada yang keluar. (Name) menatap Chuuya yang sudah membuang pandangannya, menutupi setengah wajahnya (yang merona hebat) dengan topinya.

"Aku tidak berani menanyakan itu secara langsung padamu—jadi aku menyelipkannya ke tas parfummu—tak aku sangka kau akan membukanya," gumam Chuuya.

(Name) memandang kembali cincin tersebut, sebelum akhirnya sebuah senyum terlukis di wajahnya. (Name) mengambil cincin tersebut, melepas sarung tangannya (karena dia memakai pakaian pemberian Chuuya), lalu memasang cincin tersebut di jari manis tangan kirinya. Chuuya yang menyadari pergerakan (Name) spontan menatap sang perempuan dengan tatapan tak percaya. Senyum (Name) melebar, dan perempuan itu mengangguk.

"Mohon bantuannya dari sekarang, tunanganku."

[Special] My Silent Fiancée (Nakahara Chuuya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang