DASAR PENGUNTIT?!

1.1K 112 2
                                    

BEAM'S POV

Rasanya aneh. Seneng, bingung, takut sekaligus apa yah . . malu??

Aku liat lagi tanganku digenggam erat sambil berlari menjauh dari kejaran polisi patroli yang tadi sempat mergokin perkelahian disini.

Iya, si anak tinggi macam Tiang listrik yang tadi sempat ada di gedung belakang sekolah ini berkelahi dengan orang-orang di gang samping cafe deket sekolahan. Setelah agak lama berlari, akhirnya kita berenti di salah satu gang belakang sekolah.

"Ah anjir, akhirnya bisa bebas juga dari kejaran mereka." kata si tiang listrik.

Hey, aku gak tau namanya siapa yah jadi sekarang aku cuman bisa panggil dia Tiang Listrik.

Lama aku menunggu dia buat nenangin napasnya dan aku baru sadar ternyata.. Tangannya masih menggenggam erat tanganku.

*BLUSH*

Aaahhh,, kenapa pipiku terasa panas gini sih?! Tenangkan dirimu Beam!!!

"Ah sorry, gue kelupaan." katanya sambil ngelepasin genggamannya.

"Ga-gak papa kok. Aku yang harusnya makasih ke kamu udah nolongin tadi." kataku pelan.

Lama kita berdua diem, gak ngomong apa-apa dan itu ngebuat aku malah semakin salah tingkah. Akhirnya aku putusin buat ngobrol duluan.

"Itu luka kamu diobatin dulu sebelum infeksi." sambil ku tunjuk luka yang dia terima saat berkelahi tadi. Dan menarik dia masuk ke mini market untuk membeli beberapa obat-obatan untuk lukanya. Setelah selesai aku menariknya lagi ke tempat duduk di sudut dan mulai membersihkan lukanya.

"Argghh! Sakit.. Sakit woy!!" bentaknya.

"So-sorry.." cicitku pelan

"Hey sorry gue kasar. Gue cuman kaget. Sorry ya.." mungkin dia langsung nyesel ngebentak aku ya.

"Iy-ya gapapa, aku yang salah kok udah ngagetin kamu." jawabku. Aku gak mau kelihatan takut dihadapan dia, biarpun tanganku gemeteran gara-gara dibentak tadi. "Bentar ya, dibersihin dulu lukanya biar gak infeksi. Tahan bentar" sambungku pelan.

Agak lama akhirnya aku ngobatin luka di wajahnya. "Lukanya udah selesai diobatin, kamu jangan lupa buat ngolesin ini ke luka kamu sebelum tidur juga ya." aku memberikan salap yang tadi di beli itu.

"Tengkyu. Yaudah gue pergi duluan ya." dan gak nunggu responku, dia langsung berlari menjauh dan menghilang dari pandangan ku.

Huft.. mungkin dia sibuk kali ya.

"ASTAGA, TELAT KERJA!!" aku lupa kalau tadi aku sedang dalam perjalanan ke tempat kerja paruh waktu. 'Gimana nih, aku harus ngelewatin tempat itu lagi kalau mau cepet sampai. Tapi takut kalau mereka masih ada disana!' galau batinku.

'Ah sudahlah, lebih baik ambil jalan memutar aja daripada ketemu mereka mending telat kerja' putusku dalam hati. Akhirnya aku ambil jalan memutar yang memakan waktu 25 menit untuk sampai ke kafe.

***

AUTHOR'S POV

Waktu menunjukkan jam 8 malam dan Beam mulai membereskan segala sesuatunya dan bersiap untuk pulang.

"Beam, besok kamu yakin masuk? Belajarmu gak akan terganggu?" tanya Bos kafe tempat Beam bekerja.

Beam memang memberitahukan kalau besok dia mungkin agak sedikit terlambat karena akan ada ulangan yang diberikan oleh gurunya. Memang agak menyusahkan sih menyesuaikan jadwal sekolah dan kerja paruh waktu, apalagi Beam mengambil 2 pekerjaan. Pagi hari sebelum dia berangkat sekolah  dengan bekerja mengantarkan susu dari rumah ke rumah dan sepulang sekolah dengan bekerja di kafe dekat dengan sekolahnya. Untung bos pemilik kafe itu baik hati agar Beam bisa mengatur jadwal dengan sekolahnya jadi Beam tidak kesusahan. Tetapi beda ceritanya jika kesehatannya seringkali drop karena kecapean. Itu sudah resiko, begitu kata Beam. 

"Gapapa bos, aku bisa belajar nanti sepulang dari sini," jawab Beam dengan senyuman.

"Kalau kamu kecapean, bilang aja ya. Nanti biar Tew yang menggantikan shift kamu." kata bos yang dibalas anggukan oleh Beam.

"Ya sudah, sekarang cepat selesaikan dan langsung pulang ya. Hati-hati dijalannya. Akhir-akhir ini jalanan sangat tidak aman, apalagi untuk laki-laki semanis kamu." ya bosnya suka sekali menggoda Beam dengan mengatakan Beam itu pria manis yang mungkin saja bisa diculik oleh om-om bermata genit.

"Yak bos. Jangan menakut-nakuti aku dong. Kalau aku diculik, siapa yang akan meramaikan kafemu ini." jawab Beam pura-pura marah. Bos hanya menjawabnya dengan tertawa terbahak-bahak.

----

Pukul setengah 9 malam, Beam berniat untuk pulang. Tetapi saat dirinya keluar dari kafe, dia melihat seseorang sedang terduduk lemas di depan kafe sambil memegangi kepalanya.

'Gelandangan? Ah tidak mungkin. Dilihat dari pakaiannya saja, lebih bagusan dia dibanding aku.' gumam Beam pelan.

"Halo, apakah tuan baik-baik saja?" tanya Beam pada pria itu.

Lama Beam menunggu respon dari pria itu, sampai-sampai Beam harus mencolek si pria itu tetapi tetap saja tak bergeming.

'Mati kali ya ni orang' rutuk Beam dalam hati.

Tiba-tiba pria itu menadahkan kepalanya dan melihat orang yang mengganggu tidurnya. Eehh tidur?! Iya ternyata pria tadi sedang tertidur.

"-Kamu?!" Beam dan pria itu sama sama berteriak saat melihat siapa didepannya.

"-Ngapain kamu disini?" oke, mungkin sebenarnya mereka berdua adalah kembar. Gimana enggak, mereka dua kali berkata yang sama dengan intonasi dan jeda yang sama pula.

"Ehmm.. aku kerja paruh waktu disini. Kamu sedang apa disini?" tanya Beam.

"Ehm.. aku.. Ah ceritanya panjang." kata pria itu.

-jeda agak lama sampai salah satu dari perut mereka mengeluarkan suara keras yang memalukan-

Kruk~ kruk~

Oke, itu memalukan.

"Aku lapar." kata pria itu.

"Terusssss?" tanya Beam kebingungan.

"Aku ikut kamu pulang ya. Mau minta makan dan tidur disana." tanpa rasa malu pria itu berdiri dan siap mengikuti Beam pulang.

"EHHHHHHHHHH?!"







[𝓔𝓝𝓓] 𝐵𝑒𝒸𝒶𝓊𝓈𝑒 𝒪𝒻 𝒴𝑜𝓊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang