PULANG

1K 97 5
                                    

"Forth, antarkan makanan ini ke meja nomer 5" teriak Juru masak dari balik meja dapur.

Dengan langkah semangat dan senyum yang tidak pernah lepas dari bibir sempurnanya itu, Forth mengambil makanan dan menyajikannya ke meja yang dimaksud.

Ya sekarang Forth bekerja paruh waktu di tempat kerja Beam juga. Alasan Forth untuk ikut bekerja agar Beam tidak terus-terus menanggung semua pengeluaran mereka. Dia ingin satu-satunya yang membiayai dan menjaga Beam. apalagi melihat Beam selalu kelelahan setiap pulang bekerja, dia sama sekali tidak tega.

Beberapa waktu lalu mereka sempat beradu argumen, tidak, lebih tepatnya Forth yang memaksa agar Beam berhenti dari pekerjaan mengantarkan susu di pagi hari. Memang tidak mudah untuk menyakinkan Beam agar melepaskan pekerjaan itu, tetap Forth juga tidak ingin kalau kesehatan Beam terganggu.

"Forth, kamu hari ini pulang duluan aja yah gak usah nungguin aku." kata Beam saat mereka berdua berdiri di dekat meja kasir.

"Memangnya kamu mau kemana dulu?" tanya Forth bingung, pasalnya mereka selalu pulang bersama. Bukankah itu salah satu alasan kenapa Forth ingin bekerja ditempat Beam?

"Aku mau ke ketemu Kit dan Phana dulu. Kemarin mereka ngajak belajar bareng." jawab Beam

"Bukannya kalian beda kelas ya? Kan Kit sekelas sama aku." tanya Forth keheranan. "Dan aku gak tau kalau kamu temenan sama mereka?" sambung Forth.

"Emang, tapi dia suka ke kelas aku dan akhirnya kita temenan. Kalau Phana karena aku temenan sama Kit akhirnya dikenalin juga sama dia. Ya biarpun kita gak terlalu dekat dan jarang ngobrol sih." jawab Beam. Forth yang mendengar itu hanya mengangguk pelan tanpa mau menjawab apapun.

"Yaudah kalau gitu gue ikut." setelah beberapa saat Forth akhirnya buka suara.

"Eh, kenapa?" tanya Beam. Bukan karena dia gak mau kalau Forth ikut, tetapi karena Beam tau kalau Forth itu pasti gak akan betah kalau lama-lama berkumpul dengan buku dan pelajaran. Mengajak Forth belajar bersama saja dia harus susah payah dan mengiming-imingi dengan makanan yang akan dimasak atau dengan pijitan setelah belajar.

"Gue cuman gak mau lo nanti pulangnya sendirian aja. Kenapa lo gak suka gue ikut? Atau jangan-jangan lo bohong sama gue?" tuduh Forth dengan mata yang mericing tajam.

"Ih bohong buat apa coba." jawab Beam. "iya siapa tau lo sebenernya mau ketemu orang lain dan gue gak boleh tau siapa orang itu." sambung Forth.

"Iyaudah iya, kalau kamu mau ikut ya ikut aja. Tapi jangan ngeluh kalau nanti bosen nungguin aku belajar ya." Beam akhirnya memperbolehkan Forth untuk ikut.

.

.

.

"Aku gak tau kalau kamu berteman dengan dia, Beam?" itu ucapan pertama Phana saat melihat Beam memasuki perpustakaan dan dibelakangnya ada Forth yang mengikuti. Sama seperti Forth, Phana dan Kit kebingungan saat tau kalau Beam berteman dengan Forth. Forth? Berteman? Itu adalah hal yang tidak pernah bisa dibayangkan oleh orang lain mengingat sifat dan kelakuan Forth yang sombong dan juga memilih untuk berteman dengan gerombolan yang bisa disebut preman daripada pelajar.

"Memangnya ada apa kalau gue berteman dengan Beam? Apa masalah lu?" tanya Forth dengan gak santai. Dia bisa merasakan jika pria didepannya ini merasa tergantung dengan dirinya berteman dengan Beam. Kit mungkin bingung, tetapi Phana lebih memperlihatkan ketidaksukaannya secara frontal. Itu yang dirasakan Forth.

"Gue cuman heran, dan gak suka aja kalau lu ternyata manfaatkan Beam buat diri lu sendiri." perkataan Phana membuat Forth yakin jika dia memang tidak suka pada Forth. Apa Phana menyukai Beam? Tetapi perkataan Phana yang otomatis membuat Forth marah adalah 'manfaatkan Beam'.

Melihat suasana yang canggung, Beam akhirnya berbicara sebelum Forth emosi dan memancing keributan dan membuat mereka berempat diusir dari perpustakaan.

"Aku yang mengajak Forth berteman duluan dan Forth baik kok sama aku Pha~" tetapi itu tidak membuat emosi Forth teredam, entah kenapa Forth merasa kesal saat mendengar intonasi Beam pada Phana. Beam yang melihat wajah Forth yang menegang tiba-tiba hanya bisa memegang dan menyusap lengan Forth.

"Sudahlah. Ayo kita mulai saja belajarnya, aku gak pengen kita selesai tengah malam." kata Kit yang juga menyadari suasana menegang antara Phana dan Forth.

Akhirnya mereka pun memulai sesi belajarnya, sedangkan Forth hanya membaca komik yang ia temukan di area fiksi.

.

.

.

Hampir 1 jam lebih mereka -Beam, Kit dan Phana- belajar, sedangkan Forth dari tadi hanya meletakkan kepalanya dan memejamkan matanya di atas meja. Sampai beberapa saat telepon genggamnya bergetar menandakan ada panggilan masuk.

"Halo.."

"Forth, sayang? Gimana kabar kamu nak? Kamu baik-baik aja kan? Kamu sekarang dimana nak?"

Mendengar suara mamihnya, Forth beranjak dari tempat duduknyadan mata Beam hanya meliriknya hingga pria berkulit tan itu menghilang keluar perpustakaan.

"Mih, Forth baik-baik aja. Gimana kabar mamih?" Forth memang terkenal bengal dan urak-urakan diluar, tetapi dia tetap anak mamihnya yang penurut.

"Mamih sama papih baik-baik aja. Kamu sekarang dimana sayang? Kamu tinggal dimana nak? Mamih kangen sama Forth."

"Forth sekarang tinggal sama temen Forth mih, jadi mamih gak usah khawatir." jawab Forth lembut mengingat sekarang suara mamihnya yang khawatir itu.

"Tapi mamih tanya temen-temen kamu katanya kamu gak ada sama mereka."

"Forth tinggal sama temen baru. Yang bisa nerima keadaan Forth, gak kaya yang lain. Ninggalin pas Forth susah." Forth masih marah sama teman-temannya itu dan dia gak mau punya urusan dengan mereka lagi kecuali Igna.

"Forth, sekarang kamu pulang ya sayang. Nenek sekarang sakit nak. Nenek katanya pengen ketemu sama kamu. Mamih cuma bilang sama nenek kalau beberapa minggu ini kamu nginep dirumah temen-temen kamu. Pulang ya sayang.." suara mamihnya sendu meminta ia pulang dan bertemu dengan neneknya. Forth bisa dibilang cucu kesayangan neneknya, walaupun sepupu-sepupu yang lain juga berusia sama dengan Forth, tetapi hanya Forth yang dekat dengan neneknya itu. Jadi jika sekarang nenek meminta ia pulang, apakah mungkin ia mau? Mungkin. Tetapi bagaimana dengan Beam? Satu sisi, sebenarnya dia tidak masalah meninggalkan Beam toh dari awal juga mereka berteman karena Forth menumpang tinggal di rumahnya tetapi satu sisi lagi, Forth tidak ingin meninggalkan temannya itu sendirian.







____

Special Tag : AntiqueRomantica

Sebenernya gak ada scene tentang Phana dan Forth yang di request oleh AntiqueRomantica tapi tangan ini gatal ingin menulis biar tetep ada benang merah yang menyambut dengan pertemanan mereka. So maafkeun diriku yang agak sedikit menyimpang ya wkwkwk...

[𝓔𝓝𝓓] 𝐵𝑒𝒸𝒶𝓊𝓈𝑒 𝒪𝒻 𝒴𝑜𝓊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang