ATTENTION : Untuk selanjutnya, kalau ada kata-kata atau Bahasa yang gak umum di Kamus Bahasa Indonesia, bakal dikasih tanda dan nanti bakal dijelasin di bawah chapter.
Maaf karena udah lama gak up, tetapi Pai lagi ngumpulin beberapa nyawa dulu. Maklum, kerjaan Malaikat Kematian mah sedikit sibuk. haha..
Dan sepertinya bakal terus sampai akhir taun ini Pai bakal rada lama up works nya yah, sabar aja okeh. gak salah yaudah bodo amat sih gak dibaca juga. [-_-]'
oke deh [HAPPY READING] !!
AUTHOR POV
Diantara berisiknya kelas yang ditinggalkan gurunya tanpa ada tugas pengganti, suasana heboh oleh suara-suara yang sibuk bergosip entah itu tentang gebetannya, artis Thailand favoritnya atau tentang OTP humu yang sekarang digandrungi oleh para fujo/fudan. Ada satu orang yang duduk tenang di pojok belakang kelas, sambil terlihat tetap fokus membaca walaupun sekitarnya sibuk ber-toa ria dengan topik berbeda-beda.
Anak lelaki berparas cantik ini tetap bergelut pada buku pelajarannya, berusaha untuk mengenyahkan suara-suara berisik di sekitarnya. Anehnya, walaupun dia berjenis kelamin lelaki tulen, tetapi paras dan hati nya sangat cantik dan murni. Berkulit putih flawless, bermata sayu indah yang dihiasi dengan kedua alis yang tebal. Sejauh ini teman-teman sekelasnya hanya mendengarkan beberapa kali saja dia berbicara, saat menjawab pertanyaan guru atau sedang presentasi di kelas.
Anak laki-laki ini bernama Beam Baramee. Hanya itu yang teman-teman sekelasnya tau tentang dia selain dia adalah murid kesayangan para guru karena prestasi yang selalu didapatkannya. Dia pernah tinggal dan dibesarkan di panti asuhan, ya dia tidak mempunyai satu keluarga pun yang dia tau, hanya orang-orang di panti saja yang menjadi keluarganya. Nama Baramee pun itu sebenarnya adalah nama ibu penjaga panti yang dulu menemukannya menangis di pintu gerbang panti saat masih bayi ditinggalkan oleh orang tuanya.
Sekarang dia mencoba mandiri dengan keluar dari panti karena umurnya yang sudah terbilang cukup dewasa untuk tinggal disana lagi, dan juga karena panti setiap bulannya pasti akan ada anak lain yang terus berdatangan. Demi membiayai hidup, dia belajar keras untuk mendapatkan beasiswa pendidikan yang akhirnya membawanya ke salah satu sekolah elit ini. Pada sore harinya, dia akan bekerja part-time di salah satu mart 24 jam yang berada tidak jauh dari sekolahnya itu. Memang tidak mudah untuk menjalani hidup sendiri diusia muda tanpa bantuan keluarga, tetapi Beam berhasil menjalankan kehidupannya itu sampai detik ini tanpa mengeluh sekalipun. Dia merasa bersyukur karena masih ada orang-orang yang jauh lebih susah kehidupannya dibandingkan dengan dirinya.
Setiap bulannya setelah gajihan, dia akan menyisihkan sedikit uangnya untuk membantu panti. Dia tidak ingin menjadi 'kacang lupa kulitnya', dia masih merasa kalau dia berhutang budi seumur hidup pada panti asuhan itu karena disana dia mengenal arti keluarga dan bagaimana perduli akan sesama orang yang kehilangan.
"Beam, makan siang di kantin yuk" Tiba-tiba seorang anak laki-laki menghampiri mejanya.
"Duluan aja, aku udah bawa bekal dari rumah. Maaf ya" jawab Beam pelan.
"Yah, kenapa sih kalau diajakin makan bareng selalu aja alasannya itu mulu. Lo kagak bosen gitu makan sendirian?" tanya anak lelaki itu.
"Bukannya gak mau, tapi kan lebih irit kalau makan bekal daripada beli di kantin yang mahal. Lumayan uangnya buat nabung." jawab Beam.
Iya, tiap hari Beam emang selalu nyempetin diri buat bikin bekal ke sekolah dengan alasan biar gak ngeluarin uang lagi selain ongkos naik bis ke sekolah.
"Ayolah Beam, kalau engga makan bekalnya di kantin gimana. Jadi kita tetep bisa makan bareng. Yah yah?" temennya itu masih saja merayu Beam untuk mau bergabung bersamanya dan teman-teman yang lain, 'berinteraksi dengan makhluk hidup' begitu misi teman Beam yang mempunyai tubuh lebih kecil darinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[𝓔𝓝𝓓] 𝐵𝑒𝒸𝒶𝓊𝓈𝑒 𝒪𝒻 𝒴𝑜𝓊
Fiksi PenggemarIni cerita tentang mereka. Mereka yang saling membutuhkan satu sama lain.