Suasana saat makan malam berubah menjadi mencekam dan tidak ada seorangpun yang berani angkat bicara. Forth yang masih emosi setelah keluar dari ruang kerja ayahnya, tanpa sepatah kata langsung beranjak masuk kamarnya. Beam yang sedang membantu mamih Forth menyiapkan makan malam dibuat terkejut oleh suara pintu yang ditutup keras oleh Forth.
Raut bingung dan terkejut jelas terlihat di wajah Beam, pasalnya selama ia tinggal bersama Forth di kediaman keluarganya, hubungan orang tua Forth dan pria itu baik-baik saja. Malah bisa dibilang sangat baik saat Forth akhirnya dinyatakan lulus sekolah dan masuk ke universitas ternama beberapa minggu lalu.
"Biarkan saja anak bandel itu. Bagaimana kegiatan kamu hari ini Beam?" tanya tuan Darvid yang baru saja keluar dari ruang kerjanya.
"Hari ini cafe semakin ramai dikunjungi jadi bos selalu ngasih tips gede juga, hehe. Oh iya, mulai minggu depan sudah mulai masuk perkuliahan jadi mungkin Forth sama Beam mulai sibuk. Mae gak apa-apa kan kalau Beam nanti kemungkinan gak bisa nemenin?" tanya Beam pada mamih Forth yang sekarang juga dipanggil Mae olehnya atas permintaan Tuan dan Nyonya Darvid.
Nyonya Darvid tersenyum mendengarkan Beam berbicara seperti itu, hati ibu mana yang merasa tidak senang saat ada pria manis nan pengertian yang selalu menyempatkan waktu untuk menemaninya sekedar untuk bergosip-ria tentang drama tentang seorang gadis membunuh tunangannya hanya karena tunangannya tidak memberikan sosis untuk dimasak. Wakwak..
"Gak apa-apa Beam, asal kamu janji sama Mae jangan sampai telat makan atau pulang malam-malam." ucap Nyonya Darvid sambil tersenyum dan mengusap pelan kepala Beam. Heran, selama Beam tinggal di mansion, nyonya Darvid hanya tersenyum senang saat melihat Beam. Forth mah boro-boro, disenyumin dikit malah sok kegantengan, pasang wajah nyebelin kata nyonya Darvid. Wkwkwk..
"Udah, sekarang makan dulu. Kamu panggil anak bandel itu turun Beam. Papih belum selesai bicara dia malah kabur." kata tuan Darvid seraya duduk di kursi makan (soalnya kalau nulis meja makan gak sopan anjir masa duduk di meja makan 😓)
"Laksanakan Pho!" jawab Beam sambil tersenyum dan beranjak ke kamar dimana Forth sedang mengurung dirinya.
Nyonya Darvid sejak tadi memandang punggung Beam yang beranjak pergi akhirnya tidak bisa menyembunyikan tatapan sendunya lagi. "Pih, apa mungkin yang kita lakuin bener? Mamih takut itu malah nyakitin hati Beam." katanya pada suaminya.
"Mau bagaimana lagi mih, itu demi masa depan Forth dan mungkin masa depan Beam juga." kata tuan Darvid masih memandang wajah istrinya yang cemas akan keputusan mereka. Mungkin, mungkin itu yang terbaik.
"Tapi pih, gimana kalau Forth menolak perjodohan itu?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Suasana makan malam berubah menjadi sunyi dan aura Forth yang sangat susah untuk diajak bicara. Sejak Beam menyuruh Forth turun dan bergabung untuk makan malam, ia hanya merespon dengan anggukan kepala bahkan Beam bisa melihat raut wajahnya yang sangat frustasi bercampur kemarahan. Ia tidak berani untuk menanyakan masalah apa yang sebenarnya terjadi saat Forth dan ayahnya bicarakan. Ia hanya menunggu sampai Forth menurunkan emosinya dan bercerita sendiri.
"Forth, bagaimana tawaran papih?" tuan Darvid mencoba untuk memecahkan kesunyian di meja makan dengan melemparkan bom sepertinya pada Forth. Pertanyaan itu hanya ditanggapi oleh anaknya itu dengan tatapan sengit.
"Sampai kapan kamu diam, papih harus memberikan jawaban pada mereka." syippp, si papih ngeluarin bom kedua!
BRAK!
"Forth selamanya gak akan nerima tawaran kayak gitu! Gak peduli siapa orangnya, yang jelas Forth gak mau!" Forth yang dari tadi sudah menahan emosinya agar tidak meledak-ledak di depan Beam akhirnya lepas kendali. Selama bersama Beam, ia selalu menjaga agar emosinya tidak pernah mengendalikan dirinya lagi karena ia takut kalau Beam akan menjauhinya.
"Kamu gak mau karena kamu gak tau siapa orang yang akan dijodohkan dengan dirimu. Dia orangnya baik kok. Cantik dan pintar masak." ini nyonya Darvid yang akhirnya ikut bicara karena ia tau jika suaminya juga sedang menahan emosi karena anak tunggalnya ini.
"Forth udah bilang kalau forth gak mau di jodohin! Forth suka sama seseorang jadi Forth gak akan nerima siapapun jadi pendamping Forth kalau bukan dia!" sekali lagi Forth menjawab omongan mamihnya dengan nada yang tinggi saking keselnya.
Beam, yang dari tadi hanya mendengarkan tanpa berniat untuk ikut campur akhirnya menolehkan wajahnya dengan kaget saat mendengar ternyata Forth akan dijodohkan dengan seseorang. Bukan, bukan itu yang membuatnya kaget.
'Forth memiliki seseorang yang dia suka?'
Siapa?
Kapan?
Bagaimana bisa?
Seketika rasa laparnya tadi yang sempat menghinggap akhirnya meruak entah kemana. Shit, rasanya sekarang isi perutnya berputar-putar dan mual dirasakannya. Belum lagi matanya yang kini tiba-tiba terasa panas. Mungkin malam ini ia terserang demam mendadak.
____
Special Tag : AntiqueRomantica
KAMU SEDANG MEMBACA
[𝓔𝓝𝓓] 𝐵𝑒𝒸𝒶𝓊𝓈𝑒 𝒪𝒻 𝒴𝑜𝓊
FanfictionIni cerita tentang mereka. Mereka yang saling membutuhkan satu sama lain.