Atas Hadirnya

63.1K 2.9K 87
                                    

Ada yang memang dipaksa hadir. Ketika akhirnya paham bahwa sebuah paksaan dapat menghantarkan pada kenyamanan.
Agar sang sunyi menghilang diganti dengan tenang yang ramai.

***

"Gue bisa pulang sendiri," seru Karin sepanjang perjalanan menuju parkiran.

Entahlah pembicaraan mereka yang terlalu nyaring, ataukah memang bersanding dengan seorang Alarix menjadikan Karin sebagai pusat perhatian.

Ketika setiap langkah yang dilaluinya bersama Raka, ada tatapan tajam dari banyak mata yang melihatnya, juga bisikan-bisikan yang tak pandai Karin beritahukan perihal keadaan-nya.

"Lo lupa perjanjian kita?" tanya Raka tenang. Tenang yang sanggup mendebarkan lawan bicaranya.

Karin terdiam untuk sesaat memikirkan sebab akibat yang akan diterimanya, untuk kemudian melanjutkan. "Lagian mau kemana sih. Gue capek, pulang sekolah harus pergi lagi." gerutunya kesal.

Raka tidak menjawab, digantikan dengan menyerahkan satu buah helm kepada gadis dihadapannya, ketika keduanya baru saja tiba diparkiran.

Karin sempat bingung untuk sesaat, pasalnya tadi pagi Raka datang dengan satu buah helm. Dan tiba-tiba saja siang ini ada satu helm lagi untuknya.

Tapi berusaha Karin tepis rasa ingin tahunya, bersamaan dengan suara mengintimidasi dari Raka. "Naik!" ujarnya.

Akhirnya suara penuh penekanan itu membuat Karin menuruti permintaan sang pentolan tersebut. Dengan menaiki ninja tinggi itu, membuat Karin harus merengkuhkan lengannya dipinggang milik Raka, sama seperti ia menaiki motor bersama Richard.

"Mau kemana sih?" tanya Karin lagi, disela-sela perjalanan.

Tanpa jawaban. Sebab Raka menderu motornya laju, seakan kehadiran Karin di jok penumpang tidak ada artinya.

Nyaringnya deru mesin Raka membuat pertanyaan Karin tidak digubris sedikitpun. Pasalnya ini sudah sore, Karin takut Tante Sisca akan mencarinya.

Akhirnya untuk yang kedua kalinya, Karin bertanya seraya memukul pundak Raka kasar. Toh sejak tadi pertanyannya tak dijawab.

"Apa sih!" seru Raka gusar.

"Gue tanya mau kemana?" kata Karin sedikit lebih nyaring.

"Ikut aja. Nanya lagi lo, gue tinggal disini." Ancamnya brutal.

Hal tersebut sukses membuat Karin membungkam mulutnya. Dengan tangan-nya ia lepaskan dari pinggang Raka seraya memegang sanggahan belakang ninja tersebut. Karin terlanjur tidak peduli. Meskipun kini ia terlihat norak disana.

     Sementara Raka, dari spionnya. Gadis yang tengah manyun dibelakang pundaknya adalah seseorang yang tiba-tiba saja mampu membuatnya mengulum tawa. Hanya karena gerutuan sebal milik sang gadis.

Raka menggeleng kuat, dia sudah benar-benar hilang kesadaran.

***

     Pintu dan jendela berwarna gelap yang menjadi tempat persinggahan mereka setelah menempuh perjalanan hampir tiga puluh menit, membuat Karin bergidik ngeri. Rumah menyeramkan itu menjadi hal pertama yang menyambutnya.

ALARIX ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang