Part 4

117 15 1
                                    

"Al, hari Minggu Lo ikut gak ke puncak?" Tanya Ivan seraya mendata nama nama Anggota Ethereal yang akan mengadakan kemah di puncak pada hari Minggu.

"Ikut, berapa?" Tanya Alanzo seraya mengeluarkan dompet tebalnya.

"Wuz! Dompet tebal nih! Bayarin kita kita dong bang!" Canda Leonel seraya mengedipkan sebelah matanya pada Alanzo.

"Geli anjir" Jorge yang melihat itu pun bergidik ngeri walau kedipan itu bukan mengarah padanya.

"Lo tuh kek orang gak mampu aja! Keluarga kaya juga buat apa huh?!" Celetuk Emilio pada Leonel.

Leonel pun hanya menyengir lalu duduk disamping Ivan.

"Yho ikut ya.. temenin gue.. gue yang bayarin deh!" Terdengar rengekan dari arah utama menuju kantin, terdengar 3 gadis berjalan masuk tanpa memperhatikan sekitar.

"Ikut aja deh Yho, lagian pasti Mommy Lo ngizinin kok" ujar Rose lembut. Lebih kearah memberi saran.

"Atau jangan jangan Lo lagi bokek ya? Gue bayarin deh." Ujar Aquella dengan suara keras.

Sontak saja gadis itu membelalakkan matanya kearah Aquella "gue gak mau!" Tegas Yholana.

Mereka bertiga berjalan menuju dimana geng Ethereal berada. Disudut kantin.

"Ngapain Lo?" Tanya Alanzo sarkastik pada Yholana.

"Suka suka gue lah! Emang sekolah ini punya Lo apa?" Tanya Yholana sinis.

Senyum licik terbit diwajah lelaki dengan garis wajah Amerika itu "yang punya sekolah ini Uncle gue, kenapa?"

Yholana menelan ludahnya susah payah, ia lupa jika sekolah ini milik paman Alanzo. Bisa gawat ini.

"Ya tapi..."

"Sudah! Gue gak tau ya apa masalah kalian, tapi setiap ketemu tuh kalian seperti kucing dan tikus." Ujar Jorge melerai mereka berdua.

Alanzo dan Yholana pun sama sama membuang muka.

"Kalian kenapa kesini?" Tanya Jorge kembali dengan nada lembut, kali ini ditujukan kepada Yholana, Rose, dan Aquella.

"Gue.. gue mau ikut ke puncak. Boleh?" Tanya Aquella pada Jorge takut takut.

Lalu gadis itu menatap Ivan yang tersenyum kepadanya. Jorge pun mengikuti arah pandang Lilia yang menatap Ivan.

"Oh boleh kok, kan ada honey bunny nya" celetuk Jorge yang membuat semua tertawa.

"Kalau gitu gue daftar 3 ya, ini uangnya" ujar Aquella seraya mengambil beberapa lembar uang 100k dari dalam dompetnya.

"byuhh neng Aquella berdompet tebal juga ya. Abang gak dibayarin juga neng?" Ujar Leonel lagi dengan candaan yang sama.

Aquella hanya menggeleng polos "enggak, keluarga Lo kan kaya"

"Ya neng Aquella, Abang sakit hati nih" cetus Leonel seraya memegang dadanya, berakting seperti merasakan sakitnya dikhianati.

"La, gue kan gak ikut. Jadi daftar 2 aja ya, gue gak usah. Lagian gue juga ada janji sama Abang gue" ujar Yholana, lebih seperti permintaan.

"No! Big No! Pokoknya Lo harus ikut!" Ujar Aquella tanpa bantahan dan mengabaikan perkataan Leonel sebelumnya.

"Abang kok dicuekin sih?" Tanya Leonel dengan raut wajah pura pura sedih.

"Wajah Lo sih gemesin banget! Sampai pingin gue timpuk pakai bantal dirumah" sahut Emilio yang sedari tadi membantu Ivan mendata data.

Lalu tiba tiba datanglah 3 orang siswi lagi. mereka berjalan dengan anggunnya, melenggak-lenggok kan pinggulnya bak model diatas red carpet, mengibas ibaskan rambutnya seperti iklan shampo, dan menatap sekeliling dengan senyum bangga seperti artis papan atas yang sedang naik daun.

"Hello guys! Gue juga mau ikut dong" ujar Zeline seraya mengibaskan rambutnya kebelakang dan tak sengaja mengenai Yholana. Yholana menggeram kesal tanpa suara.

"Gue daftar tiga ya" ujarnya kembali seraya mengeluarkan beberapa lembar uang 100k.

"Oh ya Al, jemput gue ya hari Minggu" ujar Zeline seraya bergelayut manja di lengan Kokok Alanzo.

Alanzo pun mengibaskan tangannya "tidak!" Ketusnya.

"Lo kan punya mobil, punya supir juga. Apa gunanya itu semua?!" Lanjut Alanzo dengan tatapan tajamnya.

Zeline pun hanya mengerucutkan bibir, "batalin dong itu tadi, sumpah gue ada acara sama Abang gue" ujar Yholana kembali.

"Gak bisa Yho, udah didata. Lagi pula sekalian nemenin Aquella and Rose kan gak masalah" ujar Jorge diselingi cengiran tanpa rasa bersalah.

Sekali lagi, Yholana menggeram kesal lalu meninggalkan mereka. Tapi saat akan berbalik, tubuhnya menabrak tubuh Alanzo dan mengakibatkan gadis itu akan terjatuh kembali, namun lengan Kokok menopang tubuhnya agar tidak jatuh. Yholana yang memejamkan mata pun membuka matanya karena merasa ia tak kunjung mendarat juga.

Bukannya malah berterimakasih, Yholana malah berteriak kencang dan langsung berdiri. Gadis itu menatap Alanzo dengan tatapan tajam.

"Lo..!" Tiba tiba kata kata yang ingin ia lontarkan hilang dengan mudahnya.

Alanzo menaikkan sebelah alisnya, "Arghh! Gue benci sama Lo!" Teriaknya lalu pergi dari kantin.

Yholana menggerutu tak karuan disepanjang koridor.

Gadis itu menuju loker untuk mengambil sesuatu, namun tangannya terhenti saat ingin membuka loker karena cekalan tangan seseorang.

Yholana menoleh dan menatap sinis kearahnya. "Apa mau Lo?" Tanya nya langsung.

PLAKK!!

Yholana menatap tajam gadis yang menamparnya barusan. Gadis itu maju dan menyudutkan Zeline.
"Mau Lo apa? Datang datang langsung nampar gue?" Desis Yholana tajam.

"Gue mau Lo jauhi Alanzo" ujar Zeline penuh tekad.

"Fine, tanpa Lo suruh pun gue gak mau berurusan sama curut itu." Ujar Yholana datar namun tajam.

"So?" Tanya Zeline.

"Lo pergi atau gue balas perbuatan Lo yang tadi" ujar Yholana seraya terus maju menyudutkan Zeline.

Zeline berdecak sebal "gue pergi"

Yholana berjalan kearah kamar mandi. Berdiri didepan wastafel dan memegang pipi kanannya.

Pipinya membekas berwarna merah, rasanya? Jangan ditanya, sudah pasti panas dan sakit.

Gadis itu membasuh wajahnya, namun saat tersentuh air, ia meringis kesakitan.

Yholana mengirim pesan singkat pada Rose dan Aquella bahwa ia izin tak mengikuti pelajaran selanjutnya. Ia lebih memilih beristirahat di UKS dari pada dikelas memberikan banyak pertanyaan yang muncul karena teman temannya menatap pipinya yang merah.

"Dek, boleh saya istirahat sebentar disini?" Ujar Yholana pada gadis yang menjaga UKS.

Gadis itu tersenyum "boleh kak, itu pipi kakak kenapa? Mau diobatin?" Tanyanya.

Yholana menggeleng "saya bisa sendiri, tapi bisakah kamu ambilkan kain kompres?" ujarnya dengan senyum tipis.

Gadis itu segera mengambilkan kain kompres dan air hangat lalu memberikannya pada Yholana. "Kalau begitu saya masuk kelas dulu ya kak" ujarnya yang diangguki oleh Yholana.

Tanpa disangka sangka, seorang lelaki masuk dengan seragam yang dikeluarkan. Lelaki itu berbaring di ranjang kedua tanpa menatap Yholana. Mungkin lelaki itu tidak tahu Yholana juga berada disana.

Saat lelaki itu beranjak duduk dan turun dari ranjang untuk mengambil air minum, saat itulah ia melihat Yholana sedang berbaring dengan kompres yang berada di pipinya.

"Lo?" Sapa Alanzo yang terdengar seperti pertanyaan sakral.

Gimana part ini? Comment ya guys:*
Jangan lupa vote ya juga :*

Senin, 24 Desember 2018

ALANZO  -Unrevengable love- Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang