Beberapa hari berlalu, tibalah pada hari Minggu. Hari yang menyenangkan bagi semua pelajar karena libur sekolah walau hanya sehari.
Dan lagi-lagi, Cessia disuruh Fery untuk mengajak Aldorf sarapan. Dia mengetuk pintu ruang baca Aldorf, tetapi tidak ada jawaban dari dalam. Tangannya mencoba memutar gagang pintu, ternyata pintu itu tidak dikunci.
"Dorf?"
Netranya menjelajahi seluruh isi ruang baca Aldorf. Cessia menyadari bahwa ada sebuah pintu putih di samping pintu ruang baca yang terbuka. Sepertinya pintu itu menghubungkan ruang baca dan kamar Aldorf.
Cessia tersenyum memikirkan ide yang terlintas di kepalanya. "Mumpung Aldorf tidak ada," gumamnya sambil tersenyum.
Cessia mendekati rak buku dekat pintu putih, ada berbagai macam buku di sana. Mulai dari novel, cergam, komik, ensiklopedi, nomik, antologi, dongeng, biografi, novelet, karya ilmiah, kamus, paduan, dan atlas.
Setelah melihat berbagai macam judul buku, netranya terfokus pada sebuah buku yang berjudul Divorcio. Cessia mengambil buku itu, membaca tulisan yang terdapat pada belakang buku.
Yang seharusnya berpisah akan berpisah dan yang seharusnya bersama akan bersama.
Kalimat itu membuatnya tersenyum. Mengingat kejadian mata Aldorf ada kilauan merah. "Apa ini sebuah tanda, menunjukkan bahwa aku bisa bersama manusia?" Memikirkan masa depan mereka, membuatnya terkekeh.
Namun, apa yang akan terjadi jika aku melawan takdir? Aku rela mati jika aku diizinkan bersamamu, walau hanya sehari.
Kalimat selanjutnya membuat senyuman Cessia hilang. "Apakah aku akan begini juga jika bersama Aldorf?"
"Enggak, enggak. Aku sama Aldorf sudah ditakdirkan."
Aldorf muncul dari pintu putih, melihat Cessia yang sedang melihat buku sembari mengomel. Membuatnya mengerutkan dahi. "Kenapa?"
Cessia berbalik, melihat sosok Aldorf. "Gak papa."
Aldorf justru merasa aneh dengan sikap Cessia yang cengar-cengir.
"Dorf, apa arti dari judul buku ini?"
Aldorf menatap kata yang tertulis di cover buku, Divorcio.
"Divorcio artinya berpisah dalam bahasa Spanyol."
"Aku pinjam ya, kayaknya ceritanya bagus." Aldorf yang mengangguk membuat Cessia tersenyum semringah.
"Kamu kenapa di sini?"
Cessia menepuk jidat. "Aku lupa. Aku disuruh Fery untuk mengajakmu sarapan. Ayo, sarapan sekarang."
Cessia menarik tangan Aldorf dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya memegang buku tadi. Wajah Aldorf yang terkejut karena ditarik tiba-tiba, sedangkan Cessia malah tertawa.
Jika saja Cessia ingat, dirinya akan kembali sedih. Kejadian ini mirip persis dengan dulu, ketika Azka lupa datang ke rumahnya saat dia ulang tahun saat berusia 7 tahun.
***
Laudilla mengira dirinya bisa bernapas lega lagi karena Deo sudah mau keluar dari kamar. Namun dugaannya salah. Deo keluar kamar untuk menantang orang-orang yang ditemui di istana, mau itu tabib, prajurit, jenderal, dan lainnya. Jika orang yang dilawan kalah, Deo akan meremehkan mereka. Sedangkan jika Deo kalah, Deo akan menantang lagi di lain waktu. Dia merasa, tidak lagi kenal dengan Deo.
Laudilla menghela napas, duduk di kursi ruang tamu dengan keras. Hingga terdengar suara dentuman dari kursi. Hal itu membuat ibu Laudilla, Lila keluar dari dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebis : Divorcio
FantasyTidak ada yang mau dijodohkan, termasuk Cessia. Hanya karena sebuah aturan turun-temurun, membuat para peri menurut. Melihat hancurnya keluarga Laudilla, Cessia memutuskan tidak mau dijodohkan, walau harus dicap pengkhianat. Tiba pada hari ia dijod...