12. Larangan?

34 9 0
                                    

Cessia sedang memilih baju berwarna merah muda yang bagus. Namun, menurutnya baju warna merah mudanya kebanyakan itu adalah baju santai tidak ada baju untuk jalan-jalan. Jika bukan karena sudah janji dengan Sanly pagi tadi, Cessia tidak akan pusing seperti ini.

Sebuah senyuman terbentuk di wajahnya, bersamaan dengan sebuah ide yang terlintas di kepalanya. Cessia mengambil ponselnya, mencari baju yang bagus untuk jalan-jalan. Setelah menemukan model baju yang menurutnya cocok, membuatnya kembali tersenyum. Setelah mengeluarkan salah satu baju merah muda dari lemari, dia memegang baju itu lalu mulai mengeluarkan sihirnya. Kaos merah muda polos itu menjadi baju dengan lengan 3/4 yang terlihat bahunya. Setelah memakai baju itu, dia memakai celana jengki hitam.

Cessia keluar dari kamarnya, tentu saja setelah mengubah warna rambutnya menjadi hitam. Melangkah mendekati ruang keluarga, pandangannya langsung tertuju pada Aldorf yang memakai kemeja merah dan celana jengki.

Pandangan Aldorf teralih dari ponsel, tertuju pada Cessia yang menatapnya tidak berkedip. Membuatnya mengerutkan dahinya. "Kenapa, Sia?"

"E-eh, gak papa." Cessia memalingkan wajahnya. Dia malu.

Aldorf kembali menatap ponselnya. "Kita pergi pakai motor aja ya, kalau pakai mobil parkirnya mahal."

"Oke," jeda Cessia, dia duduk di hadapan Aldorf. "Oiya, Fery pakai apa?"

"Dia pakai motornya," ucap Aldorf tanpa melihat Cessia.

"Motornya? Aku gak pernah lihat motornya."

"Ya iya lah, dia kan kecilin motornya, biar gak bikin ruangan sesak."

Cessia mengangguk mengerti. Dia memangku kepala dengan tangannya, menatap Aldorf yang fokus pada ponselnya. Semakin lama, rasanya dia semakin ingin melihat Aldorf terus menerus.

"Mau berangkat kapan?" tanya Aldorf tiba-tiba.

"Sekarang?"

"Ya udah, yuk."

***

Gadis beriris anggrek itu menatap Deo yang sedang melatih sihirnya. Atas perintah Deo, Deo ingin Laudilla menemaninya latihan di taman belakang. Deo bilang bahwa dia ingin lebih hebat dari Azka, maka dari itu dia berusaha keras sekarang. Namun, entah mengapa firasat Laudilla mengatakan ini ada kaitannya dengan Cessia. Dia berusaha menepis firasatnya itu, mungkin yang dikatakan Deo itu memang benar.

Ada seorang mendekatinya lalu berbisik padanya, "Kita kedatangan tamu tak terduga, Putri Sorsam, Siva Sorsam. Raja meminta agar Pangeran menemaninya."

"Jangan memberitahu Deo, Deo akan murka jika mengetahuinya. Aku akan ke sana untuk menemani Raja."

Pelayan itu mengangguk lalu mengundurkan diri.

Laudilla kembali menatap Deo yang sedang melatih sihirnya. "Deo."

Deo berhenti sejenak dari kegiatannya, lalu menatap ke arah Laudilla. "Kenapa?"

"Aku pergi dulu ya, aku ada sesuatu yang harus diurus."

"Ya sudah, jangan lama-lama ya."

Laudilla menjawab Deo dengan anggukan. Deo yang kembali melatih sihirnya, membuatnya menuju ke arah utara istana, ruang pertemuan. Penjaga membukakan pintu untuk Laudilla. Nazka yang sedang memangku kepalanya dengan tangannya, tampak terkejut tetapi sedetik kemudian ekspresinya kembali datar. Laudilla segera berlutut di hadapan Nazka, tanda salamnya.

Lebis : DivorcioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang