#1―Pertemuan Awal.

148 34 46
                                    

    Mentari dengan sinar cerahnya menggantung, awan gelap serta seram sudah meninggalkan jauh ntah dimana keberadaannya.

Seorang gadis berkucir kuda bangun dari tempat tidurnya yang sudah terpapar sinar matahari. Hari memang sudah siang, sekitar pukul 06.45.

"Maaah! Masih subuh kan ya?!" Tanya gadis itu sambil mengucek kedua matanya.

"Iyaa! Subuh sekitar dua jam yang lalu! Sekarang sudah siang!" Jawab Mamah yang sedang membuka tirai jendela kamar anak bungsunya.

"HAHH?! 06.45?!! MAAAH AKU TERLAMBAAAT LAGIIII!!!," gadis itu langsung melompat kaget dari kasurnya dan segera menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi.

    Berdiri di depan gerbang bercat putih yang menjulang tinggi yang sudah tertutup rapat. Bersama dengan segerombolan anak yang bernasib sama seperti dirinya.
Berharap, upacara tidak terlalu lama dan segera selesai.

"Lama bat dah!" Dongkol Shilza

"Kalau dateng tu jangan siang! Kalian punya jam nggak dirumah?" Omel Pak Edy bagai kereta api sedang terburu-buru, panjang dan tidak henti-henti.

    Pelajaran pertama yaitu penjaskes atau olahraga. Banyak anak perempuan yang sengaja tidak berganti pakaian karena beribu alasan yang biasa wanita miliki.

"Eh Shil! Mau ikut foto gaa!" Tawar Resha saat Shilza baru selesai berganti seragam. Di tangannya terdapat smarphone dengan aplikasi snow

"Boleh lah ayo! Tapi gausah pake efek gajelas ye! Natural aja" balas Shilza.
Dan akhirnya Shilza ikut foto bersama Resha dan teman lainnya dengan efek 'kucing' ew, alay.

"Gue manusia anjer:( napa jadi kucing?!-_" kesal Shilza yang tidak suka narsis seperti teman lainnya

"Yee biar kayak anak kelas sebelah dong Shil! Gaul!"

Shilza mengiyakan dan segera mengambil botol berwarna pink neonnya dan berjalan ke lapangan seorang diri.

    Koridor kelas atas memang sangat sepi saat KBM, semua guru rajin masuk ke kelas saat jam pelajaran pertama, sangat berbeda jika sudah memasuki jam pelajaran akhir, guru-guru biasanya menelantarkan muridnya dan memberikan waktu freeclass. Cukup mengenaskan.

"Eh lu mau kemana?" Tanya Arya saat Shilza hendak turun tangga ke lapangan

"Lo punya mata ga?, gue mau ke lapangan lah! Mau olahraga! Udahlah awas!" Seru Shilza dan mendorong Arya

"Eh bawel! Tapi kok ngangenin?" Tanya Arya sambil menggoda. Teman-temannya ikut tertawa

"Bodo amat, anjir!" Kesal Shilza

    Jam pelajaran olahraga berakhir, anak anak mulai berkerumunan menuju kantin tidak terkecuali Shilza yang sudah capek dan tubuhnya yang bermandikan keringat.

"Bii! Nutrisari leci satu ya! Tambahin gula seujung sendok! Tapi dikit bangettt" seru Shilza dari antrian

"Ini yang leci siaaapaa?!" Tanya Bibi pedagang es sambil mengangkat segelas plastik dingin yang menggoda

Shilza segera membayar nya dan berjalan balik ke kelas.

'BYAAAAAARRR' segelas plastik nutrisari leci yang segar dan belum terseruput oleh mulut satupun, jatuh dan tumpah di lapangan yang panas.
Bangsat emang.

"Eh sorry! Gue tadi salah sasaran" seorang laki-laki dengan seragam yang dikeluarkan menghampiri Shilza

"Lo tau ga si, gue tuh lagi haus. Gue lagi butuh banget nih aer!" Dongkol Shilza menatap cowo itu

"Iye gue juga sama! Butuh banget latihan bola ini, buat sekolah juga! Lagian, gue udah minta maaf kan?" Balas cowo tersebut bersikap tak peduli

"Ya terus? Itu kan urusan lo! Ini minuman gue gimana?!"

"Berapa sih?!" Cowo itu mengeluarkan dompet kulit dari kantong nya

"Udahlah kaga usah!" Shilza meninggalkan lapangan dan ke kelas dengan tangan hampa

"Hih dasar cewe aneh,-" kesal cowo itu dan melihat Shilza hingga sampai ke atas

"Oh dia anak kelas 10 IPA 1. Tapi kok rasa nya gue baru liat ya?" Bingung cowo itu

    Cowo ini nama nya, Zian. Anak basket, anak baseball, anak sepak bola, yang jelas anak orang tua juga sih. Intinya Zian tu multitalent deh! Dia jago di olahraga dan juga musik apalagi main gitar nya, jagoo banget!. Semua cewe ngegebet ni anak, tapi Zian teguh pada pendirian nya yaitu 'gamau pacaran , sebelum ngehalalin'.

     Shilza sampai di kelasnya dengan komuk yang benar-benar kesal. Rasa hausnya sudah menjalar hingga akar. Air di botolnya sudah abis. Semua anak sekelas pasti enggan memberikan air minum karena mereka juga merasakan capek mengantri, toh Shilza juga tidak mau berbagi di saat-saat seperti ini.

"Gue beli dua, satu buat lo, mau?" Tama melingkarkan satu tangannya dari belakang di pundak Shilza.

Shilza terkejut saat ada tangan yang tiba-tiba dengan sekenanya berada di pundak dan merangkulnya, ia segera menengok dan melihat Tama yang tersenyum kuda dengan dua gelas plastik minuman dingin.

"Buat gue? Nggak salah denger kan gue, Tam?" tanya Shilza dengan wajah berharap.

"Iya, buruan nih minum terus ganti baju nanti Bu Restu masuk duluan lagi," jawab Tama dan tertawa diikuti juga dengan Shilza.

    Ini Andrea Pratama. Dia nggak mau dipanggil Andrea karena dia nggak mau jadi pelawak, dia anak baseball, dia juga termasuk anak berprestasi di sekolah, good boy idaman banget.
O'iya Tama ini sahabat Shilza dari jaman zigot.
.
.
.
Ayo terus like, comment dan boleh juga saran yang membangun!
VOTE YA VOTE. 🔥🍁
Vote kalian sangat berharga🍁- author.

Just Friend.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang