#2―PTS itu Stres.

75 26 37
                                    

   Besok adalah hari pertama Ujian Tengah Semester. Atau mungkin disebut juga PTS atau UTS.

   Shilza sibuk didepan meja belajarnya yang terdapat dua tumpuk buku. Handphonenya sesudah shalat isha sudah Ia simpan di dalam laci meja riasnya agar dirinya tidak terlalu mengingat benda pengganggu itu.

"Eee buset dah, rumusnya susah bener! Butuh contoh google ini mah_-" kesal Shilza melihat angka-angka menyebalkan.
Namun tekadnya untuk tidak memegang handphone tetap Ia lakukan, dengan niat dan usaha akhirnya Ia memahami.

   Jam dinding sudah menunjukkan pukul 21.00 malam, Shilza sudah terbaring diatas kasurnya yang bersprei animasi bis tayo.

"Hai Tayoo! Hai tayoo dia bis kecil ramaah!" Lirih Shilza bernyanyi sesekali saat belum bisa tertidur

'Tok, tok, tok'
Ketukan pintu kamar membuat Shilza terdiam sejenak.

"Masuk saja tidak dikunci kok" seru Shilza

Mamah masuk dengan membawa sebungkus biskuit dan susu coklat hangat.
"Lah sudah selesai ya rupanya, pantas saja nyanyinya sudah terdengar" kata Mamah membuat Shilza tersipu malu

"Tapi, aku belum mau tidur kok Mah" jawab Shilza melirik ke arah cemilan yang dibawa Mamah

"Hm sudah malam Shil, tidur saja ya. Susu dan biskuit ini untuk Ka Vella, dia masih belajar" kata Mamah dan mematikan lampu kamar Shilza dan meninggalkannya.

Mamah meninggalkan Shilza yang sudah berharap ingin menikmati cemilan biskuit terenak, hanya saja kenyataan mengatakan bukan untuk dirinya.

"Jangan terlalu banyak berharap, nanti nyesek lho" -Shilza2k18

   Pagi hari yang ditunggu. Shilza segera melepas selimutnya dan membuka tirai jendela kamar. Udara sejuk mulai masuk dan masih terasa dingin seperti malam.
"Seger bangeettt woe gelaaa!" Seru Shilza yang cukup jarang bangun pagi.

"Shil, udah bangun?" Tanya Ka Vella dari luar kamar

"Pastinya dong!" Jawab Shilza semangat

"Shalat subuh dulu jangan lupa, belajar lagi. Jangan main hp!" Kata Ka Vella mengingatkan. Shilza hanya mengangguk dan tidak menjawab

"YA AMPYUNNNN, HANDPHONE GUE MASIH DI LACI DARI SEMALEMM" kaget Shilza baru menyadari

Shilza tidak berani membuka lacinya dan mengambil handphone miliknya karena Ia takut isi pelajaran yang di otaknya hilang seketika ye sejenis *barlen mungkin.
*barlen = bubar klalen. Selesai dan lupa

   Setelah melaksanakan shalat subuh dan berseragam putih abu-abu. Shilza mengambil bukunya dan mulai merefresh materi pelajaran yang Ia pelajari semalam.

Tidak butuh waktu lama bagi seorang anak remaja pintar ini untuk menguasai materi, Ia memang pintar namun terkadang kumat malasnya datang.

    Di sekolah, banyak siswa yang berlarian di koridor. Lapangan sangat sepi tidak seperti biasanya yang ramai akan siswa yang bermain sepak bola atau basket. Masjid penuh sekali dengan siswa yang berdzikir, memohon dimudahkan ujian. Di kantin, hanya anak-anak yang belum sarapan dari rumah karena terburu-buru.

   Shilza sudah duduk di ruangannya yaitu Ruangan 19 lebih tepatnya di kelas XI IPS 1. Buku pelajarannya sudah dibuka sejak Ia datang, kotak makan berisi keripik kentang favoritnya juga sudah siap di samping bukunya.

"Ini ruangan 19 kan?" tanya seorang anak laki-laki berbicara sendiri sambil memperhatikan nama-nama di ruangan itu

"Nah ini nama gue!" Seru anak itu cukup keras, sambil menunjuk nama 'Muhammad Zian Adipati'

Just Friend.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang