#3―UKS

52 20 7
                                    

    "Ah gue dimana, anjir" ucap Shilza dengan memegang bagian kepala belakang nya yang terbentur saat terpleset

"Omongan doa." Kata Zian di samping kasur UKS

"Kok lo nggak ujian?" bingung Shilza mengabaikan ucapan Zian barusan

"Udah selese dari satu jam yang lalu" jawab Zian sibuk mengotak ngatik rubiknya

"Terus? Lo ngapain disini?" Tanya Shilza lagi. Zian melirik dan menatap ke arah Shilza, Ia tidak menjawab pertanyaan Shilza dan Ia segera bangkit dan mengambil tas punggungnya.

"Gue cabut ya, itu Kaki lo kayaknya butuh istirahat dulu. Lo pulang naik apa?" Zian bersiap keluar dari UKS

"Bukan urusan Lo kan?" Shilza mengernyitkan dahinya. Zian hanya mengangguk dan keluar dari UKS

Shilza masih merasa butuh Zian sebenarnya akan tetapi Shilza tidak mau ditemani dengan orang yang kenal saja belum dan hanya baru tahu dari satu ruangan dan teman sebangku, lagian gengsi dong.

Shilza sangat menyesal karena tidak mengikuti ujian berikutnya, dan mungkin besok juga Ia tidak masuk.

    Selama perjalanan pulang, Zian hanya memikirkan Shilza dan Shilza. Bagi dirinya, Shilza adalah suatu umpan yang harus Ia dapatkan.

Ia memarkirkan motornya di puskemas dengan papan nama yang sangat terbaca jelas,
'Puskesmas Sehati Putra'.

"Adik sakit apa ya?" Tanya Dokter saat Zian mendapat giliran diperiksa,

"Gini ya Dok, hati dan pikiran saya akhir-akhir ini kayak merasa aneh pada seseorang. Tapi, saya yakin Dok ini bukan suka namun ya saya juga..."

"Adik salah tempat!!" Potong Dokter tersebut dengan melotot

Zian dipaksa keluar oleh satpam yang bertugas, Zian sepertinya memang sudah gila dan tidak waras karena mabok Shilza.

    "Jadi, besok saya bisa ujian dadakan ya Bu?" tanya Shilza memastikan. Bu Restu hanya mengangguk.

    "Halo Maa? Ka Vella bisa jemput?" Tanya Shilza dari telepon nokia tipe 2600 kebanggannya

"Kalau Ayah?"

"Mama sendiri juga tidak bisa?"

"Hmm ya aku paham." Tutup Shilza saat menelfon. Ia putus asa, ketiga anggota keluarganya tidak bisa menjemput dirinya. Niat untuk berjalan kaki juga pasti akan gagal karena kaki nya memang kaku untuk digerakkan.

"Ayo naik ke motor gue, cepetan!" Motor ninja berhenti di depan Shilza.
Shilza masih terpaku kebingungan dan mundur ke belakang.

"Lo siapa?" Tanya Shilza hati-hati

"Zian!" Jawab cowok itu dan membuka helm nya. Rambut nya yang tidak dicukur beberapa bulan langsung berdesak keluar.

"Ga."

"Lo egois ya! Ini udah mau sore, kaki Lo sakit, gabaik cewek disini sendirian" jelas Zian mengingatkan

"Bodo."

Angkot jurusan yang ditunggu Shilza datang, walau rame dan sangat berdesakkan, Shilza terpaksa naik untuk menghindar dari Zian.

"Gue duluan." kata Shilza saat sudah di dalam angkot

"Ye dasar cewek" Zian segera mengegas motor ninjanya mengekori angkot yang dinaiki Shilza

"Ah anjir napa tu anak ngikutin gue sih!"
Geram Shilza terus melihat motor Zian yang di belakang angkot

Shilza masih memantau motor Zian yang terus mengikuti angkot. Risih juga sebenarnya tapi mungkin saja memang sejalur, pikir Shilza.

    "Ni bocah rumah nya dimana sih, daritadi kagak belok kagak apa. Lurus mulu kayak otaknye" dongkol Zian masih fokus menyetir

    Shilza tidak bisa berpura-pura untuk berhenti di suatu tempat karena kondisi dirinya saat ini sangat tidak memungkinkan. Kakinya sudah sangat kaku.

"KIRIIII MANGG" seru Shilza di depan gang yang bertuliskan 'Gg. TongTong' .

Selesai membayar dengan uang pas yang tidak kurang, atau tidak lebih ya inti nya pas. Shilza mulai berjalan tertatih-tatih dan perlahan memasuki gang menuju rumahnya.

Zian masih memantau dari kejauhan. Motor nya sudah dimatikan sejak angkot berhenti.
"Misal gue tolong, ntar dia nyolot lagi" pikir Zian masih memerhatikan Shilza

    Shilza butuh waktu lama untuk sampai di rumah bercat abu-abu yang bermodel polkadot nya.

2 menit..
3 menit..
4 menit..
5 menit..
6 menit..
Shilza sampai di teras rumahnya yang dilengkapi banyak tanaman hijau koleksi Ayah.

    Zian langsung mengegas motor ninjanya setelah melihat teman cewek nya sampai di rumah dengan selamat.

    Rumah sepi, hanya aroma masakan rendang yang tercium merusuk kedua lubang hidung Shilza.

"Ah sialan banget! Dicontekin!, jatoh di masjid!, naik angkot rame! Huh" Kesal Shilza melempar tas punggungnya ke kasur

'KRINGGGGG' telepon rumah berbunyi nyaring dari ruang keluarga. Dengan langkah gontai dan kesulitan, Shilza bangkit dari kasur dan keluar kamar.

"Haloo?" Suara dari seberang sana

"Iya? Ini dengan siapa?" Jawab Shilza segera

"Ini Shilza? Atau Ka Vella?" Tanya seseorang di telepon itu

"Shilza.." jawab Shilza lagi

'NUTT NUTT NUTT' telepon terputus begitu saja.

Shilza mengabaikannya dan menganggap hanya orang jahil yang kurang kerjaan dan butuh teman ngobrol.

Shilza kembali ke kamar dan merebahkan badannya serta mengistirahatkan kakinya agar besok bisa segera dijalankan dengan lancar.

    "Nama Lo siapa.. siapa, siapa nama Lo.. siapa.." gigau Shilza secara tidak sadar saat tidur.
.
.
.
Ayo terus like, comment dan boleh juga saran yang membangun!
VOTE YA VOTE. 🔥🍁
Vote kalian sangat berharga🍁- author.

Just Friend.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang