#5―Kejadian.

57 19 13
                                    

Pukul 17.25

     Mama dan Ka Vella pulang dari kesibukannya seharian. Ka Vella langsung melepas tas punggungnya yang berat dan penuh, begitu juga dengan Mama yang lelah.

"Ini Shilza kok nggak buka-buka pintu ya?" bingung Mama setelah mengetuk pintu berkali-kali namun tidak ada sahutan dari orang dalam rumah

"Mungkin lagi belajar Ma, atau tidur? Eh dia kan harus belajar?" pikir Ka Vella dan merogoh tas jinjingnya yang sama beratnya juga

"Syukurlah Ma, Pella bawa kunci," Ka Vella langsung memasukkan ujung kunci ke lubangnya dan pemandangan Shilza segera nampak di kedua mata Ka Vella dan Mama.

     Mama bingung dan khawatir. Ada apa yang terjadi dengan Shilza? Mengapa dia bisa tidur di lantai ruang tamu begini?.
Pikiran Mama bertanya-tanya dengan tingkah aneh anak bungsunya.

"Shilza, bangun, Shil" Mama menggoyangkan badan Shilza berkali-kali

"AAAAAAAAAAA!" Teriak Shilza spontan, masih trauma dengan kejadian teror yang menimpanya

"Eh kok? Kenapa kamu Shil?" Mama semakin bingung dibuatnya

Shilza menggeleng cepat, Ia bangkit dan segera pergi menuju kamar mandi.
Shilza masih memikirkan terornya dan lelaki berjubah hitam. Ia memutar keran rumahnya perlahan dan air berwarna merah segar keluar.

     "Mamaaaaa!! Ka Vellaaa!" Panggil Shilza histeris
Mama dan Ka Vella langsung berlari menuju Shilza.

"Kenapa Shil?!" Panik Ka Vella

"Keran.. air ... darah" isak Shilza tak jelas, jari telunjuknya menunjuk ke bak mandi. Ka Vella langsung melihat keran dan bak mandi, hanya ada air jernih dan bersih seperti pada umumnya.

"SHILZA! JANGAN BERCANDA DAN MAIN-MAIN YA! KAKA BARU PULANG, CAPEK. JANGAN BERTINGKAH ANAK KECIL!" marah Ka Vella dan menutup pintu kamar mandi dengan kesal

Mama hanya menggelengkan kepala melihat keributan kedua anaknya.

"Shil, selesai mandi, kamu jelaskan ya sebenarnya apa yang terjadi sama kamu" Mama mengelus lembut kepala Shilza

Selesai mandi dan berganti pakaian, Ia merasa lebih segar dan tenang dari sebelumnya.

     Shilza mulai membuka buku sejarahnya, pelajaran ujian untuk besok. Kakinya sudah membaik, pening di kepalanya perlahan pulih.

'Drrtt..Drttt' getar handphone Shilza

"Ah aku lupa menaruh handphone di laci rias! Tapi sudahlah," Shilza menepuk dahi nya.
Sebuah pesan masuk dari nomer yang tidak dikenal tadi sore

Gimana? Lo ngerasa
diteror? Baik aja kan Lo?

Sebenar nya Lo siapa?
Mau Lo apa? Hah!
Read

Mau gue? Lo nanya
Mau gue apa?! Verry simple!

Apa?
Delive

Tidak ada jawaban lagi, sangat pengecut! Hanya berani meneror dan tidak berani mengakui dirinya, begitulah pikiran Shilza berkata.

Shilza menjalankan ritualnya seperti biasa yaitu menyimpan handphonenya di laci rias.

     Malam datang, bulan menggantung indah, bintang menemani manisnya malam hari ini.

Shilza belajar dengan tidak acuh memikirkan teror yang menimpanya.

"Apa mungkin si cowok aneh itu?" tebak Shilza mengetuk pensilnya di meja belajar

"Tapi, masa iya sih?" Lanjut Shilza berpikir tak percaya

'Tok.. tok.. tok..'

"Masuk saja" jawab Shilza langsung mengalihkan pandangannya ke buku tebal di meja belajarnya

"Ini susunya, kamu kenapa sih tadi sore?" Mamah menyodorkan segelas susu putih hangat

"Hmm anu nggak apa-apa kok Mah" jawab Shilza berusaha menyembunyikan

"Hanya sedikit kekecewaan" kata Shilza dan menceritakan kejadian terpleset di masjid di sekolah tadi.

     Waktu menunjukkan pukul 21.15
Kamar Shilza dipenuhi tawa Mamah yang terbahak karena cerita Shilza

"Terus gimana Shil? Siapa nama cowok itu? Hahahaa" tanya Mamah masih tertawa

"Yaudah Mah, gitu sajaa. Aku juga belum kenalan sama dia" jawab Shilza

Mamah mengisyarakat Shilza untuk tidur dan mengawali ujian esok hari dengan semangat dan tentu nya jangan terpleset lagi.

'BRUGGG'
Shilza membanting tubuhnya ke kasur, menatap langit kamar yang putih polos, sangat menyejukkan bagi dirinya.

'Crettt'

'Crettt'
Perlahan-lahan langit kamar yang sedang dirinya kagumi meneteskan cairah aneh, ke kasurnya. Ini sontak membuat dirinya terkejut dan bangkit dari kasur.

"Gue gaboleh teriak, gue harus tahan" kata Shilza berusaha menahan jeritannya

Ternyata tetesan itu membentuk suatu tulisan di kasur bersprei bus tayo milik Shilza

M A T I

Satu kata yang membuat Shilza terbungkam, mulutnya hanya menganga dengan tangisan yang mulai membasahi pipinya. Ia akhirnya langsung berpindah tidur di sofa yang posisinya tidak terlalu jauh dari kasur.

"Mau lo apa, please. Jangan ganggu gue" lirih Shilza sebelum memejamkan kedua matanya menuju alam mimpi.
.
.
.
Ini bukan cerita horor ya, sans hihi😂👌. Kalau mau baca cerita horor-romance bisa mampir ke work aku di sebelah👻👌 /Plakk/ malah promosi:v -author

Ayo terus like, comment dan boleh juga saran yang membangun!
VOTE YA VOTE. 🔥🍁
Vote kalian sangat berharga🍁- author

Just Friend.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang