Where Am I?

181 11 1
                                    

Cahaya matahari yang panas tepat menyinari wajahku hingga membuatku terbangun dari tidurku dan menyadari kalau aku baru saja memasuki mimpi buruk yang terjadi di dunia nyata.

Dibutuhkan waktu cukup lama bagiku untuk membuatku tersadar sepenuhnya disamping sakit kepala yang menyerangku secara mendadak. Saat aku benar-benar sudah sadar, barulah aku tahu kalau aku sudah tak memakai pakaian yang semalam kukenakan, melainkan telah berganti menjadi piyama tidur seperti yang biasa ku pakai.

Sambil memperhatikan keadaan sekitar, aku menyenderkan punggungku sekalian menunggu sakit kepala ini mereda. Andai saja sekarang ada teh buatan Nathan yang biasanya ampuh melawan segala hal-hal buruk yang sedang kurasakan. Aku hendak turun dari tempat tidur untuk meminta teh pada Nathan.

Gerakanku terhenti saat aku baru teringat apa yang telah terjadi tadi malam. Ya. Aku sama sekali tidak digendong pulang oleh Jay apalagi Max. dan orang yang terakhir kuingat sedang menggendongku dari pub tadi malam adalah…

Mataku terpaku oleh seseorang berpakaian rapi yang sedang duduk manis di dekat jendela sambil menatap keluar jendela. Apakah orang itu sadar kalau aku sudah bangun? Kalau tidak, sepertinya aku bisa kabur dengan memanfaatkan celah ini. Lagipula, orang ini kelihatannya bukan Jason.

Aku berniat untuk berpura-pura tidak tahu apa-apa dan berlagak kalau aku berada di kamar yang salah kemudian melarikan diri setelah menemukan pakaianku, tentunya.

“Where are you going?” aku menahan nafasku begitu mendengar suara pria itu  dan mulai menjalankan sandiwaraku. “kayaknya gue masuk ke kamar yang salah. I’ll have to go soon.” Jawabku sambil terus berjalan menuju pintu yang pasti itu adalah pintu keluar dari ruangan ini.

Mulanya ku kira orang ini membiarkanku pergi begitu saja, tapi kelihatannya urusanku dengannya masih panjang. “Kimberly, lo nggak masuk ke kamar yang salah, sayang.” Sahut pria berpakaian rapi namun misterius itu.

Ucapannya membuatku yang selangkah lagi akan berhasil pergi dari sini, menjadi tertahan sebentar. Dan tahu-tahu pria itu sudah berada dibelakangku saja. “Sure I am. Gue gatau ini dimana, dan gue juga gatau lo siapa. Manusia aneh.”

Aku sedikit yakin kalau pria ini memiliki maksud tersembunyi dengan membawaku kesini sampai menahanku segala. Sedangkan disisi lain, aku menganggap orang ini tak memiliki maksud apapun padaku. tapi tetap saja semuanya terasa janggal bagiku. Dan lagi, tahu darimana dia namaku?

“Gue denger, lo punya hubungan khusus sama Jason, ya?” aku membalikkan tubuhku agar bisa melihat wajahnya seutuhnya dan bisa mengingat dimana kira-kira aku bertemu dengan orang ini, tapi nihil. Aku sama sekali belum pernah bertemu dengannya.

Untuk saat ini, mari berdo’a untuk keselamatanku.

Dengan penuh keraguan, aku mengangguk pelan namun tak berkata apa-apa. Pertama dia tahu siapa namaku, sekarang dia tahu siapa itu Jason. Otakku berfikir cepat kira-kira siapa orang ini yang mengenal aku dan Jason. Aku ingin memancingnya dengan menanyakan Ariana sekalian tapi kedengarannya seperti pertanyaan yang bodoh.

“Berarti ga salah lagi. You’re the person I’ve been looking for.” Tangan pria itu menyentuh pundakku dan hendak menurunkan tali piyama yang sedang kupakai. Ku tatap matanya tajam karena tatapannya tidak se-mengintimidasi tatapan Jason meskipun tatapannya sedikit tajam tapi dia tidak bisa membuat nyaliku ciut seperti yang pernah Jason lakukan.

Melihat matanya itu membuat aku ingin tertawa. Memang dia tidak berusaha untuk menakut-nakutiku. Ku kira dia adalah orang biasa sampai aku menanyakan siapa dia. “Who are you?”

Senyuman yang tadi tercipta karena tatapannya padaku itu mendadak sirna dan berubah menjadi ekspresi wajah ketakutan dan kebingungan. Ternyata masih ada lagi yang lebih buruk dari diberi minuman bercampur obat bius dan dibawa kesini.

KIMBERLY 2: The Scarlet ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang