Part 1

122 16 0
                                    

"Kamu beneran gak mau kembali ke sana lagi?" Tanya seorang laki laki kepadaku.

"Tidak, buat apa aku ke sana lagi?"

"Cha, bagaimanapun juga, di sana ada keluarga kamu, ada masa lalu kamu" Ucap laki laki itu tadi

"Nggak, aku gak mau balik ke sana lagi. Aku takut masa lalu suramku terulang lagi"
Ucapku dengan suara gemetar seperti hendak menangis.

"Kamu tidak boleh seperti itu Cha, di sana rumahmu, kamu juga berhak untuk pulang."

"Nggak kak, aku gak mau pulang. Buat apa aku pulang kalau sudah tiada lagi orang yang peduli denganku?"

"Kamu gak boleh kayak gitu, kamu gak boleh pergi dari rumah tanpa seizin orang tua kamu. Sekarang kamu pulang ya, temui orang tua kamu."

"Nggak, aku gak mau kesana lagi. Cukup bagiku untuk tersakiti"

"Yaudah, Kamu yang kuat ya, ujian ini pasti berakhir. Semangat, jangan nyerah, kamu harus berjuang demi keluarga kamu."

______________________________

Yang aku sebut sebagai "kakak" di atas ialah Grissham, sahabat laki-laki ku. Aku dan dia telah bersahabat sejak lama, lama sekali.
Mengapa dia memanggilku dengan sebutan "Cha", bukan dengan namaku sendiri, " Mecca"?. Memang dari dulu, dari awal bersahabat, dia memang suka memanggilku dengan sebutan "Ocha" dari pada namaku sendiri. Entah dari mana dia menyimpulkan nama itu. Aku merasa spesial ketika dia memanggilku dengan sebutan "Cha".
Dia adalah orang pertama yang mendengarkan ceritaku. Dia adalah sosok yang baik, sopan, dan bertanggung jawab.
Dia sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri, ya walaupun aku dan dia hanya berjarak beberapa tahun.
Dia yang menemaniku disaat apapun. Dia yang menguatkanku di saat aku rapuh. Dia yang menopangku di saat aku terjatuh.
Dan dia adalah orang yang paling bahagia jika melihat aku bahagia. Dia adalah orang pertama yang aku cari di saat aku terbangun karena mimpi buruk di malam buta. Dia juga adalah orang yang aku cari setelah menjalani panjangnya hari untuk bercerita.
Dia segalanya bagiku. Aku sangat bersyukur karena Tuhan telah menghadiahi aku sosok seperti dia.

______________________________

"Cha, besok aku harus pergi lagi" ucapnya sambil menatap wajahku dengan tatapan serius.

Setelah mendengar perkataan itu, Seketika aku menunduk, tanpa sadar, air mataku menetes. Oh Tuhan, kenapa cepat sekali dia pergi lagi? Kurasa, baru sehari dia di sini menemaniku. Mengapa dia harus pergi lagi?

"Grissh," aku menatapnya dengan sendu, air mataku mulai mengalir

"Iya?" Dia memandangku dengan sedih.

"Kenapa kamu harus pergi sekarang? Padahal kamu baru sebentar pulang. Kenapa harus pergi lagi?"

Hening, sunyi, seyap.

"Maaf, aku tidak bisa lama-lama di sini. Aku harus nerusin kuliah. Maaf jika selama ini sering buat kamu kecewa."

"Grissh, plis, jangan tinggalin aku lagi" air mata ku terus mengalir, tidak bisa ku tahan lagi.

"Maaf Cha, sekali lagi aku harus pergi."

"Grissh, plis, jangan tinggalin aku. Aku takut di sini sendiri. Di sini tidak ada yang menjagaku."

"6 Bulan lagi aku akan pulang, aku Janji"

"Aku mau ikut kamu"

"Jangan Ocha, Di sana terlalu keras buat kamu. Kamu di sini aja ya, tunggu aku sampai pulang nanti" Dia tersenyum mencoba menguatkanku.

"Lalu, aku di sini sama siapa Grissh?, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Tolong Grissh, jangan pergi" air mataku semakin deras, aku tidak kuasa menahannya lagi.

"Kamu pasti bisa sendirian di sini,. Aku yakin, kamu pasti kuat. Di sini juga ada mama aku, Kamu boleh banget nganggap dia sebagai mama kamu sendiri. Nanti kalo kamu kangen atau ada perlu sama aku, kamu bisa hubungin aku kapan pun. Tapi kamu gak boleh nangis. Nanti kalo aku udah wisuda, aku janji kita akan jalan-jalan kemanapun kamu mau. Kamu juga yang semangat sekolahnya. Jangan malas-malasan." Dia mencoba menguatkanku lagi.

"Huh, oke. Thx untuk selama ini". Akhirnya, aku melepas kepergiannya. Tetapi sebenarnya, aku tak ingin dia pergi.

"Iya, sama-sama, aku antar kamu pulang, ya?"

"Yaudah ayok"

.

.

.

.

Selama di dalam mobil tidak ada percakapan apapun, semuanya hening. Hanya ada musik yang diputar oleh salah satu siaran radio.

"Kamu udah makan?" tanyanya

"Udah, kan tadi kamu beliin aku nasi goreng"

"Ohh iya ya, lupa, hehe"

Hening (lagi)

"Cha?"

"Hm?"

"Kamu tumben diem aja, biasanya udah heboh sendiri, bikin pecah isi mobil. Kamu marah ya sama aku?" katanya sambil mengusap kepalaku.

"Engga kok, aku cuma sedih aja, belum siap ditinggal lagi sama kamu."

Grissham menghela nafas panjang.
"Huh, Cha, kamu gausah sedih, aku cuma pergi sebentaaar aja. Di sini kan juga ada mama aku, dia pasti seneng banget kalau kamu main ke rumah aku. Dia juga sayang banget sama kamu" ucapnya dengan halus

"Iya, besok-besok aku juga udah ngrencanain mau main ke Caffe"ucapku dibalas senyum manis dari grissham.

______________________________

Hari ini adalah hari di mana pergi. Aku mengantarnya hanya sampai di Bandara.

"Grissh" sapaku saat bertemu dia di bandara

"Eh Ocha, tumben kamu mau nganter sampe sini"

"Hehe, iya nih, pengen aja gitu nganter kamu. Sekali-sekali, hehe". Ucapku dengan senyum mengembang

" Oh iya kapan pesawatnya berangkat?"

"Bentar lagi berangkat kok, sekitar 20 menit lagi"

20 menit adalah waktu yang sangat berharga di menit terakhir Bersama nya sebelum dia berangkat pergi selama 6 bulan. 6 bulan memang waktu yang cukup singkat. Tapi tidak bagiku. 6 bulan seperti berabad-abad bagiku.

"Mmm, Tante Helga mana?" tanyaku sambil mecari keberadaan Tante Helga

"Dia ngga ikut kesini. Lagi sibuk ngurusin Caffe nya" dia terkekeh pelan.

"Ohh gitu, tapi dia sehat kan?"

"Sehat dong, kamu main aja ke sana gapapa. Sambil nemenin mama aku."

"Iyaa, habis ini aku mau ke sana sambil nganter kue bikinan aku" kataku sambil dibalas senyum oleh dia.

"Kamu bisa buat kue?" tanyanya terkekeh pelan

"Yee bisa doong"

"Iyain deehh. Cha, aku harus segera masuk ke pesawat. Oh ya, nanti kamu pulang naik apa?"

" Aku pulang gampang kok, tinggal nyari taksi aja."

"Oh gitu ya. Kamu semangat ya, Jangan malas-malas. Kamu pasti bisa kok" dia lagi lagi mencoba menguatkanku sambil menepuk pundakku. Dan aku hanya tersenyum mengiyakan.

Aku memang terlihat biasa aja dari luar. Tetapi, hatiku terasa seperti terkena hujan badai. Rasanya aku ingin memeluknya, menangis sekuat-kuatnya, tapi aku pendam semua itu. Aku tidak mau terlihat cengeng di hari terakhir dia di sini. Aku harus terlihat kuat. Jika aku menangis, pasti dia tidak akan tenang saat kuliah nanti.

"Cha, aku berangkat ya. Jaga diri kamu baik-baik. Tunggu aku 6 bulan lagi. Oke?"

"Iya Grissh. Bye!"

Dia pergi menuju pesawat. Aku hanya bisa melihat punggungnya yang semakin mengecil. Melihat pesawat yang ia tumpangi semakin meninggi, hatiku rasanya seperti di tusuk. Sakit, sedih, gundah, semuanya menyatu.

"Sampai jumpa 6 bulan lagi Grissh" kataku lirih dengan air mata mulai menetes.

_____________

Nb: kalo kalian suka dengan part ini, please click tombol bintang, oke?

INFITHAAR - Half from True StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang